Home » » Wahabiyah Mengatakan Allah Bertempat, Berarah, dan Mempunyai Batasan

Wahabiyah Mengatakan Allah Bertempat, Berarah, dan Mempunyai Batasan

Written By MuslimMN on Minggu, 02 September 2012 | 04.47


Wahabiyah Mengatakan Allah Bertempat, Berarah, dan Mempunyai Batasan


Sebagaimana yang pembaca lihat bagaimana kelompok Wahabi ini selalu mengikuti kesesatan yang diyakini oleh kaum Yahudi. Bukan hanya itu, bahkan dalam kata-kata juga sama persis dengan yang disebutkan oleh kaum Yahudi. Jelas hal ini menambah keyakinan kita kebobrokan dan penyimpangan aqidah mereka. Kaum Yahudi tidak malu untuk mengatakan bahwa Allah berarah dan bertempat begitu juga kelompok Wahabi. Berikut penjelasannya:
Dalam kitab yang mereka namakan Safar Mazamir al-Ishhah 2 no. 4 kaum Yahudi mengatakan: “Penghuni langit menjadikan Allah tertawa.”
Dalam kitab yang mereka namakan Safar at-Takwin al-Ishhah 28 no. 16 kaum Yahudi mengatakan: “Sungguh, Tuhan ada di tempat ini dan saya tidak mengetahuinya.”
Dalam kitab yang mereka namakan Safar at-Takwin al-Ishhah 18 no. 1 kaum Yahudi mengatakan: “Dan Tuhan menampakkan diri kepadaNya di Balithat.”
Dalam kitab yang mereka namakan Safar Zakariya al-Ishhah 2 no. 13 kaum Yahudi mengatakan: “Diamlah kalian wahai manusia di depan Tuhan karena Ia telah bangun dari tempatNya.”
Berikut sebagian dari perkataan kufur Wahabiyah yang mengatakan Allah bertempat, berarah, dan mempunyai batasan.
Dalam kitab Radd ad-Darimi ‘ala Basyr al-Marisiy salah satu kitab referensi golongan Wahabiyah pada halaman 72, penulis mengatakan: “Akan tetapi Allah berada di atas ArsyNya di atas seluruh makhluk di tempat yang paling tinggi dan paling suci.”
Pada halaman 96 ia mengatakan: “Karena kita telah menempatkan Allah pada satu tempat, tempat yang paling tinggi, paling suci dan paling mulia. ArsyNya yang agung, suci dan mulia di atas langit ke tujuh yang tinggi, tidak ada manusia yang bersamaNya di sana, juga tidak ada jin dan tidak ada di sampingNya kapur, kamar kecil dan syetan.”
Pada halaman 100 ia mengatakan: “Puncak gunung lebih dekat dengan Allah dari pada bagian bawahnya. Dan puncak menara lebih dekat dengan Allah dari pada bagian bawahnya karena setiap yang lebih dekat ke langit maka ia lebih dekat kepada Allah. Malaikat yang membawa Arsy lebih dekat kepada Allah dari pada malaikat yang lainnya.”
Pada halaman 79 ia mengatakan: “Sesungguhnya Allah di atas ArsyNya dengan ada ruangan yang kosong. Dan langit yang tujuh berada di antara Dia dan makhlukNya yang ada di bumi.”
Pada halaman yang sama ia mengatakan: “Dan Tuhan langit dan bumi berada di atas Arsy yang makhluk dan yang agung, di atas langit ke tujuh tidak berada pada tempat lain, barangsiapa yang tidak mengetahui hal itu maka ia kafir kepada Allah dan ArsyNya.”
Pada halaman 80 ia mengatakan: “Karena Dia yang telah mensifati diriNya bahwa Ia berada pada tempat tertentu tidak pada tempat yang lain.”
Pada halaman 81 ia mengatakan: “Dan bahwasanya Ia berada di atas Arsy bukan pada tempat-tempat yang lain.” Kemudian ia mengatakan: “Di atas Arsy berada di udara akhirat.”
Dalam kitab ar-Raddu ‘ala al-Jahmiyah karya al Darimi al-Mujassim halaman 33 mengatakan: “Rasulullah berkata: “Kemudian Tuhan turun pada jam dua menuju surga And yang belum pernah dilihat mata dan belum pernah terdetak dalam hati manusia, itulah tempatNya dan tidak ada manusia bersamaNya kecuali tiga; para nabi, para shididiqin, dan para syuhada’.” Mustahil Rasulullah mengatakan perkataan kufur ini.
Pada halaman 43 ad-Darimi mengatakan: “Jadi, kenapa para malaikat berkeliling seputar ‘Arsy tidak lain karena Allah ada di atasnya.” Kemudian ia mengatakan: “Ada keterangan yang jelas dalam hal ini bahwa Allah mempunyai batasan dan Ia ada di atas Arsy sedangkan para malaikat berada di sekitarnya mengelilinganya bertasbih dan mensucikanNya.” Maha Suci Allah dari perkataan mereka.
Dalam kitab Syarh Nuniyah Ibn al-Qayyim karya Muhammad Khalil Haras halaman 249 ia mengatakan: “Dan dalam hal ini jelas bahwa Dia ada di atas karena Allah menyebutkan bahwa Arsy di atas langit yaitu tempatnya di atasnya secara fisik maka Allah di atas Arsy juga demikian secara fisik dan tidak benar selamanya memaknai di atas di sini dengan menguasai dan kemenangan.”
Dalam kitab yang dinamakan dengan al-Fawaid karya Ibn Qayyim al-Jauziyah ta’liq Basyir Muhammad Uyun cetakan Maktabah al-Muayyad Thaif cetakan II 1988 halaman 131 ia mengatakan: “Saya bersaksi bahwa Engkaulah raja yang berada di langit di atas ‘Arsynya.” Kemudian ia mengatakan: “Dia melihat dari atas langit ke tujuh dan mendengar.”
Dalam kitab Ma’arij al-Qabul juz 1 karya Hafidz Hukmi halaman 243 mengatakan: “Tuhan turun dari langit ke tujuh ke tempat yang dituju.” Kekufuran ini dinisbatkan kepada Rasulullah.
Dalam kitab yang bernama Qurratu Uyuni al-Muwahhidin karya Abdurrahman ibn Hasan ibn Muhammd ibn Abdul Wahhab cetakan pertama Maktabah al-Muayyad Thaif tahun 1990 halaman 263 ia mengutip pernyataan berikut: “Umat Islam dari kalangan Ahlussunnah telah bersepakat bahwa Allah berada di atas ArsyNya dengan DzatNya.” Kemudian ia mengatakan: “Istawa di atas Arsy benar-benar dengan DzatNya bukan bermakna majaz (kiasan).” Pernyataan yang sama ia sebutkan juga dalam kitabnya yang berjudul Fath al-Majid yang diberi catatan kaki oleh Ibn Baz.
Ibn Taimiyah dalam kitabnya Syarh Hadits an-Nuzul cetakan Dar al-Ashimah halaman 217 yang berbunyi: “Dan dalam Injil bahwa al-Masih ‘alaihissalam berkata: “Janganlah kalian bersumpah dengan langit karena sesungguhnya langit adalah kursi Allah.” Dan ia berkata kepada al-Hawariyyun (pengikutnya): “Apabila kalian memaafkan manusia maka Bapak kalian yang ada di langit mengampuni kalian semua.” Lihatlah kepada burung yang di langit, mereka tidak menanam, tidak memanen dan tidak berkumpul di udara. Dan Bapak kalian yang ada di langit, Dialah yang memberikan rizki kepada mereka (burung-burung) bukankah kalian lebih afdhal dari mereka?” Dan bukti-bukti seperti ini banyak dan kalau dipaparkan akan panjang pembahasannya. Orang yang berdalih dengan kekufuran maka ia kufur.
Dalam kitab yang bernama al-Aqidah ash-Shahihah wama Yudhaduha karya Wahabiyah disebutkan di dalamnya pada halaman 72 mengatakan: “Sesungguhnya Allah dengan Dzatnya berada di atas Arsy.” Kita katakan: “Ini adalah perkataan yang menyimpang dan bertentangan dengan naql dan akal.”
Dalam kitab Rad ad-Darimi yang telah disebutkan sebelumnya halaman 103 ad-Darimi ketika membantah al-Marisi seorang Muktazilah, mengatakan: “Kamu orang yang tidak tahu Allah dan tempatNya.”
Kesesatan yang semisal ini disebutkan oleh Abdurrahman as-Sabt dalam kitabnya yang bernama ar-Rahmanu ‘ala al-‘Arsy Istawa halaman 39 mengatakan: “Jika seandainya ia telah mengetahui (menurutnya Allah ada di langit) banyak orang-orang kafir, umat-umat yang lain dan fir’aun-firaun mereka ingin melihat Allah di langit...” Bani Israil mengatakan: “Ya Tuhan Engkau di langit dan kami di bumi.”
Bukti semacam ini banyak dan panjang apabila disebutkan, secara eksplisit dan implisit al-Qur’an telah menyebutkan hal itu. Sungguh aneh orang sesat ini yang mengaku Ahlussunnah sama seperti pendahulunya ad-Darimi al-Mujassim yang berdalih dengan perkataan orang kafir seperti Namrud, Fir’aun, Haman yang pemimpin-pemimpin Wahabiyah banyak mengambil aqidah mereka darinya. Lebih anehnya dia mengklaim bahwa al-Qur’an menyebutkan hal yang sama. Sama seperti Ibn Taimiyah yang mengambil kekufuran Yahudi yang sesuai dengan keyakinannya dia anggap sebagai sunnah dan dia katakan bahwa itu adalah ijma’ ulama’. Apa yang mereka lakukan bagaikan orang yang membangun sebuah bangunan di atas buih lautan bagaimana mungkin akan tegak.
Dalam kitab Syarh al-Aqidah al-Wasathayah karya Muhammad Khalil Haras halaman 92 ia mengatakan: “Jika yang dimaksud arah atas maka memang hakekatnya demikian.”
Dalam kitab ar-Risalah at-Tadmuriyah karya Ibn Taimiyah halaman 85 Mujassim berbohong mengatasnamakan Ahlussunnah: “Tidak ada seorangpun dari mereka (Ahlussunnah) mengatakan pada hak Allah dengan jisim atau mengingkarinya, tidak juga mengatakan benda dan bertempat atau semacamnya karena ungkapan bersifat umum tidak bisa langsung diterima atau ditolak.”
Dalam kitabnya Bayan Talbis al-Jahmiyah halaman 427 dan dalam kitab yang berjudul Minhaj as-Sunnah halaman 29-30 juz 2 Ibn Taimiyah mengutip perkataan seorang Mujassim Utsman ibn Said ad-Darimi dan ia setuju dengannya mengatakan: “Telah terjadi kesepakatan di antara umat Islam dan orang kafir bahwa Allah ada di langit dan mereka menyebutkan di situlah tempatNya.” Ini adalah kekufuran berdasarkan ijma’ umat Islam.
Dalam kitab Syarh Hadits an-Nuzul cetakan Dar al-Ashimah halaman 182 Ibn Taimiyah berbohong mengatasnamakan al-Asy’ari dan para sahabatnya: “Sesungguhnya Allah di atas ArsyNya dengan Dzatnya.”
Dalam kitab Tafsir Ayat al-Kursi karya Ibn ‘Utsaimin halaman 33 Musyabbih ini berkata: “Sedangkan ketinggian Dzat maka sesungguhnya Allah lebih tinggi dengan Dzatnya di atas segala sesuatu dan segala sesuatu di bawahNya dan Allah azza wajalla di atasnya dengan Dzatnya.”
Jelas bagi orang yang berakal dan memiliki pemahaman bahwa aqidah Ahlussunnah bertentangan dengan apa yang dianut mereka golongan Nejed dan anak buah Ibn Taimiyah ini. Ijma’ ulama Islampun mengatakan bahwa Allah Maha Suci dari tempat dan arah.
Sedangkan masalah ketinggian yang diyakini oleh Ibn Taimiyah dan para pengikutnya sehingga menyebabkan mereka tenggelam dalam lumpur kekufuran yang telah menutup telinga-telinga mereka, membutakan mata mereka dari kebenaran dan menyumbat telinga mereka, sehingga mereka meyakini keyakinan yang hina. Padahal ulama Ahlussunnah telah mengatakan bahwa barangsiapa yang mengatakan bahwa Allah bertempat di tempat yang tinggi secara fisik dan menafsirkan fauqiyah pada hak Allah dengan arah dan bertempat maka ia tidak mengenalNya dan tidak beriman kepadaNya. Karena ketinggian yang layak bagi Allah adalah ketinggian derajat bukan ketinggian tempat dan jarak. Akan tetapi hati yang telah buta dan terkunci tidak akan menerima makna yang benar, justru ia memilih ajaran Yahudi. Mereka telah digoda syetan yang telah menghiasi mereka dengan aqidah yang sesat. Mereka anggap semua itu adalah benar dan mereka bela sehingga mereka kafirkan orang yang menentangnya dan halal darahnya siapapun penentangnya.
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

 
Meningkatkan Cinta Kita pada Sang Nabi
Copyright © 2011. PUSTAKA MUHIBBIN - Web Para Pecinta - All Rights Reserved
PROUDLY POWERED BY IT ASWAJA DEVELOPER
Themes by Maskolis.com | Published by Mas Template