BIOGRAFI
KH. MAHFUDZ ASIRUN AN-NADAWY
Pimpinan
PP. Al Itqon Jakarta Barat
KH Mahfudz, adalah
salah seorang alumni Pondok Pesantren An-Nida Al-Islamy Bekasi Timur pimpinan
Syaekh Muhammad Muhajirin bin Amsar ad-Dari. KH. Mahfudz Asirun adalah anak
ke-2 dari 7 bersaudara dari pasangan KH. Asirun bin H. Selong dan Hj. Marfuah
binti H. Mukhtar.
Ayah beliau adalah
seorang Guru ngaji di Duri Kosambi, Cengkareng Jakarta Barat, sementara
kakeknya H. Selong dikenal sebagai tokoh masyarakat Cengkareng pada masanya.
KH. Mahfudz Asirun lahir di Jakarta 1 Maret 1954. Setelah tamat MI, KH. Mahfudz
Asirun tidak melanjutkan belajar ke jenjang yang lebih tinggi, tetapi beliau
ikut berdagang ke pasar dengan berjualan beras, Sepulang berjualan, Beliau
pergi mengaji kepada beberapa mu’allim di sekitar Duri Kosambi diantaranya
adalah KH. Muhammad Arsyad, KH. Ahmad Zaini, KH. Hadromi, KH. Abdul Hamid dan
KH. Abdul Mubin yang dilaksanakan di rumah-rumah para mu’allim/guru dengan
metode bandongan atau sorogan,
Kepada para mu’allim
tersebut, KH. Mahfudz Asirun belajar tentang berbagai macam ilmu agama dengan
memakai kitab-kitan salafi. Pelajaran yang paling disukai adalah ilmu alat
seperti Nahwu, Shorof dan Al-Qur’an. Melihat kecerdasan, bakat dan kemampuan
KH. Mahfudz Asirun, kakaknya yang bernama KH. Ahmad Ma’ruf yang saat itu
mahasiswa IAIN (sekarang UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta menyarankan agar
adiknya melanjutkan pendidikannya di Pondok Pesantren An-Nida Al-Islamy Bekasi.
Beliaupun menyetujui
saran dari kakaknya, dengan restu dari kedua orangtuanya beliaupun berangkat
menimba ilmu ke Pondok Pesatren An Nida Al Islamy pimpinan Syekh Muhammad
Muhajirin Amsar Ad Dary. Dengan bekal ilmu yang sudah dimiliki, beliaupun mampu
menyerap berbagai macam ilmu dari Syekh Muhajirin, baik Nahwu, Shorf, Fiqih,
Tauhid, Tsawuf, Tafsir, Falaq dan terutama Ilmu Hadits yang menjadi
spesialisasi Syekh Muhajirin, Bahkan beliau menjadi salah satu murid kesayangan
dan kepercayaan Syekh Muhajirin karena kecerdasan dan keseriusannya dalam
belajar ilmu agama. Hampir disetiap ta’lim Syekh Muhajirin beliau sering kali
disuruh untuk membacakan kitab. Saking percayanya syekh Muhajirin kepadanya,
beliau-pun disuruh memegang keuangan Syekh Muhajirin pribadi dan keuangan
Pondok Pesantren An Nida.
Pada tahun ke 7 setelah
masuk pesantren beliau mulai memikirkan untuk menyebarkan ilmu di kampung
halamannya, maka dimulailah kegiatan ta’lim dalam kelompok kecil yang dilakukan
oleh KH Mahfudz Asirun, yang pada ketika itu beliau masih berstatus sebagai
santri An Nida Al Islamy Bekasi yang dalam perkembangan selanjutnya jamaah
semakin bertambah dan menjangkau semua lapisan masyarakat. Kegiatan ta’lim itu
diselenggarakan, selain di rumah orang tua beliau, juga di sebuah mushalla
kecil di dekat rumah orangtua beliau, dalam perkembangannya jumlah jamaah terus
bertambah dan terus bertambah maka beliau mulai memikirkan jalan keluarnya,
maka pada tahun 1985, beliau mendirikan suatu lembaga pendidikan keagamaan yang
diberi nama Madrasah Diniyah Al-Itqon.
Konsentarasinya dalam
mencari dan menyebarkan ilmu seolah melupakan umurnya yang sudah berkepala 3 dan
Kyai Mahfudz pun mulai memikirkan untuk mencari pendamping hidup. pada tanggal
1 Sya’ban 1406 Hijriyah atau bertepatan pada tanggal 16 April 1986 beliau
menikah dengan Aan Kurniasih binti H. M. Arpandi yang lahir di Jakarta 30
Agustus 1966. dan sekarang telah dikaruniai 3 Putra dan 3 Putri. Anak-anaknya
adalah:
1)
Auzai Anwari Saat ini berkuliah di The Holy Quran And Islamic
Sciences, program S2 Khartoum Sudan
2)
Ulfiatul Abidah Saat ini berkuliah di IIQ Jakarta program S2
3)
Rohbie Surohbiel Saat ini berkuliah di International
University Of Africa Khartoum Sudan Program S1
4)
Kayyis Syamila Saat ini sekolah di Pondok Pesatren Al Hikmah
Brebes kelas 3 MA
5)
Albi Syarah Saat ini sekolah di Pondok Pesantren Al Itqon
kelas 2 MTs
6)
Da’il Rosih masih TK
Setelah belajar sekitar
13 tahun di Pesantren An Nida, KH. Mahfudz Asirun-pun meminta izin kepada Syekh
Muhajirin untuk benar-benar pulang kampung untuk melanjutkan dan mengembangkan
ta’lim yang sudah beliau rintis sejak lama.
Beliau adalah seorang
yang Akomodatif, Credible, Accountable, Acceptable, Competence, terbuka, adalah
figur beliau sebagai menejer dari lembaga pendidikan keagamaan Al Itqon,
sehingga amanah dari umat dapat beliau emban dan wujudkan secara konkrit berupa
bangunan dan fasilitas dari Pondok Pesantren dan Pondok Pesantren Al Itqon,
yang terus bertambah sejalan dengan bertambahnya jamaah dan santri Al Itqon.
Berbagai Kitab Salaf sebagai kitab kajian beliau sangat beragam dan
multidisipliner bidang kajian yang beliau kuasai dan beliau tularkan kepada
Jam’iyah Pondok Pesantren dan Santri-santri Pondok.
“Jam Kerja” beliau
sepenuhnya untuk umat, mulai dari menjelang Shalat Subuh sampai mendekati
Shalat Subuh kembali, sampai-sampai status PNS-nya beliau tinggalkan mulai
tahun 2005 dengan permohonan pensiun dini, padahal masa pensiun beliau masih
panjang sampai tahun 2014/2015, semuanya karena kecintaan dan “hobby” beliau
terhadap Jam’iyah/Santri dan Majelis/ Madrasah serta lingkungan pendidikan
keagamaan dan kemasyarakatan. Karena kepeduliannya kepada ummat, saat ini
beliaupun diserahkan amanah jabatan sebagai Rois Syuriah NU Jakarta Barat, dan
Penasehat MUI Jakarta Barat.
Alhamdulillah pernah jumpa dengan beliau dan putra putra beliau wasilah KH Rizqi DZULQORNAIN
BalasHapusbentar lagi anak ane jadi santrinya
Hapus