Home » » Wahabiyah Mengatakan Allah Duduk

Wahabiyah Mengatakan Allah Duduk

Written By MuslimMN on Minggu, 02 September 2012 | 03.33


Wahabiyah Mengatakan Allah Duduk


Ini Adalah Kekufuran. Apa yang telah disebutkan di atas adalah sebagian keyakinan yang terdapat dalam kitab-kitab Yahudi yang terkenal secara jelas menyebutkan kekufuran, mensifati Allah duduk.
Bandingkan dengan nash perkataan kelompok Wahabi berikut ini. Dalam kitab Majmu’ al-Fatawa jilid 4 halaman 374 karya Ibn Taimiyah al-Harrani yang oleh Wahabiyah para pengikut Muhammad ibn Abdul Wahhab dianggap sebagai imam mereka, mengatakan: “Sesungguhnya nabi Muhammad, Allah mendudukkannya di atas Arsy bersamaNya.”
Dalam kitab yang sama jilid 5 halaman 527 dan kitab Syarh Hadits an-Nuzul cetakan Dar al-Ashimah halaman 400 Ibn Taimiyah mengatakan: “Apa yang disebutkan dalam atsar dari Nabi bahwa kata duduk pada hak Allah ta’ala seperti yang disebutkan dalam hadits Ja’far ibn Abi Thalib dan Hadits Umar hendaknya tidak diserupakan dengan sifat-sifat jisim para hamba.” Kita memohon perlindungan kepada Allah dari kekufuran ini, beraninya ia menisbatkan kebohongan kepada Allah, RasulNya, para sahabat dan para imam umat Islam.
Pada halaman yang sama ia mengatakan: “Jika Allah tabaraka wata’ala duduk di atas Kursiy maka terdengar gesekan suara seperti suara pelana kuda yang masih baru.”
Kitab yang berjudul Syarh Hadits an-Nuzul isinya memuat perkataan Ibn Taimiyah yang menyesatkan dan jauh dari kebenaran. Kitab tersebut dicetak di Riyadh tahun 1993 oleh penerbit Dar al-‘Ashimah dan dita’liq oleh Muhammad al-Khumais yang seaqidah dengan Ibn Taimiyah dalam tasybih dan tajsim.
Perlu diketahui bahwa kata duduk tidak ada penisbatannya pada Allah dalam al-Qur’an ataupun dalam hadits. Itu hanyalah bid’ah Ibn Taimiyah yang kufur dan para pengikutnya Wahabiyah al-Musyabbihah dan orang yang sepaham dengan mereka.
Dalam kitab al-Asma wa ash-Shifat min Majmu’ al-Fatawa juz 1 cetakan Dar al-Kutub al-Ilmiyah tahqiq Mushthafa Abdul Qadir ‘Atha halaman 81 al-Mujassim Ibn Taimiyah mengatakan: “Ibn Hamid al-Mujassim berkata Apabila Allah datang kepada mereka dan duduk di atas KursiNya maka bumi akan terang dengan cahaya-cahayaNya.” Kita berlindung kepada Allah dari kekufuran semacam ini.
Dalam kitab Radd ad-Darimi ’ala Bisyr al-Marisiy cetakan Dar al-Kutub al-Ilmiyah halaman 74 ta’liq Muhammad Hamid al-Faqi, lihatlah kelicikannya dalam berdusta kepada Allah dan kepada agamanya, ad-Darimi pengarangnya mengatakan: “Sesungguhnya KursiNya seluas langit dan bumi, dan Dia benar-benar duduk di atasnya dan besarNya tidak lebih dari kursi itu kecuali kira-kira seukuran 4 jari, dan ketika itu terdengar suara seperti suara pelana hewan tunggangan yang masih baru jika ditunggangi beban yang berat“. Dan ia menisbatkan kekufuran ini pada Nabi Saw. Semoga Allah melindungi kita. Kitab ini dijadikan rujukan oleh Wahabiyah.
Ad-Darimi bernama lengkap Ustman ibn Said ad-Darimi seorang musyabbih yang wafat tahun 282H. Dia bukan al-Imam al-Hafidz as-Sunni Abu Muhammad Abdullah ibn Bahram ad-Darimi pengarang kitab as-Sunan yang wafat tahun 255H.
Dalam kitab yang sama halaman 71 ad-Darimi berbohong atas nama Rasulullah, bahwa Rasulullah Saw. mengatakan: “Aku mendatangi pintu surga, kemudian dibukakan untukku, kemudian aku melihat Tuhanku dan Ia sedang di atas KursiNya kadangkala dengan DzatNya Ia ada di atas Arsy dan terkadang dengan DzatNya Ia ada di atas kursi.” Ini adalah kekufuran yang sungguh mengherankan.
Pada halaman 73 ad-Darimi mengatakan: “Rasulullah Saw. bersabda: “Tuhan turun dari ArsyNya menuju KursiNya. Dan dia mengatakan: “Seorang perempuan berkata: “Pada suatu hari raja duduk di atas kursi.” Betapa beraninya ia menisbatkan kekufuran terhadap Nabi Saw.
Orang-orang yang beriman pasti merinding jika membaca kitab ini karena buruknya kekufuran yang ada di dalamnya. Kitab ini menjadi rujukan mereka, padahal di dalamnya penuh dengan kekufuran dan kesesatan, hal itu dikarenakan fanatik buta terhadap Ibn Taimiyah yang telah memuji kitab ini dan menganjurkan untuk membacanya. Ia juga mengklaim secara bohong bahwa kitab tersebut memuat aqidah para sahabat dan ulama salaf. Pujian Ibn Taimiyah ini dikutip oleh seorang muridnya yang bernama Ibn Qayyim al-Jauziyah yang selalu mengikuti kesesatan Ibn Taimiyah dalam kitabnya Ijtima’ al-Juyusy.
Pada halaman 85 dari kitab tersebut ad-Darimi mengatakan: “Ada riwayat yang sampai kepada kami bahwa mereka (para malaikat) ketika membawa Arsy dan di atasnya ada al-Jabbar (Allah) dengan kemulyaan dan keagunganNya, kadang mereka merasa berat hingga akhirnya mereka membaca la haula wala quwwata illa billah sehingga mereka merasa ringan dengan kekuasaan dan kehendak Allah. Kalau seandainya mereka tidak melakukan itu maka Arsy tidak akan ringan bagi mereka, juga para malaikat yang membawanya, begitu pula langit dan bumi dan segala sesuatu yang ada padanya. Jika Allah menghendaki maka pastilah ia akan bersemayam di atas punggung nyamuk sehingga mudah untuk membawaNya dengan kekuasaanNya dan kelembutan ketuhananNya, maka bagaimana di atas Arsy yang agung.”
Lihatlah pada agama Wahabiyah pengikut Ibn Taimiyah, Ibn al Qayyim al-Jauzi, Muhammad ibn Abdul Wahhab, Ibn Baz dan Ibn Utsaimin, betapa piciknya agama mereka agama tasybih dan tajsim mereka mengatakan nyamuk membawa Allah dan terbang denganNya. Sungguh picik akal mereka yang menggambarkan Allah lebih kecil dari nyamuk atau kadang lebih besar dari Arsy bentuknya.
Dalam kitab Syarh al-Qashidah an-Nuniyah karya Ibn Qayyim al-Jauziyah yang ditulis oleh Muhammad Khalil Haras al-Mujassim yang terang-terangan menyebutkan kekufuran pada halaman 256 mengatakan: “Mujahid berkata (ini adalah kebohongan yang dinisbatkan kepada Mujahid) bahwa Allah mendudukkan RasulNya bersamaNya di atas Arsy.”
Dalam kitab Thabaqat al-Hanabilah juz 1 cetakan Dar al-Kutub al-Ilmiyah cetakan pertama 1997 karya Abu Ya’la al-Mujassim panutan Wahabiyah mengatakan pada halaman 32: “Dan Allah azza wajalla di atas Arsy dan al-Kursi adalah tempat kedua telapak kakiNya.”
Dalam kitab Ma’arij al-Qabul karya Hafidz Hukmi yang diberi catatan kaki oleh Shalah ’Uwaidhah dan Ahmad al-Qadiri cetakan I terbitan Dar al-Kutub al-Ilmiyah juz 1 halaman 235 mengatakan: “Nabi bersabda: “Sesungguhnya Allah turun ke langit dunia dan di setiap langit Dia memiliki Kursi. Apabila Ia turun ke langit dunia, Dia duduk di atas kursiNya kemudian membentangkan dua lengannya. Dan ketika subuh Ia naik dan duduk di atas kursiNya.” Mereka berdusta kepada Allah dan RasulNya dan tidak merasa malu, itulah tabiat Wahabiyah.
Pada halaman 236 ia mengatakan: “Nabi bersabda: “Kemudian Allah memandang pada jam dua di surga ‘Adn yang menjadi tempat tinggalNya.”
Pada halaman 250-251 pengarangnya mengatakan: “Nabi bersabda: “Dan Allah turun dinaungi awan dari Arsy ke kursi.” Lihatlah bagaimana mereka menisbatkan kekufuran pada Nabi.
Pada halaman 257 Mujassim ini mengatakan: “Apabila datang hari Jum’at Allah turun di atas KursiNya di atas lembah sana.”
Pada halaman 267 ia menisbatkan kebohongan kepada Nabi bahwasanya beliau bersabda: “Kemudian aku datang kepada Tuhanku dan Dia berada di atas KursiNya atau di atas tempat tidurNya.”
Pada halaman 127 Musyabbih ini mengatakan: “Seorang perempuan berkata: “Pada hari dimana seorang raja duduk di atas kursi dan membalas kedzaliman orang yang berbuat dzalim.”
Dalam kitab yang berjudul Bada’ii al-Fawaid cetakan Dar al-Kutub al-‘Arabi juz 4 halaman 40 karya Ibn Qayyim al-Jauziyah murid Ibn Taimiyah mengatakan: “Dan janganlah kalian mengingkari bahwasanya Dia (Allah) duduk dan janganlah kalian mengingkari bahwasanya Ia mendudukkannya (Muhammad).” Dan dia telah berdusta dalam menisbatkan bait syair ini kepada ad-Daruquthni.
Dalam kitab yang berjudul Fath al-Majid Syarh Kitab at-Tauhid karya Abdurrahman ibn Hasan ibn Muhammad ibn Abdul Wahhab cetakan Dar Nadwah al-Jadidah Beirut halaman 356, cucu Muhammad ibn Abdul Wahhab ini mengatakan perkataan yang sama dengan aqidah Yahudi: “Adz-Dzahabi mengatakan: “Waki’ menyebutkan hadits dari Israil: “Apabila Tuhan duduk di atas Kursi.” Kekufuran macam apa ini?
Dan pembesar da’i mereka yaitu Ibn Baz telah melakukan muraja’ah (koreksi) terhadap kitab ini dan setuju untuk mencetaknya dengan hasyiyah yang ditulis oleh Muhammad al-Faqi dan merekomendasikannya serta banyak memujinya.

Kesimpulan
Apa yang telah kami sebutkan walau hanya sedikit, menjelaskan kepada pembaca kesamaan dan kesesuaian antara aqidah Yahudi dan keyakinan Wahabiyah dalam menisbatkan sifat duduk pada Allah. Allah Maha Suci dari sifat tersebut.
Amatilah dengan bijak pada apa yang digunakan oleh Wahabiyah mulai dari pemukanya Ibn Taimiyah sampai dengan para pengikutnya masa sekarang ini dalam penggunaan ungkapan-ungkapan kufur yang sama persis dengan ungkapan yang terdapat dalam kitab-kitab Yahudi.
Jelas, Wahabiyah adalah kelompok yang serupa dengan Yahudi dalam masalah aqidah. Meskipun mereka berusaha untuk menghilangkan cap tasybih dari para pemimpin mereka, akan tetapi hati mereka telah dirasuki oleh paham tajsim sebagaimana orang Yahudi yang telah dirasuki kecintaan kepada anak sapi sehingga membekas dalam hati mereka.
Mereka yang tertipu dan fanatik terhadap Ibn Taimiyah serta membelanya karena kebodohan atau fanatik buta mereka bahkan mereka menyebarkan kitab-kitabnya dan kebatilan-kebatilannya. Jika disebutkan pada mereka perkara ini dari Ibn Taimiyah yakni penisbatan duduk kepada Allah maka mereka membelanya, dan terkadang mereka sengaja menafikan hal itu dari Ibn Taimiyah.
Kami tidak cukup hanya mengutip perkataan para ulama yang terpercaya dalam beberapa karya mereka seperti yang disebutkan oleh Abu Hayyan al-Andalusi dalam kitab tafsirnya an-Nahru al-Mad dan al-Hafidz as-Subki dan al-Faqih Taqiyyuddin al-Husni asy-Syafi’i dan Qadhi Badruddin ibn Jama’ah, al-Hafidz al-Ala’i, Shalahuddin ash-Shafadi, dan banyak lagi selain mereka. Akan tetapi kita juga dapatkan dari buku-buku Ibn Taimiyah yang dia tulis sendiri menjadi bukti kuat aqidah sesat tersebut. Apalagi kitabnya itu dicetak dan disebarluaskan oleh para pengikut dan pecintanya, maka hal itu menjadi bukti atas kekufuran mereka dan rusaknya aqidah mereka yang serupa dengan aqidah Yahudi.
Dalam pasal berikutnya akan dipaparkan penjelasan yang lebih luas mengenai hal tersebut.
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

 
Meningkatkan Cinta Kita pada Sang Nabi
Copyright © 2011. PUSTAKA MUHIBBIN - Web Para Pecinta - All Rights Reserved
PROUDLY POWERED BY IT ASWAJA DEVELOPER
Themes by Maskolis.com | Published by Mas Template