MISTERI
ALAM GAIB BAB I
BAB
I; SEPUTAR ROH DAN PERJALANAN MENUJU SURGA ATAU NERAKA
1.
Apakah
orang yang sedang sekarat dapat melihat malaikat?
2.
Kapankah
manusia dihimpit di alam kuburnya dan apakah semua manusia akan mengalaminya?
3.
Apakah
semua orang yang mati (dikubur atau tidak) akan ditanya malaikat Munkar Nakir?
4.
Anggota
manakah yang akan digunakan untuk menjawab pertanyaan malaikat Munkar Nakir
bagi mayat yang mati dalam keadaan terpotong-potong dan dikubur terpisah?
5.
Bahasa
apa yang gunakan malaikat Munkar dan Nakir dalam menjalankan tugasnya?
6.
Apa
memang benar bahwa orang yang meninggal pada hari Jum’at akan dijaga dari
fitnah kubur? Dan apa yang dimaksud dengan fitnah kubur tersebut?
7.
Adakah
diantara manusia yang tidak didatangi malaikat Munkar Nakir?
8.
Apakah
yang akan didatangi dua malaikat penanya hanya umat Nabi Muhammad Saw. atau
juga umat nabi-nabi sebelum beliau?
9.
Di
manakah roh-roh manusia setelah mereka meninggal dunia?
10. Benarkah roh orang yang telah
meninggal bisa mendatangi kuburan tempat pemakamannya atau bahkan menjenguk
rumah dan keluarganya?
11. Benarkah orang yang sudah meninggal
dunia dapat bangkit lagi dan menjadi hantu gentayangan?
12. Adakah dari kalangan manusia ketika
dikumpulkan di padang Mahsyar tidak dalam keadaan telanjang?
13. Bagaimanakah keadaan anak kecil
ketika dikumpulkan di padang Mahsyar?
14. Apakah anak yang masih kecil secara
fisik kelak akan mengalami perubahan ketika dikumpulkan di padang Mahsyar?
Kemudian setelah mereka masuk surga akankah mereka menikah dengan seorang
bidadari?
15. Adakah dalil atau keterangan yang
jelas tentang hal-hal yang berkenaan dengan jembatan atau shirath?
16. Apakah orang-orang kafir kelak di
akhirat juga menjalani proses penitian jembatan atau shirath atau
langsung dimasukkan ke dalam neraka?
17. Apakah peyeberangan manusia di atas shirath
terjadi setelah penghitungan amal mereka atau sebelumnya?
18. Terbuat dari bahan apakah timbangan
di akhirat dan apakah yang
ditimbang?
19. Apakah anak-anak kecil yang
meninggal dunia mengalami proses penghisaban (penghitungan amal)?
BAB
I
SEPUTAR
ROH DAN PERJALANAN MENUJU SURGA ATAU NERAKA
1.
Kisi
permasalahan: Apakah
orang yang sedang sekarat (mau meninggal dunia) dapat melihat malaikat pencabut
nyawa?
·
Jawaban: Menurut sebagian keterangan hadits yang diriwayatkan oleh
Imam Abi Nuaim memang benar demikian, akan tetapi hal tersebut hanya terjadi
pada orang yang meninggal dunia tidak secara mandadak.
·
Referensi:
al-Fatawi al-Haditsiyah halaman 28.
وَسُئِلَتُ: هَلْ كُلُّ مُحْتَضَرٍ يَرَى
مَلَكَ الْمَوْتِ عَلَيْهِ السَّلاَمُ صَغِيْرٍ وَكَبِيْرٍ وَأَعْمَى وَبَصِيْرٍ
آدَمِيٍّ وَغَيْرِهِ؟ فَأَجَبْتُ بِقَوْلِيْ: وَرَدَ مَا يَدُلُّ عَلَى
مُعَايَنَةِ الْمُحْتَضَرِ الَّذِيْ لَمْ يَمُتْ فُجْأَةً لِمَلَكِ الْمَوْتِ أَوْ
بَعْضِ أَعْوَانِهِ؛ فَمِنْ ذَلِكَ حَدِيْثُ أَبِيْ نُعَيْمٍ أَنَّهُ صَلّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلََّّمَ قَالَ: «احْضُرُوْا مَوْتَاكُمْ وَلَقِّنُوْهُمْ لَا إِلَهَ
إِلَّا اللهُ وَبَشِّرُوْهُمْ بِالْجَنَّةِ فَإِنَّّ الْحَلِيْمَ مِنَ الرِّجَالِ
وَالنِّسَاءِ يَتَحَيَّرُ عِنْدَ ذَلِكَ المَصْرَعِ، وَإِنَّ الشَّيْطَانَ
أَقْرَبُ مَا يَكُوْنُ مِنِ ابْنِ آدَمَ عِنْدَ ذَلِكَ المَصْرَعِ، وَالّذِيْ
نَفْسِيْ بِيَدِهِ لَمُعَايَنَةُ مَلَكِ الْمَوْتِ أَشَدُّ مِنْ أَلْفِ ضَرْبَةٍ
بِالسَّيْفِ فَقَوْلُهُ: «وَالَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ لَمُعَايَنَةُ مَلَكِ
الْمَوْتِ إلخ» الَّذِيْ َوَقَعَ كَالتَّعْلِيْلِ لِمَا قَبْلَهُ مِنْ طَلَبِ
التَّلْقِيْنِ وَمَا مَعَهُ لِكُلِّ مَنْ حَضَرَهُ الْمَوْتُ يُوْمِىءُ إِلَى
أَنَّ كُلَّ مُحْتَضَرٍ يُطْلَبُ تَلْقِيْنُهُ يُعَايِنُ مَلَكَ الْمَوْتِ
وَإِلاَّ لَمْ يَكُنْ لِلْحَلَفِ عَلَى ذَلِكَ بَلْ وَلَا لِذِكْرِهِ مُنَاسَبَةٌ
لِهَذَا الْمَقَامِ أَلْبَتَّةَ، وَفِي حَدِيْثِ «إِنَّ مَلَكَ الْمَوْتِ إِذَا
سَمِعَ الصُّرَاخَ يَقُوْلُ: يَا وَيْلَكُمْ مِمَّ الْجَزَعُ وَفِيْمَ الْجَزَعُ؟
مَا أَذْهَبْتُ لِوَاحِدٍ مِنْكُمْ رِزْقاً وَلَا قَرَّبْتُ لَهُ أَجَلاً وَلَا
أَتَيْتُهُ حَتَّى أُمِرْتُ، وَلَا قَبَضْتُ رُوْحَهُ حَتَّى اسْتَأْمَرْتُ،
وَإِنَّ لِيْ فِيْكُمْ عَوْدَةً ثُمَّ عَوْدَةً ثُمَّ عَوْدَةً حَتَّى لَا
أُبْقِىَ مِنْكُمْ أَحَداً. قال صلى الله عليه وسلّم: وَالّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ
لَوْ يَرَوْنَ مَكَانَهُ أَوْ يَسْمَعُوْنَ كَلَامَهُ لَذَهَلُوْا عَنْ
مَيِّتِهِمْ وَلَبَكَوْا عَلَى أَنْفُسِهِمْ» الحديْثَ. وَفِيْ حَدِيْثٍ آخَرَ:
«أنَّهُ صلى الله عليه وسلّم نَظَرَ لِمَلَكِ الْمَوْتِ عِنْدَ رَجُلٍ مِنَ
الْأَنْصَارِ فَقَالَ: اُرْفُقْ بِصَاحِبِنَا فَإِنَّهُ مُؤْمِنٌ، فَقَالَ مَلَكُ
الْمَوْتِ عليه السَّلَاُم: يَا محمّدُ طِبْ نَفْساً وَقُرَّ عيْناً فإِنِّيْ
بِكُلِّ مُؤْمِنٍ رَفِيْقٌ.
2.
Kisi
permasalahan: Diantara
peristiwa menakutkan yang akan dialami manusia setelah ajal menjemputnya adalah
penghimpitan bumi terhadap jasad mereka dalam kubur. Apakah penghimpitan tersebut terjadi
setelah datang malaikat Munkar Nakir atau sebelumnya? Dan apakah semua manusia
mengalami penghimpitan itu atau ada pengecualiannya?
·
Jawaban:
Penghimpitan bumi terhadap manusia
dalam kubur terjadi sebelum mereka didatangi malaikat Munkar Nakir. Karena
peristiwa tersebut adalah hal pertama yang dialami manusia setelah dia
dimasukkan ke dalam kuburnya. Dan
semua manusia pasti mengalaminya baik yang muslim atau kafir, yang saleh atau
durhaka. Hanya saja bagi yang muslim dan saleh, penghimpitan tersebut tidak
berlangsumg lama, berbeda dengan orang-orang kafir.
·
Referensi:
Hamisy al-Fatawi al-Fiqhiyah
al-Kubra juz 4 halaman 210-211.
وَضَمَّةُ الْقَبْرِ لِلْمَيِّتِ قَبْلَ
سُؤَالِ الْمَلَكَيْنِ فَقَدْ رَوَى ابْنُ أَبِي الدُّنْيَا وَالْحَكِيمُ
التِّرْمِذِيُّ وَأَبُو يَعْلَى وَأَبُو أَحْمَدَ وَالْحَاكِمُ فِي الْكُنَى
وَالطَّبَرَانِيُّ فِي الْكَبِيرِ وَأَبُو نُعَيْمٍ عَنْ أَبِي الْحَجَّاجِ
التَُّمَالِيِّ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
{يَقُولُ الْقَبْرُ لِلْمَيِّتِ حِينَ يُوضَعُ فِيهِ وَيْحَك يَا ابْنَ آدَمَ مَا
غَرَّكَ بِي أَلَمْ تَعْلَمْ أَنِّي بَيْتُ الْفِتْنَةِ} الْحَدِيثَ .وَرَوَى
ابْنُ أَبِي الدُّنْيَا عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُبَيْدٍ قَالَ بَلَغَنِي أَنَّ
النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ {إنَّ الْمَيِّتَ يَقْعُدُ
وَهُوَ يَسْمَعُ خَطْوَ مُشَيِّعِيهِ فَلَا يُكَلِّمُهُ شَيْءٌ أَوَّلُ مِنْ
حُفْرَتِهِ فَيَقُولُ وَيْحَكَ يَا ابْنَ آدَمَ قَدْ حُذِّرْتَنِي وَحُذِّرْتَ
ضِيقِي} الْحَدِيثَ .وَرَوَى أَبُو الْقَاسِمِ السَّعْدِيُّ فِي كِتَابِ الرُّوحِ
لَهُ لَا يَنْجُو مِنْ ضَغْطَةِ الْقَبْرِ صَالِحٌ وَلَا طَالِحٌ غَيْرَ أَنَّ
الْفَرْقَ بَيْنَ الْمُسْلِمِ وَالْكَافِرِ فَبَيْنَهُمَا دَوَامُ الضَّغْطَةِ
لِلْكَافِرِ وَحُصُولُ هَذِهِ الْحَالَةِ لِلْمُسْلِمِ فِي أَوَّلِ نُزُولِهِ إلَى
قَبْرِهِ ثُمَّ يَعُودُ إلَى الْإِفْسَاحِ لَهُ فِيهِ .ا هـ .
3.
Kisi
permasalahan: Setelah
manusia mengalami penghimpitan bumi, selanjutnya mereka akan didatangi dua
malaikat yang akan menginterogasi mereka. Apakah pertanyaan dua malaikat di
atas hanya khusus bagi jenazah yang dikubur atau semua manusia yang meninggal
dunia, baik dikubur atau tidak? Dan apakah semua manusia akan mengalaminya
tanpa terkecuali?
·
Jawaban:
Memang benar, semua manusia yang
telah meninggal dunia dan telah mangalami penghimpitan bumi pasti akan
didatangi dua malaikat yang disebut Munkar dan Nakir. Mereka datang untuk
menguji manusia dengan beberapa pertanyaan seputar pokok-pokok agama dan
semuanya akan mengalami proses itu, baik jenazah tersebut dikubur atau tidak,
seperti mati terbakar sampai manjadi abu atau dimakan binatang buas. Akan tetapi ada juga manusia yang
punya keistimewaan sehingga selamat dari proses pengujian tersebut, mereka
adalah muslimin yang gugur dalam medan perang (syuhada’ fi sabilillah)
dan para nabi.
·
Referensi: al-Fatawi al-Fiqhiyah al-Kubra juz 4 halaman 228 dan 387.
(سُئِلَ) عَنْ الْجَوَازِ عَلَى
الصِّرَاطِ إلى
أن قال ...
وَهَلْ الْمَيِّتُ يُسْأَلُ قَبْلَ أَنْ
يُقْبَرَ أَمْ لَا وَهَلْ الشَّهِيدُ فِي غَيْرِ مَعْرَكَةِ الْقِتَالِ يُسْأَلُ
أَمْ لَا؟ (فَأَجَابَ) إلى أن قال ... وَسُؤَالُ مُنْكَرٍ وَنَكِيرٍ عَامٌّ
لِلْمَقْبُورِ وَغَيْرِهِ وَلَوْ مَصْلُوبًا أَوْ غَرِيقًا أَوْ مَأْكُولًا
لِلدَّوَابِّ أَوْ أُحْرِقَ حَتَّى صَارَ رَمَادًا وَذُرِّيَ فِي الرِّيحِ كَمَا
جَزَمَ بِهِ جَمَاعَةٌ مِنْ الْأَئِمَّةِ وَقَدْ تَبَرَّكَ الْجَلَالُ
الْمُحَقِّقُ الْمَحَلِّيُّ بِلَفْظِ الْخَبَرِ فِي التَّعْبِيرِ بِالْمَقْبُورِ
جَرْيًا عَلَى الْغَالِبِ. إلى أن قال وَقَدْ عُلِمَ أَنَّ الْمَقْبُورَ يُسْأَلُ
فِي قَبْرِهِ ، وَأَنَّ غَيْرَهُ يُسْأَلُ أَيْضًا وَشَهِيدُ غَيْرِ الْمَعْرَكَةِ
يُسْئَلُ لَا الْمَبْطُونُ فَإِنَّهُ لَا يُسْأَلُ ...
(سُئِلَ) عَنْ الْأَنْبِيَاءِ هَلْ
يُسْأَلُونَ كَآحَادِ النَّاسِ أَمْ لَهُمْ سُؤَالٌ مَخْصُوصٌ بِهِمْ وَهَلْ
الشُّهَدَاءُ كَالْمَقْتُولِ بِالطَّعْنِ أَوْ الْبَطْنِ أَوْ الْحَرْقِ أَوْ
الْغَرَقِ أَوْ نَحْوِ ذَلِكَ يُسْأَلُونَ فِي قُبُورِهِمْ أَوْ لَا؟ (فَأَجَابَ)
بِأَنَّهُ لَا يُسْأَلُ النَّبِيُّونَ فِي قُبُورِهِمْ وَكَذَلِكَ شَهِيدُ
الْمَعْرَكَةِ .
4.
Kisi
permasalahan: Orang
yang meninggal dunia sementara bagian-bagian tubuhnya terpotong-potong seperti
kepala, tangan dan yang lain, kemudian dikubur di tempat yang berbeda. Bagian
tubuh manakah yang akan didatangi dan ditanya malaikat?
·
Jawaban:
Yang akan ditanya oleh malaikat
adalah bagian kepala, mengingat bagian inilah yang bisa berbicara karena punya
mulut. Hal ini sebagaimana telah dijelaskan dalam salah satu hadits Nabi Saw.,
bahwa manusia di dalam menjawab pertanyaan malaikat Munkar Nakir dengan
menggunakan mulut mereka.
·
Referensi:
al-Fatawi al-Fiqhiyah al-Kubra juz 4
halaman 233.
(سُئِلَ)
عَمَّنْ قُطِعَ رَأْسُهُ وَدُفِنَ بِمَكَانٍ آخَرَ هَلْ يُسْأَلُ الرَّأْسُ أَمْ
بَاقِي الْبَدَنِ أَمْ كِلَاهُمَا؟ (فَأَجَابَ) بِأَنَّ السُّؤَالَ لِلرَّأْسِ
لِاشْتِمَالِهِ عَلَى اللِّسَانِ الْمُجِيبِ كَمَا وَرَدَ بِهِ الْحَدِيثُ
5.
Kisi
permasalahan: Bahasa
apa yang gunakan malaikat Munkar dan Nakir dalam menjalankan tugasnya?
·
Jawaban:
Dalam hal ini terjadi perbedaan
pendapat antara para ulama. Ada yang perpendapat bahwa bahasa yang mereka
gunakan adalah bahasa Arab walaupun manusia yang ditanya bukanlah orang Arab.
Dan hal tersebut bukanlah suatu kemustahilan karena akhirat merupakan tempat
yang serba luar biasa. Sedangkan menurut versi lain mengatakan bahwa bahasa
yang digunakan adalah bahasa Suryani.
·
Referensi:
al-Fatawi al-Haditsiyah halaman 11.
وَالحَاصِلُ الأَخْذُ بِظَاهِرِ
الأَحَادِيْثِ هُوَ أَنَّ السُّؤَالَ لِسَائِرِ النَّاسِ بِالْعَرَبِيَّةِ
نَظِيْرُ مَا مَرَّ أَنَّهُ لِسَانُ أَهْلِ الْجَنَّةِ إِلاَّ إِنْ ثَبَتَ خِلَافُ
ذَلِكَ وَلاَ يُسْتَبْعَدُ تَكَلُّمُ غَيْرِ العَرَبِيِّ بِالعَرَبِيَّةِ لِأَنَّ
ذَلِكَ الوَقْتَ وَقْتٌ تُخْرَقُ فِيْهِ العَادَةُ وَمِنْ ثَمَّ ذَكَرَ
القُرْطُبِيّ وَالغَزَالِيّ عَنِ ابْنِ مَسْعُوْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّهُ
قَالَ " يَارسولَ اللهِ مَا أَوَّلُ مَا يَلْقَي الْمَيِّتُ إِذَا دَخَلَ
قَبْرَهُ قَالَ يَا ابْنَ مَسْعُوْدٍ مَاسَأَلَنِيْ عَنْهُ إِلاَّ أَنْتَ
فَأَوَّلُ مَا يَأْتِيْهِ مَلَكٌ اسْمُهُ رُوْمَانُ يَجُوْسُ بِخِلاَلِ
الْمَقَابِرِ الحَدِيْثَ بِطُوْلِهِ .إلى قَوْلِهِ ثُمَّ رَأَيْتُ شَيْخَ
الإِسْلَامِ صَالِحًا البُلْْقِيْنِيّ أَفْتَى بِأَنَّ السُّؤَالَ فِي القَبْرِ بِالسُّرْيَانِيّ
لِكُلِّ مَيِّتٍ.
6.
Kisi
permasalahan: Apa
memang benar bahwa orang yang meninggal pada hari Jum’at akan dijaga dari
fitnah kubur? Dan apa yang dimaksud dengan fitnah kubur tersebut?
·
Jawaban:
Memang benar bahwa orang yang
meninggal pada hari Jum’at akan dijaga dari fitnah kubur. Sebagaimana yang
telah jelaskan dalam salah satu hadits bahwa Nabi Muhammad Saw. pernah bersabda:
“Sesungguhnya siapa saja yang meninggal dunia pada hari Jum’at maka Allah
akan menjaganya dari fitnah kubur.” Dan yang dimaksud fitnah kubur
adalah datangnya dua malaikat yakni Munkar dan Nakir untuk menginterogasi
manusia di dalamnya. Sedangkan maksud dari mendapat perlindungan Allah dari
fitnah kubur adalah ketika bertemu dengan dua malaikat tersebut dia sama sekali
tidak takut atau khawatir. Ada dua istilah peristiwa menakutkan
yang akan menimpa manusia dalam kuburnya yaitu fitnah kubur sebagaimana di atas
dan adzab kubur atau siksa kubur, yang maksudnya adalah semua siksaan
yang bersifat umum baik karena ketidakmampuan mereka dalam menjawab pertanyaan
dua malaikat tersebut atau karena faktor lain.
·
Referensi:
al-Fatawi al-Fiqhiyah al-Kubra juz 4
halaman 379 dan Hasyiyah
al-Bujairami juz 2 halaman 299.
(سُئِلَ)
هَلْ مَنْ مَاتَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ يُوقَى فِتْنَةَ الْقَبْرِ؟ (فَأَجَابَ)
نَعَمْ وَرَدَ عَنْهُ {صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ مَنْ مَاتَ يَوْمَ
الْجُمُعَةِ أَوْ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ وَقَاهُ اللَّهُ فِتْنَةَ الْقَبْرِ}
وَمَعْنَاهُ وَاَللَّهُ أَعْلَمُ أَنَّهُ لَا يَحْصُلُ لَهُ مِنْ رُؤْيَتِهِمَا
وَسُؤَالِهِمَا خَوْفٌ وَلَا فَزَعٌ وَيُثَبَّتُ .
وَأَمَّا عَذَابُ الْقَبْرِ فَعَامٌّ
لِلْمُسْلِمِ وَالْكَافِرِ وَالْمُنَافِقِ فَعُلِمَ الْفَرْقُ بَيْنَ فِتْنَةِ
الْقَبْرِ وَعَذَابِهِ وَهُوَ أَنَّ الْفِتْنَةَ تَكُونُ بِامْتِحَانِ الْمَيِّتِ
بِالسُّؤَالِ وَأَمَّا الْعَذَابُ فَعَامٌّ يَكُونُ نَاشِئًا عَنْ عَدَمِ جَوَابِ
السُّؤَالِ وَيَكُونُ عَنْ غَيْرِ ذَلِكَ وَفِي بَعْضِ الْآثَارِ: يُكَرَّرُ
السُّؤَالُ فِي الْمَجْلِسِ الْوَاحِدِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ، وَفِي بَعْضِهَا: إنَّ
الْمُؤْمِنَ يُسْأَلُ سَبْعَةَ أَيَّامٍ وَالْمُنَافِقُ أَرْبَعِينَ يَوْمًا أَيْ
قَدْ يَقَعُ ذَلِكَ ، وَفِي بَعْضِ الْآثَارِ: أَنَّ فَتَّانِي الْقَبْرِ
أَرْبَعَةٌ: مُنْكَرٌ وَنَكِيرٌ يَكُونَانِ لِلْمُنَافِقِ ، وَمُبَشِّرٌ وَبَشِيرٌ
يَكُونَانِ لِلْمُؤْمِنِ
7.
Kisi
permasalahan: Adakah
diantara manusia yang tidak didatangi malaikat Munkar Nakir?
·
Jawaban:
Ada, yaitu orang-orang termasuk
kategori berikut ini: a) Orang meninggal sebelum dia mukallaf. b) Orang
mati syahid baik syahid dunia atau akhirat. c) Para nabi. d) Orang yang
meninggal pada hari atau malam Jum’at (menurut sebagian keterangan). e) Orang
yang punya amalan bacaan surat Tabarak setiap malam (menurut sebagian pendapat
ditambah surah as-Sajdah). f) Orang kafir dan munafik
·
Referensi:
al-Fatawi al-Haditsiyah halaman 10.
(مَطْلَبُ
سُؤَالِ الْمَلَكَيْنِ) وَسُؤَالُ الْمَلَكَيْنِ يَعُمُّ كُلَّ مَيِّتٍ وَلَوْ
جَنِيْنًا وَغَيْرَ مَقْبُوْرٍ كَحَرِيْقٍ وَغَرِيْقٍ وَأَكِيْلِ سَبُعٍ كَمَا
جَزَمَ بِهِ جَمَاعَةٌ مِنَ الأَئِمَّةِ وَقَوْلُ بَعْضِهِمْ يَسْأَلاَنِ
الْمَقْبُوْرَ إِنَّمَا أَرَادَ بِهِ التَّبَرُّكَ بِلَفْظِ الْخَبَرِ نَعَمْ
قَالَ بَعْضُ الْحُفَّاظِ وَالْمُحَقِّقِيْنَ الَّذِيْ يَظْهَرُ اخْتِصَاصُ
السّؤُاَلِ بِمَنْ يَكُوْنُ لَهُ تَكْلِيْفٌ وَبِهِ جَزَمَ غَيْرُ وَاحِدٍ مِنْ
أَئِمَّتِنَا الشَّافِعِيَّةِ وَمِنْ ثَمَّ لَمْ يَسْتَحِبُّوْا تَلْقِيْنَهُ
وَمِنْ ثَمَّ خَالَفَ فِي ذَلِكَ القُرْطُبِي وَغَيْرُهُ فَجَزَمُوْا بِأَنَّ
الطِّفْلَ يُسْئَلُ وَلاَ يُسْئَلُ الشَّهِيْدُ كَمَا صَحَّتْ بِهِ الأَحَادِيْثُ
وَأُلْحِقَ بِهِ مَنْ مَاتَ مُرَابِطًا لِظَاهِرِ حَدِيْثٍ رَوَاهُ أَحْمَدُ وَأَبُوْ
دَاوُدَ وَهُوَ " كُلُّ مَيِّتٍ يُخْتَمُ عَلَى عَمَلِهِ إِلاَّ الَّذِيْ
مَاتَ مُرَابِطًا فِي سَبِيْلِ اللهِ فَإِنَّهُ يَنْمُوْ عَمَلُهُ إِلَى يَوْمِ
القِيَامَةِ وَيؤمن من فتاني القبر " وَأَلْحَقَ القُرْطُبِيّ بِالشَّهِيْدِ
شَهِيْدَ الآخِرَةِ فَقَطْ وِالصِّدِّيْقَ لِأَنَّهُ أَعْلَى مَرْتَبَةٍ مِنَ
الشَّهِيْدِ, وَمِنْهُ يُؤْخَذُ انْتِفَاءُ السُّؤَالِ فِي حَقِّهِ صلى الله عليه
وسلم وَفِيْ حَقِّ سَائِرِ الأَنْبِيَاءِ, وَبَحَثَ بَعْضُ الْمُحَقِّقِيْنَ
وَالْحُفَّاظُ أَنَّ الْمَلَكَ لاَيُسْئَلُ لِأَنَّ السُّؤَالَ يَخْتَصُّ بِمَنْ
شَأْنُهُ أَنْ ُيُفْتَنَ, وَفِي حَدِيْثٍ حَسَّنَهُ التُّرْمُذِيّ وَالبَيْهَقِيّ
وَضَعَّفَهُ الطَّحَاوِيّ " مَنْ مَاتَ لَيْلَةََ الْجُمْعَةِ أَوْ يَوْمَهَا
لَمْ يُسْئَلْ " وَوَرَدَتْ أَخْبَارٌ بِنَحْوِهِ فِيْمَنْ يَقْرَأُ كُلَّ لَيْلَةٍ
سُوْرَةَ تَبَارَكَ وَفِي بَعْضِهَا ضُمَّ سُوْرَةُ السَّجْدَةِ إِلَيْهَا,
وَجَزَمَ التُّرْمُذِيّ الحَكِيْمُ بِأَنَّ الْمُعْلِنَ بِكُفْرِهِ لاَ يُسْئَلُ
وَوَافَقَهُ ابْنُ عَبْدِ البَرِّ وَرَوَاُه بَعْضُ كِبَارِ التَّابِعِيْنَ
لَكِِنْ خَالَفَهُ القُرْطُبِيّ وَابْنُ القَيِّمِ, وَاسْتَدَلَّالَهُ بِآيَةِ
(يثبت الله الذين آمنوا بالقول الثابت) وَبِحَدِيْثِ البُخَارِيّ " وَأَمَّا
الكَافِرُ وَالْمُنَافِقُ " بِالْوَاوِ وَرَجَّحَهُ شَيْخُ الإِسْلاَمِ ابْنُ
حَجَرٍ بِأَنَّ الأَحَادِيْثَ مُتَّفَقٌ عَلَى ذَلِكَ وَهِيَ مَرْفُوْعَةٌ مَعَ
كَثْرَةِ طُرُقِهَا الصَّحِِيْحَةِ .
8.
Kisi
permasalahan: Apakah
yang akan didatangi dua malaikat penanya hanya umat Nabi Muhammad Saw. atau
juga umat nabi-nabi sebelum beliau?
·
Jawaban:
Khilaf. Menurut Imam at-Tirmidzi dan Imam Ibnu ‘Abd al-Barr, yang
akan didatangi malaikat Munkar dan Nakir hanyalah umat Nabi Muhammad Saw. saja,
sedangkan menurut pendapat Imam Ibnu Qayyim dan ulama yang lain berpendapat
bahwa umat para nabi sebelum Nabi Muhammad Saw. juga akan didatangi mereka.
·
Referensi: al-Fatawi al-Haditsiyah halaman 11.
(مَطْلَبٌ سُؤَالُ القَبْرِ مِنَ خَوَاصّ
ِهَذِهِ الأُمّةِ) وَجَزَمَ التُّرْمُذِيّ الحَكِيْمُ وَابْنُ عَبْدِ البَرِّ
أَيْضًا بِأَنَّ السُّؤَالَ مِنْ خَوَاصِّ هَذِهِ الأُمَّةِ لِحَدِيْثِ مُسْلِمٍ
" إِنَّ هَذِهِ الأُمَّةَ تُبْتَلَى فِي قُبُوْرِهَا " وَخَالَفَهُمَا
جَمَاعَةٌ مِنْهُمْ ابْنُ القَيِّمِ وَقَالَ: لَيْسَ فِي الأَحَادِيْثِ مَا
يَنْفِيْ السُّؤَالَ عَمَّنْ تَقَدَّمَ مِنَ الأُمَمِ, وَإِنَّمَا أَخْبَرَ
النَِّبيّ صلى الله عليه وسلم أُمَّتَهُ بِكَيْفِيَّةِ امْتِحَانِهِمْ فِي
القُبُوْرِ لاَ أَنَّهُ نَفَى ذَلِكَ عَنْ ذَلِكَ وَتَوَقَّفَ آخَرُوْنَ
وَلِلتَّوَقُّفِ وَجْهٌ لِأَنَّ قَوْلَهُ " إِنَّ هَذِهِ الأمَّةَ "
فِيْهِ تَخْصِيْصٌ فَتَعْدِيَةُ السُّؤَالِ إِلَى غَيْرِهِمْ تَحْتَاجُ إِلَى
دَلِيْلٍ, وَعَلَى تَسْلِيْمِ اخْتِصَاصِهِمْ بِهِمْ فَهُوَ لِزِيَادَةِ دَرَجَاتِهِمْ
وَلِخِفَّةِ أَهْوَالِ الْمَحْشَرِ عَلَيْهِمْ فَفِيْهِ رِفْقٌ بِهِمْ أَكْثَرَ
مِنْ غَيْرِهِمْ ِلأنَّ الْمِحَنَ إذا فُرِّقَتْ هَانَ أَمْرُهَا بِخِلافِ مَا
تَوالَتْ فَتَفْرِيْقُها لِهَذِهِ اْلأَمَّةِ عِنْدَ الْمَوْتِ وَفِي الْقُبُورِ
وَالْمَحْشَرِ دَلِيْلٌ ظَاهِرٌ عَلى تَمَامِ عِنَاَيَةِ رَبِّهِمْ لِمَا
تَقَرَّرَ فَتَأَمَّلْ ذَلِكَ, وَمُقْتَضَى أحَادِيْثِ سُؤَالِ الْمَلَكَيْنِ
أَنَّ الْمُؤْمِنَ وَلَوْ فَاسِقًا يُجِيْبُهُمَا كَالْعَدْلِ وَلَكِنْ
بِشَارَتُهُ تَحْتَمِلُ أنْ تَكُوْنَ بِحَسَبِ حَالِهِ وَيُوَافِقُهُ قَوْلُ ابْنِ
يُوْنُسَ اِسْمُهُمَا عَلَى الْمُذْنِبِ مُنْكَرٌ: أَيْ بِفَتْحِ الْكَافِ .
وَأَمَّا عَلَى الْمُطِيْعِ مُبَشِّرٌ وَبَشِيْرٌ .
9.
Kisi
permasalahan: Di
manakah roh-roh manusia setelah mereka meninggal dunia?
·
Jawaban:
Roh-roh tersebut berada di suatu
tempat sesuai dengan derajat atau tingkatan sebagaimana ketentuan berikut: a)
Roh para nabi akan ditempatkan di surga ‘Illiyin. b) Roh para syuhada
ditempatkan dalam perut burung hijau yang sewaktu-waktu bisa terbang ke surga.
c) Sedangkan tempat roh orang-orang mukmin, para ulama berbeda
pendapat. Menurut pendapat Imam Syafi’i, roh
orang mukmin yang belum mukallaf akan ditempatkan dalam lentera yang
tergantung di dinding Arsy dan sewaktu-waktu bisa pergi ke surge. Sedangkan
roh orang mukmin yang sudah mukallaf menurut Imam Ahmad akan ditempatkan
dalam surge. Menurut Syeikh Wahab, roh tersebut akan ditempatkan dalam
rumah putih yang berada di atas langit yang ketujuh. Lain halnya dengan
pendapat Imam Mujahid, menurut beliau roh-roh tersebut selama seminggu setelah
kematian akan berada di sekitar kuburan, baru kemudian dipindahkan ke tempat
lain. Dan menurut sumber yang ditarjih oleh Imam Ibnu Abd al-Barr
mangatakan bahwa roh orang mukmin selain para syuhada bersemayam di sekitar
kuburan mereka namun diberi kebebasan pergi ke manapun sekehendak mereka. Dan masih ada pendapat lain yang tidak jelas dari siapa
menjelaskan bahwa roh mereka ditempatkan di suatu tempat di muka bumi ini yaitu
dalam kolam yang sangat besar. Sedangkan roh orang-orang kafir ditempatkan
suatu daerah yang bernama Barhut yaitu tempat yang sangat angker, tandus dan
tak bertuan di kawasan Hadhramaut (Yaman).
·
Referensi:
al-Fatawi al-Haditsiyah halaman 6.
مَطْلَبٌ أَرْوَاحُ الأَنْبِيَاءِ فِي
أَعْلَى عِلِّيِّيْنَ وَأَرْوَاحُ الشُّهَدَاءِ فِي أَجْوَافِ طُيُوْرٍ خُضْرٍ
وَأَمَّا غَيْرُهُمْ فَفِيْهِ تَفْصِيْلٌ وَاخْتِلَافٌ وَذَكَرَ ابْنُ رَجَبَ
أَنَّ الأَنْبِيَاءَ صلواتُ اللهِ وسلامُهُ عليْهِمْ تَكُوْنُ أَرْوَاحَهُمْ فِي
أَعْلَى عِلِّيِّيْنَ وَيُؤَيِّدُهُ قَوْلُهُ صلى الله عليه وسلم " اللّهُمَّ
الرَّفِيْقَ الأَعْلَى " وَأَكْثَرُ الْعُلَمَاءِ أَنَّ أَرْوَاحَ
الشُّهَدَاِء فِي أَجْوَافِ طُيُوْرٍ خُضْرٍ لهَاَ قَنَادِيْلُ مُعَلَّقَةٌ
بِالْعَرْشِ تَسْرَحُ فِي الْجَنَّةِ حَيْثُ تَشَاُء كَمَا فِي مُسْلِمٍ
وَغَيْرِهِ وَأَمَّا بَقِيَّةُ الْمُؤْمِنِيْنَ فَنَصَّ الشَّافِعِيُّ رضي اللهُ
عَنْهُ وَرَحِمَهُ عَلَى أَنَّ مَنْ لَمْ يَبْلُغِ التَّكْلِيْفَ مِنْهُمْ فِي
الْجَنَّةِِ حَيْثُ شَاءُوا فَتَأْوِى إِلَى قَنَادِيْلَ مُعَلَّقَةٍ بِالعَرْشِ
وَأَخْرَجَهُ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ عَنْ ابْنِ مَسْعُوْدٍ, وَأَمَّا أَهْلُ
التَّكْلِيْفِ فَفِيْهِمْ خِلَافٌ كَثِيْرٌعَنْ أَحْمَدَ أنَّهَا فِي الْجَنَّةِ
وَعَنْ وَهْبٍ أنَّهَا فِي دَارٍ يُقَالُ لَهَا الْبَيْضَاءُ فِي السَّمَاءِ
السَّابِعَةِ وَعَنْ مُجَاهِدٍ تَكُونُ عَلَى الْقُبُورِ سَبْعَةَ أَيَّامٍ مِنْ
يَوْمِ دَفْنٍ َلا تُفَارِقُهُ أيْ ثُمَّ تُفَارِقُهُ بَعْدَ ذَلِكَ إلَى قَوْلِهِ
... وَقِيْلَ إنَّهَا تَزُوْرُ قُبُورَهَا يَعْنِي عَلَى الدَّوامِ وَلِذَا سُنُّ
زِيارَةِ الْقُبُورِ لَيْلَةَ الْجُمْعَةِ وَيَوْمِها وَبُكْرَةَ السَّبْتِ
اِنْتَهَى . وَرَجَّحَ ابْنُ عَبْدِ الْبَرِّ: اَنَّ أرْواحَ غَيْرِ الشُّهَدَاءِ
فِي اَفْنِيَةِ الْقُبُورِ تَسْرَحُ حَيْثُ شَائَتْ . وَقالَ فِرْقَةٌ: تَجْتَمِعُ
اْلأرْواحُ بِمَوْضِعٍ مِنَ اْلأَرْضِ كَمَا رُوِيَ عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ
" أَرْوَاحُ الْمُؤْمِنِيْنَ تَجْتَمِعُ بِالْجَابِيَّةِ وَأمَّا أرْواحُ
الْكُفَّارِ فَتَجْتَمِعُ بِسَبْخَةِ حَضْرَمَوْتَ يُقالُ لَهَا بَرَهُوْتُ وَلِذا
وَرَدَ " أَبْغَضُ بُقْعَةٍ فِي اْلأَرْضِ وَادٍ بِحَضْرَ مَوْتَ يُقَالُ
بَرَهُوْتُ فِيْهِ أرْواحُ الْكُفَّارِ " وَفِيْهِ بِئْرُ مَاءٍ يُرَى
بِالنَّهَارِ أَسْوَدَ كَأنَّهُ قَيْحٌ يَأْوِى إلَيْهَا بِالنَّهَارِ الْهَوَامُّ
. قَالَ سُفْيَانُ: وَسَأَلْنَا الْحَضْرَمِيِّيْنَ فَقَالُوا لاَيَسْتَطِيْعُ
أَحَدٌ أنْ يَّثْبُتَ فِيْهِ باللَّيْلِ وَاللهُ سُبْحَانَهُ أَعْلَمُ .
10.Kisi permasalahan: Asumsi masyarakat mengenai roh gentayangan telah begitu
kental tertancap di keyakinan mereka. Padahal mungkin saja itu semua hanya
sekedar mitos warisan para nenek moyang sehingga dari hal tersebut ada sebuah
permasalahan yakni benarkah roh orang yang telah meninggal bisa mendatangi
kuburan tempat pemakamannya pada waktu-waktu tertentu atau bahkan menjenguk
rumah dan keluarganya dan apakah roh itu bisa melihat mereka?
·
Jawaban:
Dalam hadits shahih telah dijelaskan
bahwa roh orang yang telah meninggal dunia bisa masuk ke jasadnya kembali.
Namun hal ini hanya berlaku bagi sebagian orang saja, tidak semuanya. Dan Imam
al-Yafi’i juga mengatakan bahwa menurut madzhab Ahlussunnah, sesungguhnya
roh-roh orang-orang yang telah meninggal pada saat-saat tertentu dikembalikan
lagi ke jasadnya yang berada dalam kubur terutama pada malam Jum’at. Bahkan
menurut keterangan Imam al-Qurthubiy mengatakan bahwa roh tersebut juga diberi
kesempatan mendatangi rumah keluarganya pada saat-saat yang memang dikehendaki
Allah. Dan apakah roh-roh tersebut adalah yang dimaksud dengan roh gentayangan
atau dikenal dengan sebutan hantu? Hal ini akan dijelaskan dalam pembahasan
mendatang.
·
Referensi: al-Fatawi al-Fiqhiyah al-Kubra juz 4 halaman 234-235.
(سُئِلَ)
عَنْ الْأَرْوَاحِ هَلْ وَرَدَ أَنَّهَا تَأْتِي إلَى الْقُبُورِ فِي كُلِّ
لَيْلَةِ جُمُعَةٍ تَزُورُهَا وَتَمْكُثُ عَلَى ظَاهِرِهَا إلَى غُرُوبِ شَمْسِهَا
، وَإِنَّهَا تَأْتِي دُورَ أَهْلِهَا وَهَلْ تَأْتِي إلَى الْقُبُورِ فِي سَائِرِ
أَيَّامِ الْجُمُعَةِ وَهَلْ تُبْصِرُ مَنْ هُنَاكَ أَوْ لَا؟ (فَأَجَابَ)
بِأَنَّهُ قَدْ ثَبَتَ فِي الْحَدِيثِ الصَّحِيحِ عَوْدُ الرُّوحِ إلَى الْجَسَدِ
فِي الْقَبْرِ لِسَائِرِ الْمَوْتَى وَقَدْ قَالَ الْيَافِعِيُّ مَذْهَبُ أَهْلِ
السُّنَّةِ أَنَّ أَرْوَاحَ الْمَوْتَى تُرَدُّ فِي بَعْضِ الْأَوْقَاتِ مِنْ
عِلِّيِّينَ أَوْ مِنْ سِجِّينٍ إلَى أَجْسَادِهِمْ فِي قُبُورِهِمْ عِنْدَ
إرَادَةِ اللَّهِ تَعَالَى وَخُصُوصًا لَيْلَةَ الْجُمُعَةِإلى أن قال ... قال
القرطبي قَالَ الْقُرْطُبِيُّ وَقَدْ قِيلَ إنَّهَا تَزُورُ قُبُورَهَا كُلَّ
جُمُعَةٍ عَلَى الدَّوَامِ وَقَدْ وَرَدَ أَنَّهَا تَأْتِي قُبُورَهَا وَدُورَ
أَهْلِهَا فِي وَقْتٍ يُرِيدُهُ اللَّهُ لَهَا ؛ لِأَنَّهَا مَأْذُونٌ لَهَا فِي
التَّصَرُّفِ ، وَإِنَّهَا تُبْصِرُ مَنْ هُنَاكَ سَوَاءٌ أَتَتْ إلَى الْقُبُورِ
أَمْ الدُّورِ .
11.Kisi permasalahan: Sebagaimana banyak diyakini masyarakat timur yang sudah
turun-temurun bahwa orang yang pada masa hidupnya selalu berbuat maksiat atau
mati di hari-hari tertentu seperti Jum’at Kliwon, maka setelah dia mati akan
menjadi hantu-hantu gentayangan yang selalu mengganggu ketenteraman manusia.
Bahkan dia mampu menuntut balas atas kematiannya kalau dia mati terbunuh.
Hantu-hantu ini ada yang meyebutkan jerangkong, sundel bolong, pocong dan
banyak istilah lain lagi. Benarkah orang yang sudah meninggal dunia dapat
bangkit lagi dan menjadi hantu gentayangan? Kalau memang benar, apakah yang
keluar dari kubur tersebut, jasad ataukah rohnya? Dan kalau tidak benar,
bagaimana hukum mempercayainya, mengingat hal ini sudah turun-temurun? Dan
bagaimana pula cara mengusirnya?
·
Jawaban:
Fenomena hantu seperti pocong,
jerangkong, sundel bolong dan entah apa lagi namanya, memang seakan sudah
tertancap begitu dalamnya di lubuk hati masyarakat sekitar kita. Hal ini
tentunya harus disikapi dengan arif dan bijak. Sehubungan dengan masalah bangkitnya orang yang sudah
meninggal dunia dari alam kuburnya, setidaknya ada tiga kemungkinan pilihan
sebagai perbandingan benar tidaknya keyakinan di atas. Pertama:
yang bangkit dari alam kubur tersebut memang jasad dari orang yang telah
meninggal dunia. Dan hal ini merupakan suatu ketololan apabila langsung
dipercaya dan diyakini. Karena secara akal jasad orang yang telah meninggal
dunia pasti mengalami pembusukan dan sangat tidak beralasan apabila dia
tiba-tiba punya kekuatan dapat membelah bumi atau kuburnya untuk bangkit
kembali. Sehingga apabila hal ini yang diyakini, jelas tidak beralasan dan
mengada-ada. Hanya orang bodoh saja yang akan tertipu. Kedua:
yang bangkit tersebut bukan jasad dari orang yang telah meningal dunia akan
tetapi rohnya. Kalau hal ini yang terjadi maka jelas-jelas bertentangan
dengan salah satu hadits Nabi Saw. yang berbunyi sebagai berikut:
لَا
عَدْوَى وَلَا طِيَرَةَ وَلَا هَامَةَ وَلَا صَفَرَ
“Tidak ada sesuatu (selain Allah)
yang dapat membuat keburukan, tidak ada suara burung sebagai pertanda akan
datangnya keburukan, tidak ada penampakan roh dan tidak ada ular yang berada
dalam perut.“ Hadits ini menolak tegas terhadap
segala bentuk penampakan roh-roh manusia dalam wujud apapun sekaligus melarang
untuk mempercayainya. Sehingga apabila ada yang meyakini bahwa roh orang yang
telah meninggal dapat bangkit kembali dan menampakkan diri dalam wujud-wujud
yang menyeramkan misalnya, itu sama artinya dengan meyakini sesuatu yang
dilarang agama untuk diyakini. Ketiga: makhluk lain yang sengaja merubah
wujud yang sama dengan orang yang telah meninggal dunia. Dalam hal ini Nabi Saw. pernah
bersabda:
لَا
غَوْلَ وَلَكِنْ السَّعَالَي
“Tidak ada
setan yang menampakkan diri tapi jin Sa’ala.“ Hadits ini dimaksudkan untuk menolak keyakinan bahwa pada
saat itu di padang sahara ada setan yang menampakkan diri dan selalu mengganggu
manusia dengan menyesatkan mereka yang melewati gurun sahara. Dengan hadits ini
Nabi Saw. mengingatkan mereka bahwa makhluk itu sebetulnya tidak ada. Yang ada
adalah jin bernama Sa’ala yang diberi kemampuan dapat merubah wujud dalam
bentuk yang dikehendakinya. Dan walaupun makhluk ini dinyatakan ada pada
hakikatnya, kemampuannya tak dapat membahayakan manusia. Hanya Allah saja yang
mampu. Dengan hadits ini dapat disimpulkan bahwa memang ada makhluk
halus bernama Sa’ala yang mampu merubah wujud dalam bentuk lain termasuk dalam
bentuk orang yang telah meninggal dunia sebagaimana di atas. Namun yang perlu
diyakini bahwa pada hakikatnya hanya Allah saja yang mampu berbuat. Kemudian
benarkah hantu-hantu tersebut adalah jin yang bernama Sa’ala? Wallahu a’lam.
Sedangkan cara mengusir hantu jin tersebut adalah dengan segera melakukan
adzan.
·
Referensi:
Qurrot al-'Ain bi Fatawi Isma'il
Zain halaman 20 dan al-Adab asy-Syar'iyyah juz 3 halaman 369.
(حَوْلَ
خُرُوْجِ شِبْحِ الشَّخْصِ الْمَيِّتِ بَعْدَ مَوْتِهِ) سُؤَالٌ: وَقَعَ فِي
بَلَدِنَا مُنْذُ زَمَنٍ قَدِيْمٍ مَا يُسَمُّوْنَهُ بِجَرَاغْكُوْغَ .
وَتَوْضِيْحُ المَسْأَلَةِ أَنَّ مَنْ مَاتَ مِنَ أَهْلِ الفُجُوْرِ يَخْرُجُ مِنْ
قَبْرِهِ خَلْقٌ يُشْبِهُ حَيَوَانًا ذُوْ صُوْرَةٍ مَخُوْفَةٍ . كَانَ يَخْرُجُ
مِنْ قَبْرِ ذَلِكَ المَيِّتِ فَيَذْهَبُ إِلَى بُيُوْتِ النَّاسِ يُخَوِّفُهُمْ
بِشَتىَّ أَنْوَاعِ الْمَخُوْفَاتِ يُخَوِّفُهُمْ بِصُوْرَتِهِ وَصَوِْتِهِ
وَشَكْلِهِ وَغَيْرِ ذَلِكَ . وَهُوَ يَتَشَكَّلُ بِصُوَرٍ مُخْتَلِفَةٍ
عَجِيْبَةٍ وَرُبَّمَا يُسْمَعُ صَوْتُهُ وَلاَ يُرَى شَخْصُهُ. وَكَثِيْرًا مَّا
يَتَشَكَّلُ بِصُوْرَةِ ذَلِكَ الْمَيِّتِ تَمَامًا. وَيَكُوْنُ خُرُوْجُ ذَلِكَ
الشَّيْءِ الخَبِيْثِ بَعْدَ الغُرُوْبِ إِلَى أَنْ طَلَعَ الفَجْرُ هَذَا مَا سَمِعْنَا
مِنْ بَعْضِ النَّاسِ . ثُمَّ إِنَّهُمْ يَخْتَلِفُوْنَ فِي ذَلِكَ . فَمِنْهُمْ
مَنْ قَالَ ِإنَّهُ رُوْحُ ذَلِكَ الْمَيِّتِ أَخْرَجَهُ اللهُ إِلَى هَذِهِ
الدُّنْيَا إِعْلَامًا مِنْهُ سُبْحَانَهُ أَنًَّ صَاحِبَهُ كَانَ مِنْ أَهْلِ
الفُجُوْرِ . وَمِنْهُمْ مَنْ قَالَ إِنَّهُ شَيْطَانٌ يُفْتِنُ النَّاسَ .
وَمِنْهُمْ مَنْ قَالَ إِنَّهُ عَمَلُ الْمَيِّتِ السَّيِّءِ خَلَقَهُ اللهُ
وَجَسَّمَهُ. فَنَرْجُو مِنْكُمْ تَوْضِيْحَ الْجَوَابِ وَاللهُ يَجْزِيْكُمْ
بِالأَجْرِ وَالثَّوَابِ.الجَوَابُ: وَاللهُ المُوَفِّقُ لِلصَّوَابِ:أَنّهُ لَا
يَنْبَغِيْ أَنْ يَقُوْلَ الإِنْسَانُ كُلَّ مَا سَمِعَ, وَفِي الْحَدِيْثِ "
كَفَي بِالْمَرْءِ كَذِبًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ " وَلاَ
يَنْبَغِيْ أَنْ يَعْتَقِدَ مِثْلَ هَذَا. فَقَدْ جَاءَ الشَّرْعُ الْحَكِيْمُ
بِالنَّهْيِ عَنْ مِثْلِ هَذَا الإِعْتِقَادِ . قَالَ صلى الله عليه وسلم "
لَا عَدْوَى وَلَا طِيَرَةَ وَلَا هَامَةَ وَلَا صَفَرَ " رَوَاهُ
البُخَارِيّ وَمُسْلِمٌ. وَالهَامَةُ هِيَ نَوْعٌ مِنَ الطُّيُوْرِ كَانَ أَهْلُ
الجَاهِلِيَّةِ يَعْتَقِدُوْنَ أَنَّ رُوْحَ الْمَيِّتِ تَتَجَسَّمُ فِيْهَا
وَأَنَّهَا تَدُوْرُ حَوْلَ بَيْتِهِ وَتَِأْتِيْ لَيْلاً إِلَى أَهْلِهِ فَنَهَى
رسولُ اللهِ صلى الله عليه وسلَّم عَنْ ذَلِكَ وَأَكَّدَ النَّهْيَ بِصِيْغَةِ
النَّفْيِ إِشَارَةً إِلَى أَنَّ هَذَا غَيْرُ وَاقِعٍ. وَمَا فِي صُوْرَةِ
السُّؤَالِ مَنْ هَذَا النَّوْعِ فََيَنْبَغِيْ أَنْ لاَ يَعْتَقِدَ ذَلِكَ وَلاَ
يُصَدِّقَهُ الْمُؤْمِنُوْنَ العُقَلاَءُ . وَقُدْرَةُ اللهِ سُبْحَانَهُ
وَتَعَالَى صَالِحَةٌ لِكُلِّ شَيْءٍ لَكِنَّهُ مِنْ رَحْمَتِهِ لِعِبَادِهِ وَلاَ
سِيَّمَا هَذِهِ الأُمّةِ الْمُحَمَّدِيَّةِ جَعْلُ بَعْضِ الأُمُوْرِِ
مَسْتُوْرَةً وَمَخْفِيَّةً وَبَعْضِ الأُمُوْرِ مَوْكُوْلَةً إِلَيْهِ لاَ
يَعْلَمُ حَقِيْقَةَ مَصِيْرِهَا إِلاَّ هُوَ.
فَصْلٌ فِي الْمُسْنَدِ, وَالصَّحِيْحَيْنِ
وَغَيْرِهَا عَنْهُ عَلَيْهِ السّلامُ قَالَ: {لاَ هَامَةَ وَلاَ صَفَرَ} زَادَ
مُسْلِمٌ وَغَيْرُهُ {وَلاَ نَوْءَ وَلاَ غَوْلَ} فَالْهَامَةُ مُفْرَدُ الْهَامِ
وَكَانَ أَهْلُ الجَاهِلِيَّةِ يَقُوْلُوْنَ لَيْسَ أَحَدٌ يَمُوْتُ فَيُدْفَنُ
إِلاَّ خَرَجَ مِنْ قَبْرِهِ هَامَةٌ وَكَانَتِ العَرَبُ تَزْعُمُ أَنَّ عِظَامَ
الْمَيِّتِ تَصِيْرُ هَامَةً فَتَطِيْرُ وَكَانُوْا يَقُوْلُوْنَ إِنَّ القَتِيْلَ
يَخْرُجُ مِنْ هَامَتِهِ أَيْ مِنْ رَأْسِهِ هَامَةٌ فَلاََ تَزَالُ تَقُوْلُ
اسْقُوْنِيْ اسْقُوْنِيْ حَتّىَ يُؤْخَذَ بِثَأْرِهِ وَيَقْتُلَ قَاتِلَهُ .
وَقَوْلُهُ " لاَ صَفَرَ " قِيْلَ: كَانُوْا يَتَشَاءَمُوْنَ بِدُخُوْلِ
صَفَرَ فَقَالَ عليه السّلامُ {لاَ صَفَرَ} وَقِيْلَ: كَانَتِ العَرَبُ تَزْعُمُ
أَنَّ فِي البَطْنِ حَيَّةً تُصِيْبُ الإِنْسَانَ إِذَا جَامَعَ وَتُؤْذِيْهِ
ِوَإِنَّمَا تُعَدِّيْ فَأَبْطَلَهُ الشَّارِعُ . وَقَالَ مَالِكٌ كَانَ أَهْلُ
الجَاهِلِيَّةِ يُحِلُّوْنََ صَفَرَ عَامًا وَيُحَرِّمُوْنَهُ عَامًا . إِلَى أَنْ
قَالَ ... وَالغَوْلُ أَحَدُ الغَيْلاَنِ وَهِيَ جِنْسٌ مِنَ الْجِنِّ,
والشَّيَاطِيْنِ . كَانَتِ العَرَبُ تَزْعُمُ أَنَّ الغَوْلَ فِي الْفَلاَةِ
يَتَرَاءَى لِلنَّاسِ فَيَتَغَوَّلُ تَغَوُّلاً أَيْ: يَتَلَوَّنُ تَلَوُّنًُا فِي
صُوَرٍ شَتَّى وَيُغَوِّلُهُمْ أَيْ: يُضِلُّهُمْ عَنِ الطَّرِيْقِ
وَيُهْلِكُهُمْ, فَنَفَاهُ الشَّارِعُ وَأَبْطَلَهُ قِيْلَ هَذَا وَقِيْلَ لَيْسَ
نَفْيًا لِعَيْنِ الغَوْلِ وَوُجُوْدِهِ وَإِنَّمَا فِيْهِ إِبْطَالُ زَعْمِ
العَرَبِ وَتَلَوُّنِهِ بِالصُّوَرِ الْمُخْتَلِفَةِ وَاغْتِيَالِهِ فَيَكُوْنُ
مَعْنىَ " لاَ غَوْلَ " لِأَنَّهَا لاَ تَسْتَطِيْعُ أَنْ تُضِلَّ
أَحَدًا وَيَشْهَدُ لَهُ الحَدِيْثُ الأَخِيْرُ {لاَ غَوْلَ وَلَكِنِ
السَّعاَلَي}. وَهُوَ فِي مُسْلِمٍ وَغَيْرِهِ, وَالسَّعاَلَي سَحَرَةُ الْجِنِّ
لَكِنْ فِي الْجِنِّ سَحَرَةٌ لَهُمْ تَلْبِيْسٌ وَتَخْيِيْلٌ وَمِنْهُ
الْحَدِيْثُ {إِذَا تَغَوَّلَتِ الْغَيَلاَنُ فَبَادِرُوْا بِالْأَذَانِ} أَيْ:
اِدْفَعُوْا شَرَّهَا بِذِكْرِ اللهِ وَمِنْهُ حَدِيْثُ أَبِيْ أَيُّوْبَ وَأَبِي
هُرَيِرَةَ فَجَاءَتَ الغَوْلُ فَكَانَتْ تَأْخُذُ التَّمْرَ وَهُوَ مَشْهوْرٌ .
وَرَوَى الخَلاَّلُ عنَ ْطَاوُسٍ أَنَّ رَجُلاً صَحِبَهُ فَصَاحَ غُرَابٌ فَقَالَ
خَيْرٌ خَيْرٌ, فَقَالَ لَهُ طَاوُسٌ وَأَيُّ خَيْرٍ عِنْدَ هَذَا وَأَيُّ شَرٍّ؟
لاَ تَصْحَبْنِيْ .
12.Kisi permasalahan: Dalam beberapa keterangan telah dijelaskan bahwa manusia
ketika dikumpulkan di padang Mahsyar kelak dalam keadaan telanjang bulat. Adakah dari kalangan manusia yang
pada saat itu tidak dalam keadaan telanjang? Dan dari manakah pakaian tersebut
mereka peroleh?
·
Jawaban:
Memang benar, ada sebagian manusia
yang tidak telanjang pada saat tersebut yaitu para nabi, syuhada. Mereka
dikumpulkan di padang Mahsyar dengan menggunakan kain kafan yang mereka pakai
pada saat dikuburkan. Dan menurut keterangan lain mengatakan bahwa para
ahli zuhud sama seperti para syuhada akan tetapi keterangan ini dinilai kurang
valid.
·
Referensi: al-Fatawi al-Haditsiyah halaman 183.
وَسُئِلَ نَفَعَ اللهُ بِهِ: هَلْ يُحْشَرُ
أَحَدٌ غَيْرُ عَارٍ؟ فَأجَابَ بِقَوْلِهِ: نَعَمْ, بَعْضُ النَّاسِ أَيْ وَهُمْ
الشُّهَدَاءُ يُحْشَرُ فِيْ أَكْفَانِهِمْ كَمَا قَالَهُ البَيْهَقِيْ, وَحُمِلَ
عَلَى ذَلِكَ الْحَدِيْثُ الصَّحِيْحُ " يُبْعَثُ الْمَيِّتُ فِيْ ثِيَابِهِ
الَّتِيْ يَمُوْتُ فِيْهَا " وَجَاءَ عَنِ عُمَرَ وَمُعَاذٍ رَضِيَ الله
ُعَنْهُمَا " حَسِّنوُا أَكْفَانَ مَوْتاَكُمْ فَإِنَّ النَّاسُ يُحْشَرُ فِي
أَكْفَانِهِمْ " وَهَذَا مِنْهُمَا لَهُ حُكْمُ الْمَرْفُوْعِ, وَأَخْرَجَ
الدَّيْنُوْرِيُّ عَنِ الْحَسَنِ " أَنَّ أَهْلَ الزُّهْدِ كَالشُّهَدَاءِ
" وَهُوَ فِيْ حُكْمِ المُْرْسَلِ الْمَرْفُوْعِ وَإِذَا ثَبَتَ ذَلِكَ
لِهَؤُلاَءِ فَالأَنْبِيَاءُ أَوْلَى .
13.Kisi permasalahan: Anak kecil yang telah meninggal dunia atau lahir dalam
keadaan sudah mati tentunya masih bersih dari noda dan dosa. Apakah kelak
mereka ketika mendatangi padang Mahsyar mendapat fasilitas tertentu yaitu
dengan menaiki kendaraan sebagaimana orang-orang yang bertakwa? Dan apakah
mereka akan dikumpulkan di padang Mahsyar sebagaimana umur mereka pada saat
meninggal dunia?
·
Jawaban:
Memang benar, kelak mereka akan
menaiki kendaraan sebagaimana para muttaqin (orang-orang yang bertakwa).
Sementara mengenai batasan umur mereka kelak, kalau melihat keterangan al-Quran,
secara tersirat mengatakan bahwa mereka akan dikumpulkan di padang Mahsyar sama
seperti ketika meninggal dunia (masih kecil). Akan tetapi menurut keterangan
yang diriwayatkan Ibnu Abi Hatim bahwa janin-janin yang terlahir sudah dalam
keadaan mati akan dikumpulkan di surga sampai hari kiamat dan akan dibangunkan
kelak seakan telah berumur 40 tahun.
·
Referensi:
Hamisy al-Fatawi al-Fiqhiyah
al-Kubra juz 4 halaman 233.
(سُئِلَ) عَنْ الْأَطْفَالِ وَالسِّقْطِ
هَلْ يَأْتُونَ إلَى الْمَحْشَرِ رُكْبَانًا كَالْمُتَّقِينَ أَمْ لَا؟
(فَأَجَابَ) نَعَمْ يَأْتُونَ الْمَحْشَرَ رُكْبَانًا كَالْمُتَّقِينَ . (سُئِلَ)
هَلْ يُحْشَرُ الْأَطْفَالُ وَالسُّقُوطُ عَلَى قَدْرِ أَعْمَارِهِمْ أَمْ لَا؟
(فَأَجَابَ) تُحْشَرُ الْأَطْفَالُ وَالسُّقُوطُ عَلَى قَدْرِ أَعْمَارِهِمْ هَذَا
مُقْتَضَى الْكِتَابِ الْعَزِيزِ لَكِنْ رَوَى ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ عَنْ خَالِدِ
بْنِ مَعْدَانَ قَالَ إنَّ سِقْطَ الْمَرْأَةِ يَكُونُ فِي نَهْرٍ مِنْ أَنْهَارِ
الْجَنَّةِ يَتَقَلَّبُ فِيهِ حَتَّى تَقُومَ السَّاعَةُ فَيُبْعَثُ ابْنَ
أَرْبَعِينَ سَنَةً .
14.Kisi permasalahan: Apakah anak yang masih kecil secara fisik kelak akan
mengalami perubahan pada saat mereka dikumpulkan di padang Mahsyar? Kemudian
setelah mereka masuk surga akankah mereka menikah dengan seorang bidadari?
·
Jawaban:
Sebagaimana diterangkan di atas
bahwa saat berada di padang Mahsyar, secara fisik mereka tidak mengalami
perubahan. Akan tetapi setelah mereka masuk surga, secara mendadak berubah
menjadi anak remaja kemudian mereka menikah bukan hanya dengan bidadari saja
akan tetapi juga dengan perempuan yang berasal dari dunia.
·
Referensi:
al-Fatawi al-Haditsiyah halaman 183.
وَسُئِلَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: هَلْ
يُحْشَرُ الطِّفْلُ عَلَى صُوْرَتِهِ؟ وَهَلْ يَتَزَوَّجُ مِنَ الْحُوْرِ
اْلعِيْنِ؟ وَهَلْ اْلوِلْدَاُن مِنْ جِنْسِ الْحُوْرِ؟ فَأَجَابَ بِقَوْلِهِ:
الطِّفْلُ يَكُوْنُ فِي الْحَشْرِ عَلَى خِلْقَتِهِ, ثُمَّ عِنْدَ دُخُوْلِ الْجَنَّةِ
يُزَادُ فِيْهَا حَتَّى يَكُوْنَ كَالْبَالِغِ ثُمَّ يَتَـزَوَّجُ مِنْ نِسَاءِ
الدُّنْيَا وَمِنَ الْحُوْرِ وَهُنَّ وَالْوِلْدَانُ جِنْسٌ وَاحِدٌ .
15.Kisi permasalahan: Hampir semua umat Islam meyakini bahwa kelak mereka akan
menjalani sebuah proses yang amat menentukan yaitu dengan melewati jembatan.
Bagi yang berhasil melewatinya dia akan masuk surga sedangkan yang tidak
selamat akan kecebur ke dalam neraka. Adakah
dalil atau keterangan yang jelas tentang hal-hal yang berkenaan dengan jembatan
atau shirath tersebut?
·
Jawaban:
Mengenai keterangan terbuat dari
bahan apa jembatan tersebut, belum ditemukan. Yang ada adalah dalil yang
menerangkan bahwa shirath ini semacam jembatan panjang yang membentang
di atas neraka Jahanam. Bentuknya lebih tipis dari sehelai rambut dan lebih
tajam dari sebilah mata pedang. Ada beberapa malaikat di pinggirnya dan
beberapa anjing juga ada di tempat itu. Jembatan ini akan dilewati semua
manusia. Bagi yang berhasil melaluinya, dia termasuk orang-orang beruntung. Dan
bagi yang terpeleset akan langsung tercebur ke dalam neraka yang menganga di
bawahnya. Tingkat keberhasilan dan kesulitan
dalam melalui jembatan tersebut sangat tergantung dengan tingkat ketaatan
manusia terhadap ajaran agama.
·
Referensi:
Hamisy al-Fatawi al-Fiqhiyah
al-Kubra juz 4 halaman 209-211.
(سُئِلَ)
عَنْ الصِّرَاطِ هَلْ وَرَدَ أَنَّهُ مِنْ كَذَا وَفِي ضَمَّةِ الْقَبْرِ
لِلْمَيِّتِ هَلْ هِيَ قَبْلَ السُّؤَالِ أَوْ بَعْدَهُ؟ (فَأَجَابَ) بِأَنَّ
الَّذِي وَرَدَ أَنَّ الصِّرَاطَ جَسْرٌ مَمْدُودٌ عَلَى مَتْنِ جَهَنَّمَ يَمُرُّ
عَلَيْهِ جَمْعُ الْخَلَائِقِ يَعْبُرُهُ أَهْلُ الْجَنَّةِ وَتَزِلُّ فِيهِ
أَقْدَامُ أَهْلِ النَّارِ وَقَدْ وَرَدَتْ بِهِ الْأَحَادِيثُ الصَّحِيحَةُ
وَاسْتَفَاضَتْ وَهُوَ مَحْمُولٌ عَلَى ظَاهِرِهِ وَفِي رِوَايَةٍ {أَنَّهُ
أَدَقُّ مِنْ الشَّعْرِ وَأَحَدُّ مِنْ السَّيْفِ} وَقَدْ أَجْرَاهُ أَكْثَرُ
أَهْلِ السُّنَّةِ عَلَى ظَاهِرِهِ ، وَقَالَ بَعْضُهُمْ لَوْ ثَبَتَ ذَلِكَ
لَوَجَبَ تَأْوِيلُهُ لِيُوَافِقَ الْحَدِيثَ الْآخَرَ فِي قِيَامِ الْمَلَائِكَةِ
جَنْبَيْهِ وَكَوْنِ الْكَلَالِيبِ فِيهِ وَإِعْطَاءِ الْمَارِّ عَلَيْهِ مِنْ
النُّورِ قَدْرَ مَوْضِعِ قَدَمَيْهِ وَمَا هُوَ فِي دِقَّةِ الشَّعْرِ لَا
يَحْتَمِلُ ذَلِكَ بَلْ بِأَنَّ كَوْنَهُ أَدَقَّ مِنْ الشَّعْرِ يُضْرَبُ مَثَلًا
لِلْخَفِيِّ الْغَامِضِ . وَوَجْهُ غُمُوضِهِ أَنَّ يُسْرَ الْجَوَازِ عَلَيْهِ
وَعُسْرَهُ عَلَى قَدْرِ الطَّاعَاتِ وَالْمَعَاصِي وَإِنْ دَقَّ كُلٌّ مِنْ
الْقِسْمَيْنِ وَلَا يَعْلَمُ حُدُودَ ذَلِكَ إلَّا اللَّهُ . وَكَوْنُهُ أَحَدَّ
مِنْ السَّيْفِ بِسُرْعَةِ إنْفَاذِ الْمَلَائِكَةِ أَمْرَ اللَّهِ بِإِجَازَةِ
النَّاسِ عَلَيْهِ .
16.Kisi permasalahan: Apakah orang-orang kafir kelak di akhirat juga menjalani
proses penitian jembatan yang terbentang di antara surga dan neraka (shirath)
atau langsung dimasukkan ke dalam neraka?
·
Jawaban:
Dalam sebagian keterangan dijelaskan
mereka juga akan melalui jembatan tersebut. Sedangkan keterangan yang lain
tidak demikian. Namun keterangan yang pertama diarahkan bagi orang-orang
munafik bukan orang kafir. Ada juga pendapat yang mengatakan bahwa yang
menempuh jembatan tersebut hanya orang-orang munafik, kafir Yahudi dan Nasrani.
Hal ini sangat kontradiksi dengan pendapat yang mengatakan mereka langsung
dimasukkan kedalam neraka.
·
Referensi: al-Fatawi al-Haditsiyah halaman 182.
وَسُئِلَ نَفَعَ اللهُ بِهِ: هَلْ يَمُرُّ
الْكَافِرُ عَلَى الصِّرَاطِ؟ فَأَجَابَ
بِقَوْلِهِ: فِي أَحَادِيْثَ مَا يَقْتَضِي أَنَّهُمْ يَمُرُّوْنَ وَفِي
أَحَادِيْثَ مَا يَقْتَضِي خِلاَفَهُ, وَجَمَعَ بِحَمْلِ اْلأَوَّلِ عَلَى
الْمُنَافِقِيْنَ. إِلَى أَنْ قَالَ ... قِيْلَ: الظَّاهِرُ أَنَّهُ لاَ يَمُرُّ
عَلَيْهِ إِلاَّ الْمُنَافِقُوْنَ وَاْليَهُوْدِيُّ وَالنَّصَارَى, فَقَدْ وَرَدَ
فِي الْحَدِيْثَ أَنَّهُمْ يُحْمَلُوْنَ عَلَيْهِ ثُمَّ يَسْقُطُوْنَ فِي النَّارِ
.
17.Kisi permasalahan: Apakah peyeberangan manusia di atas shirath terjadi
setelah penghitungan amal mereka atau sebelumnya?
·
Jawaban:
Penyeberangan manusia melewati
jembatan atau shirath terjadi sebelum ditimbangnya amal mereka karena
penimbangan amal adalah proses terakhir sebelum mereka menerima keputusan
berada di surga atau neraka. Dan bagi
mereka yang beriman akan dimasukkan ke dalam neraka atas dosa yang telah
diperbuatnya. Namun pada saatnya nanti akan diangkat kembali setelah mendapat
syafaat.
·
Referensi:
Hamisy al-Fatawi al-Fiqhiyah
al-Kubra juz 4 halaman 228.
(سُئِلَ)
عَنْ الْجَوَازِ عَلَى الصِّرَاطِ هَلْ هُوَ قَبْلَ وَزْنِ الْأَعْمَالِ أَمْ
بَعْدَهُ اِلَى أَنْ قَالَ ...(فَأَجَابَ) نَعَمْ الْجَوَازُ عَلَى الصِّرَاطِ
قَبْلَ وَزْنِ الْأَعْمَالِ فَإِنَّهُ لَيْسَ بَعْدَ الْوَزْنِ إلَّا
الِاسْتِقْرَارُ فِي أَحَدِ الدَّارَيْنِ إلَى أَنْ يُرِيدَ اللَّهُ إخْرَاجَ مَنْ
قَضَى بِتَعْذِيبِهِ مِنْ الْمُوَحِّدِينَ فَيَخْرُجُونَ مِنْ النَّارِ
بِالشَّفَاعَةِ
18.Kisi permasalahan: Disamping melalui proses penyeberangan, masih ada proses
lain untuk menuju surga atau neraka yaitu penimbangan atau penghitungan amal
perbuatan mereka. Proses ini untuk mengetahui seberapa banyak perbuatan baik
dan yang tercela. Terbuat dari bahan apakah timbangan tersebut? Apakah sama
sebagaimana timbangan yang di dunia? Dan yang ditimbang apakah amal perbuatan manusia itu
sendiri atau buku catatannya?
·
Jawaban:
Menurut keterangan yang ada, secara
garis besar timbangan tersebut hampir sama sebagaimana timbangan yang ada di
dunia yakni punya lidah atau tanda untuk mengetahui kadar berat sesuatu yang
ditimbang, disamping punya dua piringan yang satu mengkilap penuh cahaya
sebagai tempat amal perbuatan yang baik dan yang kedua adalah piringan kotor
dan lusuh sebagai tempat amal perbuatan yang tercela. Sebagaimana
keterangan di atas maka yang ditimbang adalah amal perbuatan itu sendiri yang
telah berubah bentuk menjadi jauhar. Namun menurut keterangan lain, yang
ditimbang bukan amal perbuatan akan tetapi buku catatannya.
·
Referensi:
Hamisy al-Fatawi al-Fiqhiyah
al-Kubra juz 4 halaman 233-234.
(سُئِلَ)
عَنْ الْمِيزَانِ هَلْ وَرَدَ أَنَّهُ مِنْ كَذَا وَمَا الْمَوْزُونُ؟
الْأَعْمَالُ وَحْدَهَا أَمْ صُحُفُهَا؟ (فَأَجَابَ) بِأَنَّهُ قَدْ وَرَدَ أَنَّ
الْمِيزَانَ ذُو لِسَانٍ وَكِفَّتَيْنِ ، وَأَنَّ كِفَّةَ الْحَسَنَاتِ مِنْ نُورٍ
وَكِفَّةَ السَّيِّئَاتِ مِنْ ظُلْمَةٍ وَقَدْ وَرَدَ أَيْضًا مَا يَدُلُّ عَلَى
أَنَّ الْمَوْزُونَ أَشْخَاصُ الْأَعْمَالِ بِأَنْ تَصِيرَ جَوَاهِرَ وَمَا
يَدُلُّ عَلَى أَنَّ الْمَوْزُونَ صُحُفُهَا وَرَجَّحَ كُلًّا مِنْهُمَا
جَمَاعَةٌ.
19.Kisi permasalahan: Apakah anak-anak kecil yang meninggal dunia juga
mengalami proses penghisaban atau penghitungan amal?
·
Jawaban:
Mengingat mereka belum mukallaf
maka amal perbuatan mereka tidak dihitung.
·
Referensi: Hamisy al-Fatawi al-Fiqhiyah al-Kubra juz 4 halaman 380.
(سُئِلَ) عَنْ الْأَطْفَالِ هَلْ يُحَاسَبُونَ؟ (فَأَجَابَ)
بِأَنَّهُمْ لَا يُحَاسَبُونَ لِعَدَمِ تَكْلِيفِهِمْ .
0 komentar:
Posting Komentar