Penduduk Makkah Lebih Tahu Tentang Sejarah Makkah
Syekh Ahmad Zaini Dahlan mufti Makkah
pada akhir era kesultanan Ustmaniyah dalam kitab Tarikhnya pada pasal
tentang Fitnah al-Wahabiyah mengatakan: “Pada mulanya Muhammad ibn
Abdul Wahhab adalah seorang pelajar di kota Madinah al-Munawwarah. Ayahnya,
seorang muslim yang shalih dan alim, demikian juga saudaranya Syekh Sulaiman.
Ayah, saudara dan para gurunya telah berfirasat buruk pada Muhammad ibn Abdul
Wahhab, karena mereka sering menyaksikan perkataan, perbuatan dan
penyimpangannya dalam banyak masalah. Mereka memandangnya tidak baik dan
mengingatkan masyarakat dari penyimpangan Muhammad ibn Abdul Wahhab. Benar,
Allah menunjukkan firasat mereka ketika dia (Muhammad ibn Abdul Wahhab)
melakukan bid’ah yang sesat dan menyesatkan kaum awam dan bertentangan dengan
para ulama agama. Di antara bid’ahnya adalah: 1) Mengkafirkan umat Islam yang
ziarah ke makam nabi Saw. 2) Mengkafirkan umat Islam yang tawassul dengan para
nabi, para wali dan orang-orang shalih. 3) Mengkafirkan umat Islam yang ziarah
makam orang-orang shalih untuk bertabarruk. 4) Menyebutkan nama Nabi Saw.
ketika bertawassul atau nama nabi-nabi selainnya, para wali dan orang-orang
shalih menurutnya adalah syirik. 5) Mengkafirkan orang yang mengatakan: “Obat
ini bermanfaat bagiku, meskipun maksudnya adalah kiasan. Muhammad ibn Abdul
Wahhab menyebutkan macam-macam dalih untuk menguatkan pendapatnya dan
mengelabuhi orang awam, bahkan ia menulis buku untuk menyebarkan ajarannya.”
Sampai Syekh Zaini Dahlan mengatakan: “Banyak
guru Ibn Abdul Wahhab di Madinah yang berkata: “Orang ini akan sesat atau Allah
menyesatkan dengannya orang yang terlaknat dan celaka, dan kenyataannya seperti
itu. Muhammad ibn Abdul Wahhab mengklaim bahwa madzhab barunya dibuatnya untuk
memurnikan tauhid dan membebaskan dari kesyirikan. Dia katakan manusia dalam
kemusyrikan sejak 600 tahun dan dia datang untuk memperbaharui agama mereka.”
Diantara ulama yang menulis bantahan
terhadap Ibn Abdul Wahhab adalah salah seorang gurunya yang terbesar yaitu
Syekh Sulaiman al-Kurdi pengarang Hasyiyah Syarh Ibn Hajar 'ala
Matn Bafadhal. Diantara bantahannya: “Wahai Ibn Abdul wahhab aku
menasehatimu agar kamu diam dan jangan menyesatkan umat Islam. Saudara
Muhammad, Syekh Sulaiman ibn Abdul Wahhab menyusun sebuah risalah bantahan
berjudul “ash-Shawaiq al-Ilahiyyah fi Raddi ‘ala al-Wahabiyah” telah dicetak.
Kitab kedua berjudul “Fashl al-Khithab fi ar-Radd ‘ala Muhammad ibn Abdil
Wahhab”. Perkataan mufti Makkah Muhammad ibn Muhammad ibn Abdullah an-Najdi
bahwa ayah Muhammad ibn Abdul Wahhab dahulu marah kepadanya karena dia
(Muhammad) tidak memperhatikan fikih, artinya dia bukanlah ahli fikih dan juga
bukan ahli hadits. Celakalah dia dan mereka yang mengikutinya. Ketahuilah
kalian wahai pengikut dan pengagum Muhammad ibn Abdul wahhab dan dakwahnya.
Tidak seorang ulamapun yang hidup pada abad 12 menulis biografi Muhammad ibn
Abdul Wahhab mengatakan bahwa ia ahli fiqih atau ahli hadits.”
0 komentar:
Posting Komentar