HINALAH
MAKSIAT TAPI JANGAN HINA PELAKU MAKSIAT
“Bagaimanakah
Cara Kita Memandang Pelaku Kemaksiatan?”
Kenapa dirimu melihat diri kamu lebih
baik dari orang lain? Waspadalah wahai orang yang hendak menuju kepada Allah (salik). Janganlah kamu melihat orang
yang berdosa atau pemaksiat dengan pandangan kehinaan. Itu adalah keadaan yang
sangat membahayakan. Pandangan seperti itu adalah dilarang. Hal ini akan
membekas di hati dan ia mendzalimi hatinya sendiri dengan pandangan yang
demikian dan dapat menjadikan gelapnya hati.
Syahdan, ada seorang ahli ibadah dari
kalangan Bani Israel yang sudah beribadah selama 500 tahun tanpa bermaksiat
sedikitpun. Dan adapula seorang darinya yang fasik tak pernah berbuat taat
sedikitpun kepada Allah. Saat mereka berdua berpapasan dan saling melihat,
berpalinglah keduanya satu sama lain.
Kenapa? Si ahli ibadah tersebut
berpaling disebabkan karena keangkuhannya terhadap si pemaksiat itu. Ia menyangka
Allah tidak akan mengampuni si pemaksiat itu selama-lamanya. Dia merasa dirinya
lebih bagus atas sebab ibadahnya. Padahal makna ibadah yang sebenarnya adalah
ibadah yang akan menambahkan kita semakin tawadhu’ dan senantiasa merasa kurang
(faqir).
Sebaliknya si pemaksiat itu berpaling
dari si ahli ibadah karena apa? Karena ia malu kepada Allah Swt. Saat ia
berpaling ia bergumam dalam hatinya: “Astaghfirullahal
‘adzim. Siapakah aku ini, sampai berjumpa dengan orang yang shaleh lagi ahli
ibadah? Sedangkan aku ini hanyalah orang yang fasik.”
Orang ahli ibadah itu adalah berasal
dari kalangan Bani Israel yang mendapatkan karamah (kemuliaan) atas sebab
ibadahnya yang ia lakukan. Awan akan menaunginya tatkala ia berjalan. Saat mulai
muncul sang mentari di waktu pagi maka datanglah awan untuk menaunginya.
Maka tatkala ia berjumpa dengan orang
fasik itu, kemudian ia berpaling darinya karena kesombongannya (takabbur). Yang kita fokuskan di sini
adalah tentang pandangan. Pandangannya ahli ibadah itu kepada si fasik dengan
pandangan kesombongan, sedangkan pandangan si fasik itu adalah karena malu.
Ketika mereka berpisah, awan yang berada
di atas si ahli ibadah itu menyingkir dan berpindah mengikuti si pemaksiat
untuk menaunginya. Ini dikarenakan dia (ahli ibadah) memandang dengan pandangan
penghinaan.
Tidak dibenarkan bagi kita menghina
seseorang. Hinalah maksiat tapi jangan menghina si pelaku maksiat. Hinalah
kekafiran tapi jangan menghina si pelaku kekafiran. Karena hakikat yang hina
(dihinakan) pada kafir adalah hakikat kekufuran. Apa yang dimaksud dengan
hakikat kekufuran? Adalah yang mati dalam kekufuran. Sesungguhnya kita tidak
tahu bagaimana nantinya keadaan si kafir saat meninggal? Jadi sama sekali kita
tidak dibenarkan menghina seorangpun dari makhluk Allah Swt.
Ada 3 macam bentuk pandangan, yang mana kita
berniat untuk tidak melakukannya sehingga tidak mendzalimi hati ini:
1.
Melihat
kepada aurat, yaitu apa yang diingini oleh nafsu.
2.
Melihat
dunia dengan pandangan kebesaran.
3.
Melihat
makhluk Allah dengan pandangan penghinaan.
Dari 3 macam pandangan ini, kita mohon
agar dijauhkan darinya. Kita berlindung dari 3 macam ini dan diganti dengan
pandangan yang akan mencurahkan cahaya pada hati kita. Pandangan yang akan mencurahkan
cahaya pada hati kita adalah pandangan yang telah dibenarkan oleh Allah Swt.
Yaitu melihat dengan pandangan tafakkur, pandangan kepada ayah-bunda, kepada
ulama, kepada kawan-kawan sesama Muslim dengan pandangan kasih sayang, kepada
pelaku maksiat dengan pandangan belas kasihan, dan memandang kepada orang yang
taat dengan pandangan kemuliaan.
Inilah diantara bagian-bagian pandangan yang
sesuai dengan aturan al-Quran. Pandangan
demikian memberikan cahaya dalam hati. Inilah jalan sebagai solusi atas 3 jenis
pandangan di atas.
Terkait dengan pembahasan kita tentang
hati, mestilah menjaga terhadap perkara ini. Jadi kita ulang sedikit bahasan
yang membahas perihal faidah taubat. Faidah taubat di hati akan melahirkan
dorongan ke jalan Allah. Dorongan ini akan menyebabkan kita bergerak berpadukan
hati. Hati ini penting karena ia adalah tempat pandangan Allah.
Dan diantara hal yang terpenting dengan
hati, sebagaimana Nabi Saw. bersabda tatkala bersaksi dalam sumpahnya: “Demi Dzat Yang Maha Membolakbalikkan
hati...” Ini adalah satu perkara yang penting. Wajib bagi si salik (orang yang sedang berjalan menuju
Allah) memohon pertolongan kepada Allah. Perhatikanlah perkara ini dalam
perjalanannmu menuju Allah.
Dan kita telah sepakat bahwasanya hati
memerlukan langkah-lamgkah penyelesaian sehingga kita mampu menahan kekacauan,
kedzaliman terhadap hati kita. Kemudian bersihkan hati ini dengan izin Allah. Dan
kita telah ketahui bahwa jalan penyelesaian itu terbagi menjadi dua bagian; 1)
Penyelesaian terhadap apa yang dirasakan, dan 2) Penyelesaian terhadap apa yang
tidak dirasakan.
Penyelesaian atas apa yang dirasakan,
yakni yang utama adalah mata. Kita sepakat bahwa wajib menahan pandangan mata,
tundukkanlah pandangan. Saat kita keluar, kita akan meliihat di jalanan wanita-wanita
yang molek. Kita akan melihat satu pemandangan yang kita ketahui melihatnya itu
adalah tidak diridhai Allah.
Mulai sekaranglah wahai orang yang ingin
menuju kepada Allah, wajib bagimu langkah-klangkah untuk berada dalam
pengawasan Allah Swt. Kuakhiri dengan satu ayat: “Matamu sangat bernilai.”
Tahukah kamu kenapa ia sangat bernilai?
Karena Allah menciptakannya untuk melihat wajah Allah Yang Maha Mulia. Wahai
orang yang telah diciptakan Allah dengan kehendakNya. Diciptkannya mata adalah
untuk melihat wajah Allah Yang Maha Mulia. Perbaikilah mata ini karena Wajah
Allah sangat mulia.
Sungguh Ia teramat mulia, diperkenankan
bagi mata ini yang sering kita kotori, namun Sang Pemiliknya meridhai untuk
memandangNya. Tidakkah kita malu untuk mengotori Sang Pemilik Sejati hati ini? Tapi
bersihkanlah ia dengan rasa takutmu kepada Allah. Danber’azamlah untuk senantiasa
menjaga langkah-langkah penyelesaian ini agar hati ini menjadi disinari. Supaya
saat kamu berjumpa denganNya, Ia ridha terhadapmu.
Ya Allah kami mohon wahai Yang
Membolakbalikkan hati dan mata, tetapkanlah hati kami dalam agamaMu berkat
anugerahMu dan kebaikanMu. Ya Allah sucikan hati kami dari semua yang tidak
patut dan tidak pantas terhadapMu. Ya Allah peliharalah pandangan kami dari
pandangan yang Engkaiu tidak ridhai. Perliharalah ia dari perkara yang haram.
Peliharalah ia dari memandang dunia dengan pandangan kebesaran. Peliharalah ia
dari memandang salah satu dari ciptaanMu dengan pandangan kesombongan dan kehinaan.
Ya Allah jadikanlah pandangan kami di dunia
memandang ke arah ketaatan. Sehingga kami dimuliakan bisa memandang wajahMu Yang
Maha Mulia, sehingga kami dimuliakan bisa memandang wajah Sayyidina Muhammad
Saw., sehingga kami dimuliakan bisa memandang mereka yang benar dan mereka yang
mencintai di sisiMu yang tergolong orang-orang yang diterimaMu.
Ya Allah peliharalah hati kami
sebagaimana Engkau memelihara hati-hati orang yang benar. Dan jadikanlah kami
berjalan di atas jalan-jalan mereka wahai Yang Maha Mulia. Shalawat serta salam
tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad Saw. serta keluarganya
dan para sahabatnya. Aamiin.
(Saduran taushiyah al-Habib Ali Zainal Abidin bin Abdurrahman al-Jufriy dalam video: https://www.facebook.com/photo.php?v=607421075975472)
Sya’roni
As-Samfuriy, Tegal 02 September 2013
0 komentar:
Posting Komentar