Rencana Inggris Buat Muhammad Ibn Abdul Wahhab an-Najdi
“Seakan-akan aku keluar dari kulitku
karena sangat gembira dengan berita ini. Kemudian aku berkata pada
sekretaris, jadi apa pekerjaannya sekarang? Dan apa pekerjaan Syekh (Muhammad
ibn Abdul Wahhab) dan dari mana aku memulai.
Sekretaris mengatakan: “Kementrian
telah menyusun rencana yang matang sebagai tugas Syekh yaitu:
1. Mengkafirkan seluruh umat Islam, membolehkan membunuh
mereka, merampas harta mereka, menghancurkan harga diri mereka dan
menjual mereka di pasar perbudakan dan menjadikan mereka hamba sahaya
dan perempuannya sebagai jariyah (budak perempuan).
2. Menghancurkan Ka’bah dengan dalih menghancurkan
simbol-simbol berhala jika memungkinkan dan melarang manusia
melaksanakan haji dan mengadu domba antar kabilah-kabilah dengan
merampas harta jama’ah haji dan membunuhnya.
3. Menghasut umat agar tidak lagi taat terhadap khalifah
mengajak untuk memeranginya dengan melatih tentara untuk itu dan yang
harus dilakukannya juga adalah memerangi keturunan-keturunan Rasulullah
yang di Hijaz dengan cara apapun yang memungkinkan dan membatasi
pergerakan mereka.
4. Menghancurkan kubah-kubah, kuburan dan tempat-tempat suci
milik umat Islam di Makkah dan Madinah, dan seluruh negara yang
memungkinkan hal itu dilakukan dengan dalih bahwa hal itu adalah berhala
dan syirik serta menyerukan untuk meremehkan kepribadian Nabi Muhammad,
para khalifahnya dan para pembesar madzhab empat dengan sesuatu yang
mudah.
5. Menyebarkan teror dan kedzaliman di negara-negara Islam
selama hal itu memungkinkan.
6. Menyebarkan al-Qur’an yang telah dirubah sebagaimana yang
terdapat dalam hadits-hadits dengan ditambah dan dikurangi.”
Sekretaris itu berkata kepadaku setelah
menjelaskan program-program tersebut: “Jangan khawatir, yang terpenting
untuk tahap awal ini adalah menaburkan benih untuk menghapus Islam dan akan
diteruskan oleh generasi-generasi setelahnya, dan pemerintahan Inggris sudah
terbiasa dengan program jangka panjang dan bergerak step by step. Bukankah Nabi
Muhammad hanyalah satu orang tetapi mampu untuk melakukan revolusi yang
mengejutkan. Maka hendaknya Muhammad ibn Abdul Wahhab an-Najdi menjadi seperti
Nabinya Muhammad untuk melakukan revolusi besar.”
Setelah beberapa lama aku meminta izin
kepada menteri dan sekretaris. Aku berpamitan pada keluarga dan teman-teman,
ketika aku mau keluar anakku yang kecil berkata kepadaku ayah cepat pulang ya?,
aku menangis mendengarnya dan tidak mungkin aku menyembunyikan hal itu dari
istriku, aku menciumnya dan diapun menciumku dengan ciuman mesra.”
Mr. Hamford Bertemu Muhammad ibn Abdul Wahhab di Nejed
Aku pergi menuju Bashrah dan setelah
perjalanan yang melelahkan aku sampai di sana pada malam hari. Aku pergi ke
rumah Abdur Ridha yang ketika itu sedang tidur. Ketika melihatku ia mengucapkan
selamat datang dan menyambutku dengan sambutan yang hangat. Aku menginap di
rumahnya sampai pagi. Dia mengatakan kepadaku bahwa Syekh (Muhammad ibn Abdul
Wahhab) pulang ke Bashrah kemudian pergi dan dia menitipkan surat untukmu. Pagi
harinya aku membaca surat itu, isinya; ia memberitahukan bahwa dia pergi ke
Nejed dan dia menyebutkan alamatnya di Nejed.
Keesokan harinya aku pergi ke Nejed dan
aku sampai ke sana setelah melewati perjalanan yang berat, aku bertemu Syekh
Muhammad di rumahnya dan terlihat padanya tanda-tanda penuaan hingga aku tidak
berbicara sesuatu padanya. Ternyata dia menikah sehingga tenaganya berkurang.
Kemudian aku putuskan untuk menjadikan diriku sebagai budaknya yang baru
dibelinya dari pasar. Akhirnya, kawan-kawannya tahu bahwa aku adalah budaknya yang
ia beli dari Bashrah. Aku tinggal bersamanya selama dua tahun, selama itu ia
mempersiapkan rencana dakwah ke depan.
Pada tahun 1143 H (1730 M) rencana
dakwaknya semakin kuat dan dia telah mengumpulkan para pengikutnya. Mulailah ia
berdakwah, pertama dengan menggunakan kata-kata yang samar dan bersifat umum.
Kemudian terus meluas dan menyebar. Tugasku adalah memberi semangat para
pengikutnya, baik dengan memberi mereka uang atau nasehat agar mereka tetap
mendukung dakwah Syekh, terutama ketika sedang menghadapi cercaan dan rintangan
dari musuh-musuh mereka.
Semakin banyak pengikutnya dan semakin
tersebar dakwahnya, semakin banyak juga penentangnya. Terkadang sebagian mereka
ada yang ingin meninggalkan dakwah Syekh. Aku katakan kepada mereka, bukankah
Nabi Muhammad mendapatkan tantangan lebih dari ini? Inilah jalan kemuliaan dan
setiap yang mengajak kepada kebaikan pasti akan mengalaminya. Begitulah
rintangan yang kami dapatkan, terkadang kami kuat dan terkadang juga goyah.
Tapi, aku menunjuk beberapa mata-mata pada setiap kelompok atau kabilah. Setiap
kali ada yang ingin menghalangi dakwah Syekh, mereka memberitahuku dan aku
kirimkan uang untuk mereka yang menentang.
Ibn Abdul Wahhab an-Najdi Melaksanakan 4 dari 6 Poin Yang
Ada
Syekh telah berjanji kepadaku akan
melaksanakan enam program yang telah direncanakan. Namun, menurutnya kali ini
ia belum bisa melaksanakan semuanya. Ada dua poin yang tidak bisa ia lakukan
yaitu: Pertama, menghancurkan Ka’bah meski telah menguasainya dengan
dalih menghancurkan simbol-simbol berhala. Kedua, membuat al-Qur’an
baru. Karena Syekh sangat takut kepada pemuka-pemuka Makkah dan pemerintahan
‘Utsmaniyah. Ia berkata: “Kalau dua hal tersebut dieskpos mulai sekarang,
maka kita harus menyiapkan pasukan sebelumnya dan hal ini belum memungkinkan.”
Beberapa tahun kemudian kementerian
berhasil merekrut Muhammad ibn Su’ud Gubernur Dar’iyah. Datanglah utusan
kementerian kepadaku menjelaskan hal itu dan bentuk kerjasama antara dua
Muhammad; Muhammad ibn Abdul Wahhab urusan agama dan Muhammad ibn Su’ud urusan
pemerintahan. Semua ini dirancang agar mereka dapat menguasai hati dan jasad
masyarakat. Fakta sejarah menyebutkan bahwa pemerintahan yang berlabel agama
lebih awet dan lebih diterima masyarakat.
Demikianlah rencana besar itu berjalan,
sehingga kami semakin kuat. Kami jadikan Dar’iyah sebagai ibu kota pemerintahan
dan Wahabiyah sebagai agama yang baru. Kementerian terus memberikan sokongan
dana secara rahasia kepada pemerintahan yang baru. Untuk mempermudah,
pemerintah baru ini merekrut beberapa orang non Arab yang ahli bahasa Arab dan
juga ahli strategi perang. Mereka berjumlah 11 orang dan saya termasuk di
antara mereka. 11 orang inilah yang sering diajak oleh dua Muhammad untuk
mengatur strategi dakwah selama itu bukan wewenang kementerian.
Kami (kelompok 11) menikah dengan
perempuan-perempuan kabilah sekitar. Sungguh, kami ta’jub dengan keikhlasan
perempuan muslimah terhadap suaminya. Dari sinilah kami mulai berbaur dengan
keluarga-kelarga Arab yang menjadikan hubungan kami semakin erat. Begitulah
awal perkembangan dakwah ini, apabila terus berjalan sesuai rencana maka
perlahan tapi pasti gerakan ini akan membuahkan hasil yang diharapkan.
0 komentar:
Posting Komentar