Rasulullah Saw.
adalah orang yang paling banyak tertawa. Namun tertawa beliau Saw. adalah senyum
lebar yang sangat cerah namun tidak bersuara, apalagi terbahak-bahak. Sebagaimana
riwayat Anas Ra.: “Seseorang berbicara membalik penafsiran dan berucap
dengan ucapan-ucapan konyol menyebabkan tertawa keras, maka ia akan tersungkur
di neraka jahannam selama 70 tahun.”
Dan berkata
Imam an-Nawawi: “Banyak tertawa adalah penyebab gelap dan kerasnya hati.”
Rasulullah Saw. membenci tertawa terbahak-bahak, sebagaimana hadits: “Barangsiapa
yang terbahak-bahak dalam shalatnya maka ia mengulang wudhunya dan shalatnya.”
Maka menurut madzhab Hanafi tertawa terbahak-bahak membatalkan wudhu. (Faidh
al-Qadir juz 4 halaman 259).
Berkata pula
Ali bin Husein Ra.: “Barangsiapa yang tertawa terbahak-bahak, maka runtuhlah
sebagian dari ilmunya.” (Sunan ad-Darimi no. 583). Dan masih banyak
lagi riwayat mengenai hal ini.
Namun sebagian
para da’i di negeri kita menganggap tertawa saat menyampaikan ceramah merupakan
suatu cara agar masyarakat awam asyik dengan pembahasan, asyik dengan syariah,
dan mereka bermaksud agar hadirin tidak mengantuk, dan dipakailah hal-hal yang
lucu untuk menarik perhatian orang yang belum menyukai majelis taklim.
Secara pribadi
saya (Habib Mundzir al-Musawa) tidak setuju. Karena menarik perhatian muslimin
tidak perlu dengan tawa terbahak-bahak, cukuplah badut di tv-tv, tak pantas
pula terbahak-bahak di majelis taklim. Sebab tak pantas bagi orang muslim yang
berakal untuk menjadikan ayat-ayat al-Quran sebagai bahan lelucon, dan terlebih
lagi di masjid-masjid. Namun barangkali boleh-boleh saja menjadikan sedikit
lelucon untuk melebur ketegangan, tapi tak sepantasnya dengan tawa terbahak-bahak
apalagi berkelanjutan.
Sebagian muslimin
sudah keasyikan dengan mengundang da’i yang sekaligus badut, walaupun ia habib atau
kyai, ia tetap dalam kesalahan yang fatal bila menjadikan al-Quran sebagai
bahan badut. Dan lebih mnyedihkan lagi adalah majelis taklim yang setiap
minggunya merupakan medan tawa terbahak-bahak. Na’udzubillah dari
keadaan muslimin yang seperti ini. Maka bagi kita untuk saling mengingatkan
agar tak menjadikan masjid-masjid kita sebagai majelis tawa dan lelucon.
Sumber: Majelis Rasulullah Saw.
berarti kalo tertawa sedikit aja boleh kan?
BalasHapusmakasih buat nasihatnya
BalasHapus