Home » , , , , , » CINTA DAN CANDA MBAH KH. A. MASDUQIE MAHFUDZ

CINTA DAN CANDA MBAH KH. A. MASDUQIE MAHFUDZ

Written By MuslimMN on Sabtu, 08 Maret 2014 | 02.38



Cinta Mbah KH. A. Masduqie Mahfudz


الضمير بضمير من لا يعرف مرجع الضمير فليس له ضمير

Sosok itu adalah yang dikenal orang sebagai sosok yang keras, selama hidupnya jarang orang yang mengetahui bahwa dia adalah orang yang penuh rahmat dan kasih. Beliau sangat sering sekali menampakkan kasih sayangnya di dalam marahnya, khususnya terhadap orang yang benar ia cintai.

Di keluarga besar, ia seakan membedakan rasa kasih yang ditampakkan terhadap setiap putra dan cucunya, tetapi itu adalah suatu keistimewaan darinya. Seperti kasih Tuhan terhadap Nabi Adam, Ibrahim, Sulaiman, Ayyub, Muhammad Saw. Cinta terhadap nabi-nabi ini tidak sama, Dia memberikan cinta yang sesuai terhadap kepribadian khusus para nabi tersebut.

Nabi Adam As. mendapatkan cinta dari Tuhan berbentuk manusia pertama yang merasakan nikmatnya surga ketika hidup, hingga turun kedunia untuk menjalankan titahnya sebagai khalifah fil ardh. Nabi Ibrahim, mendapatkan cintaNya berbentuk orang yang merasakan sisi ketuhanan melalui aspek ilmiah setelah penantian panjang “pencarian Tuhan”nya hingga diberi gelar Khalilullah (Kekasih Allah). Sampai Nabi Ibrahim dibakar dengan api nikmat, diutus menyembelih anaknya sebagai bukti cinta Tuhan kepadanya.

Nabi Sulaiman As. yang dianugerahi suatu kerajaan yang konon meliputi seluruh bumi warisan dari ayahnya Daud As. dan menyebarkan cinta Tuhannya terhadap seluruh makhluk di muka bumi ini hingga semut yang ada di leng-nya. Nabi Ayyub As. mendapatkan cinta Tuhan dari penyakit yang dideritanya selama bertahun-tahun hingga ditinggal istri dan sebagian ummatnya.

Tetapi, inilah kisah cinta Tuhan dan hamba, selalu banyak cerita berkesan di dalamnya. Nabi Ayyub As. diberi kesembuhan secara ajaib dari air yang telah disiapkan Tuhan kepadanya. Berakhir di Nabi Muhammad Saw., sosok yang paling dicinta Tuhan. Hingga Allah Swt. pernah berfirman kepadanya: “Kalau tidak karena engkau, apabila bukan karena engkau Muhammad, aku tidak akan menciptakan langit dan bumi seisinya.”

Sebuah Love Story yang abadi walau Nabi Muhammad Saw. telah kehilangan ayah ketika di kandungan, kehilangan ibu ketika bocah, dilanjut kehilangan kakek, paman yang sangat dicintainya hingga istri dan anak-anak beliau yang telah kembali mendahului. Ini adalah bentuk cinta dari Tuhan terhadapnya yang masih bisa dirasa hingga sekarang.

Dia, Mbah Masduqie Mahfudz mencintai seperti itu, beliau paham siapa yang harus diberikan cinta dengan cinta, cinta dengan marah, cinta dengan diam. Hanya terkadang orang yang dicinta tidak paham dan ingin dicinta dengan cara lain tetapi tidak cocok untuknya. Saya adalah sosok yang mendapat jatah “Cinta dengan Marah” oleh beliau. Jarang beliau memuji, ngelem, kepada sosok seperti saya beliau paham.

Hingga suatu ketika ketika saya diberi kesempatan untuk mendaftar beasiswa ke Maroko dan sowan kepada Mbah Masduqie Mahfudz, di sana bukan puji dan semangat yang saya dapat dan angankan, tetapi marah yang beliau tampakkan. Mungkin untuk menjadi penyeimbang antara kemauan belajar dan nafsu beasiswa keluar negeri serta keinginan yang kuat untuk belajar di sana.

Setelah itu tidak lama berselang ketika ada acara perkumpulan sufi sedunia di Jakarta, beliau Mbah Masduqie Mahfudz seraya berujar kepada Ketum PBNU KH. Said Aqil Siroj: “Aku punya cucu yang ingin kuliah di Maroko, dengar-dengar ada beasiswa dari PBNU?”

Sontak KH. Said Aqil Siroj menjawab: “Iya Kyai. Kalau bisa saya bantu, saya kasih jatah buatnya.”

Ini suatu bentuk cinta dari beliau yang seperti bertolak belakang dari apa yang ditampakkan di muka. Akan tetapi di hati jutaan butir cinta telah bertaburan yang siap disemai. Begitu banyak cinta yang tak tersampaikan karena orang yang dicinta tidak paham dicintai dan menunutut cinta yang sama dengan orang lain yang menurutnya dicinta. Sekarang beliau telah pulang ke tujuan, sudah tidak berjalan lagi didunia, menunggu orang orang yang dicintainya. (Cerita Gus Vairuzabadie el-Naguib).

Canda Mbah KH. A. Masduqie Mahfudz  
 
Di kisah yang lain, suatu siang, Ning Nuvisa Luthfillah Masduqie tiba-tiba ditimbali Eyangkungnya (kakek) di kamar untuk membenahi kancing baju beliau. Ketika semua terpasang, mata Ning Nuvisa tertuju pada posisi sare-an (tempat tidur) beliau yang kurang nyaman. “Eyang posisinya sampun (sudah) PW?” tanya Ning Nuvisa.

“PW iku opo, Nok?” tanya balik Mbah Masduqi Mahfudz.

Sambil meringis-ringis Ning Nuvisa jawab: “PW niku Posisi Wenak, Eyang.”

Seketika itu beliau langsung memposisikan diri senyaman mungkin. “Nah, iki wes PW, tapi luwih PW maneh nek kowe jejer sebelahe Eyang” (Nah, ini sudah PW. Tapi akan lebih PW lagi jika kamu jejer bersebelahan denganku).

Ning Nuvisa langsung stay di sebelah eyangnya itu. Mbah Masduqi pun langsung ngendikan: “Nek iku mau PE, Posisi Enak. Saiki PW, Posisi Wenak, soale disandingi putu sing paling ayu” (Kalau tadi PE, Posisi Enak. Sekarang PW, Posisi Wenak, karena bersandingan dengan cucu yang paling cantik).

“Wkwkwk…” seketika orang-orang yang menyaksikannya tertawa kecil.

Untuk Mbah Masduqie Mahfudz al-Fatihah…

Sya’roni As-Samfuriy, Cilangkap Jaktim 08 Maret 2014


Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

 
Meningkatkan Cinta Kita pada Sang Nabi
Copyright © 2011. PUSTAKA MUHIBBIN - Web Para Pecinta - All Rights Reserved
PROUDLY POWERED BY IT ASWAJA DEVELOPER
Themes by Maskolis.com | Published by Mas Template