Wahabiyah Mengatakan Allah Duduk
Ini Adalah Kekufuran. Apa yang telah
disebutkan di atas adalah sebagian keyakinan yang terdapat dalam kitab-kitab
Yahudi yang terkenal secara jelas menyebutkan kekufuran, mensifati Allah duduk.
Bandingkan dengan nash perkataan
kelompok Wahabi berikut ini. Dalam kitab Majmu’ al-Fatawa jilid 4
halaman 374 karya Ibn Taimiyah al-Harrani yang oleh Wahabiyah para pengikut
Muhammad ibn Abdul Wahhab dianggap sebagai imam mereka, mengatakan:
“Sesungguhnya nabi Muhammad, Allah mendudukkannya di atas Arsy bersamaNya.”
Dalam kitab yang sama jilid 5 halaman
527 dan kitab Syarh Hadits an-Nuzul cetakan Dar al-Ashimah halaman
400 Ibn Taimiyah mengatakan: “Apa yang disebutkan dalam atsar dari Nabi
bahwa kata duduk pada hak Allah ta’ala seperti yang disebutkan dalam hadits
Ja’far ibn Abi Thalib dan Hadits Umar hendaknya tidak diserupakan dengan
sifat-sifat jisim para hamba.” Kita memohon perlindungan kepada Allah dari
kekufuran ini, beraninya ia menisbatkan kebohongan kepada Allah, RasulNya, para
sahabat dan para imam umat Islam.
Pada halaman yang sama ia mengatakan: “Jika
Allah tabaraka wata’ala duduk di atas Kursiy maka terdengar gesekan suara
seperti suara pelana kuda yang masih baru.”
Kitab yang berjudul Syarh Hadits
an-Nuzul isinya memuat perkataan Ibn Taimiyah yang menyesatkan dan jauh
dari kebenaran. Kitab tersebut dicetak di Riyadh tahun 1993 oleh penerbit Dar
al-‘Ashimah dan dita’liq oleh Muhammad al-Khumais yang seaqidah
dengan Ibn Taimiyah dalam tasybih dan tajsim.
Perlu diketahui bahwa kata duduk tidak
ada penisbatannya pada Allah dalam al-Qur’an ataupun dalam hadits. Itu hanyalah
bid’ah Ibn Taimiyah yang kufur dan para pengikutnya Wahabiyah al-Musyabbihah
dan orang yang sepaham dengan mereka.
Dalam kitab al-Asma wa ash-Shifat
min Majmu’ al-Fatawa juz 1 cetakan Dar al-Kutub al-Ilmiyah tahqiq
Mushthafa Abdul Qadir ‘Atha halaman 81 al-Mujassim Ibn Taimiyah
mengatakan: “Ibn Hamid al-Mujassim berkata Apabila Allah datang kepada
mereka dan duduk di atas KursiNya maka bumi akan terang dengan
cahaya-cahayaNya.” Kita berlindung kepada Allah dari kekufuran semacam ini.
Dalam kitab Radd ad-Darimi ’ala
Bisyr al-Marisiy cetakan Dar al-Kutub al-Ilmiyah halaman 74 ta’liq
Muhammad Hamid al-Faqi, lihatlah kelicikannya dalam berdusta kepada Allah
dan kepada agamanya, ad-Darimi pengarangnya mengatakan: “Sesungguhnya
KursiNya seluas langit dan bumi, dan Dia benar-benar duduk di atasnya dan
besarNya tidak lebih dari kursi itu kecuali kira-kira seukuran 4 jari, dan
ketika itu terdengar suara seperti suara pelana hewan tunggangan yang masih
baru jika ditunggangi beban yang berat“. Dan ia menisbatkan kekufuran ini
pada Nabi Saw. Semoga Allah melindungi kita. Kitab ini dijadikan rujukan oleh
Wahabiyah.
Ad-Darimi bernama lengkap Ustman ibn
Said ad-Darimi seorang musyabbih yang wafat tahun 282H. Dia bukan
al-Imam al-Hafidz as-Sunni Abu Muhammad Abdullah ibn Bahram ad-Darimi pengarang
kitab as-Sunan yang wafat tahun 255H.
Dalam kitab yang sama halaman 71
ad-Darimi berbohong atas nama Rasulullah, bahwa Rasulullah Saw. mengatakan: “Aku
mendatangi pintu surga, kemudian dibukakan untukku, kemudian aku melihat
Tuhanku dan Ia sedang di atas KursiNya kadangkala dengan DzatNya Ia ada di atas
Arsy dan terkadang dengan DzatNya Ia ada di atas kursi.” Ini adalah
kekufuran yang sungguh mengherankan.
Pada halaman 73 ad-Darimi mengatakan: “Rasulullah
Saw. bersabda: “Tuhan turun dari ArsyNya menuju KursiNya. Dan dia mengatakan:
“Seorang perempuan berkata: “Pada suatu hari raja duduk di atas kursi.” Betapa
beraninya ia menisbatkan kekufuran terhadap Nabi Saw.
Orang-orang yang beriman pasti
merinding jika membaca kitab ini karena buruknya kekufuran yang ada di
dalamnya. Kitab ini menjadi rujukan mereka, padahal di dalamnya penuh dengan kekufuran
dan kesesatan, hal itu dikarenakan fanatik buta terhadap Ibn Taimiyah yang
telah memuji kitab ini dan menganjurkan untuk membacanya. Ia juga mengklaim
secara bohong bahwa kitab tersebut memuat aqidah para sahabat dan ulama salaf.
Pujian Ibn Taimiyah ini dikutip oleh seorang muridnya yang bernama Ibn Qayyim
al-Jauziyah yang selalu mengikuti kesesatan Ibn Taimiyah dalam kitabnya Ijtima’
al-Juyusy.
Pada halaman 85 dari kitab tersebut
ad-Darimi mengatakan: “Ada riwayat yang sampai kepada kami bahwa mereka
(para malaikat) ketika membawa Arsy dan di atasnya ada al-Jabbar (Allah) dengan
kemulyaan dan keagunganNya, kadang mereka merasa berat hingga akhirnya mereka
membaca la haula wala quwwata illa billah sehingga mereka merasa ringan dengan
kekuasaan dan kehendak Allah. Kalau seandainya mereka tidak melakukan itu maka
Arsy tidak akan ringan bagi mereka, juga para malaikat yang membawanya, begitu
pula langit dan bumi dan segala sesuatu yang ada padanya. Jika Allah
menghendaki maka pastilah ia akan bersemayam di atas punggung nyamuk sehingga
mudah untuk membawaNya dengan kekuasaanNya dan kelembutan ketuhananNya, maka
bagaimana di atas Arsy yang agung.”
Lihatlah pada agama Wahabiyah pengikut
Ibn Taimiyah, Ibn al Qayyim al-Jauzi, Muhammad ibn Abdul Wahhab, Ibn Baz dan
Ibn Utsaimin, betapa piciknya agama mereka agama tasybih dan tajsim mereka
mengatakan nyamuk membawa Allah dan terbang denganNya. Sungguh picik
akal mereka yang menggambarkan Allah lebih kecil dari nyamuk atau kadang
lebih besar dari Arsy bentuknya.
Dalam kitab Syarh al-Qashidah
an-Nuniyah karya Ibn Qayyim al-Jauziyah yang ditulis oleh Muhammad
Khalil Haras al-Mujassim yang terang-terangan menyebutkan kekufuran pada
halaman 256 mengatakan: “Mujahid berkata (ini adalah kebohongan yang
dinisbatkan kepada Mujahid) bahwa Allah mendudukkan RasulNya bersamaNya di atas
Arsy.”
Dalam kitab Thabaqat al-Hanabilah juz
1 cetakan Dar al-Kutub al-Ilmiyah cetakan pertama 1997 karya Abu
Ya’la al-Mujassim panutan Wahabiyah mengatakan pada halaman 32: “Dan
Allah azza wajalla di atas Arsy dan al-Kursi adalah tempat kedua telapak
kakiNya.”
Dalam kitab Ma’arij al-Qabul karya
Hafidz Hukmi yang diberi catatan kaki oleh Shalah ’Uwaidhah dan Ahmad
al-Qadiri cetakan I terbitan Dar al-Kutub al-Ilmiyah juz 1 halaman 235
mengatakan: “Nabi bersabda: “Sesungguhnya Allah turun ke langit dunia
dan di setiap langit Dia memiliki Kursi. Apabila Ia turun ke langit dunia, Dia
duduk di atas kursiNya kemudian membentangkan dua lengannya. Dan ketika subuh
Ia naik dan duduk di atas kursiNya.” Mereka berdusta kepada Allah dan
RasulNya dan tidak merasa malu, itulah tabiat Wahabiyah.
Pada halaman 236 ia mengatakan: “Nabi
bersabda: “Kemudian Allah memandang pada jam dua di surga ‘Adn yang menjadi
tempat tinggalNya.”
Pada halaman 250-251 pengarangnya mengatakan:
“Nabi bersabda: “Dan Allah turun dinaungi awan dari Arsy ke kursi.” Lihatlah
bagaimana mereka menisbatkan kekufuran pada Nabi.
Pada halaman 257 Mujassim ini
mengatakan: “Apabila datang hari Jum’at Allah turun di atas KursiNya di atas
lembah sana.”
Pada halaman 267 ia menisbatkan
kebohongan kepada Nabi bahwasanya beliau bersabda: “Kemudian aku datang
kepada Tuhanku dan Dia berada di atas KursiNya atau di atas tempat tidurNya.”
Pada halaman 127 Musyabbih ini
mengatakan: “Seorang perempuan berkata: “Pada hari dimana seorang raja duduk
di atas kursi dan membalas kedzaliman orang yang berbuat dzalim.”
Dalam kitab yang berjudul Bada’ii
al-Fawaid cetakan Dar al-Kutub al-‘Arabi juz 4 halaman 40 karya Ibn
Qayyim al-Jauziyah murid Ibn Taimiyah mengatakan: “Dan janganlah kalian
mengingkari bahwasanya Dia (Allah) duduk dan janganlah kalian mengingkari
bahwasanya Ia mendudukkannya (Muhammad).” Dan dia telah berdusta dalam
menisbatkan bait syair ini kepada ad-Daruquthni.
Dalam kitab yang berjudul Fath
al-Majid Syarh Kitab at-Tauhid karya Abdurrahman ibn Hasan ibn
Muhammad ibn Abdul Wahhab cetakan Dar Nadwah al-Jadidah Beirut halaman
356, cucu Muhammad ibn Abdul Wahhab ini mengatakan perkataan yang sama
dengan aqidah Yahudi: “Adz-Dzahabi mengatakan: “Waki’ menyebutkan
hadits dari Israil: “Apabila Tuhan duduk di atas Kursi.” Kekufuran macam
apa ini?
Dan pembesar da’i mereka yaitu Ibn Baz
telah melakukan muraja’ah (koreksi) terhadap kitab ini dan setuju
untuk mencetaknya dengan hasyiyah yang ditulis oleh Muhammad al-Faqi dan
merekomendasikannya serta banyak memujinya.
Kesimpulan
Apa yang telah kami sebutkan walau
hanya sedikit, menjelaskan kepada pembaca kesamaan dan kesesuaian antara aqidah
Yahudi dan keyakinan Wahabiyah dalam menisbatkan sifat duduk pada Allah. Allah
Maha Suci dari sifat tersebut.
Amatilah dengan bijak pada apa yang
digunakan oleh Wahabiyah mulai dari pemukanya Ibn Taimiyah sampai dengan para
pengikutnya masa sekarang ini dalam penggunaan ungkapan-ungkapan kufur yang
sama persis dengan ungkapan yang terdapat dalam kitab-kitab Yahudi.
Jelas, Wahabiyah adalah kelompok yang
serupa dengan Yahudi dalam masalah aqidah. Meskipun mereka berusaha untuk
menghilangkan cap tasybih dari para pemimpin mereka, akan tetapi hati
mereka telah dirasuki oleh paham tajsim sebagaimana orang Yahudi yang
telah dirasuki kecintaan kepada anak sapi sehingga membekas dalam hati mereka.
Mereka yang tertipu dan fanatik
terhadap Ibn Taimiyah serta membelanya karena kebodohan atau fanatik buta
mereka bahkan mereka menyebarkan kitab-kitabnya dan kebatilan-kebatilannya.
Jika disebutkan pada mereka perkara ini dari Ibn Taimiyah yakni penisbatan
duduk kepada Allah maka mereka membelanya, dan terkadang mereka sengaja
menafikan hal itu dari Ibn Taimiyah.
Kami tidak cukup hanya mengutip perkataan
para ulama yang terpercaya dalam beberapa karya mereka seperti yang disebutkan
oleh Abu Hayyan al-Andalusi dalam kitab tafsirnya an-Nahru al-Mad dan
al-Hafidz as-Subki dan al-Faqih Taqiyyuddin al-Husni asy-Syafi’i dan Qadhi
Badruddin ibn Jama’ah, al-Hafidz al-Ala’i, Shalahuddin ash-Shafadi, dan banyak
lagi selain mereka. Akan tetapi kita juga dapatkan dari buku-buku Ibn Taimiyah
yang dia tulis sendiri menjadi bukti kuat aqidah sesat tersebut. Apalagi
kitabnya itu dicetak dan disebarluaskan oleh para pengikut dan pecintanya, maka
hal itu menjadi bukti atas kekufuran mereka dan rusaknya aqidah mereka yang
serupa dengan aqidah Yahudi.
Dalam pasal berikutnya akan dipaparkan
penjelasan yang lebih luas mengenai hal tersebut.
0 komentar:
Posting Komentar