JANGAN SAMPAI KITA
MENYESAL AKIBAT JAUH DARI PARA ULAMA
Di Jakarta dikenal banyak para alim ulamanya.
Mereka adalah panutan para warga Jakarta khususnya di kalangan para masyayikh dan
warga sekitarnya. Pada zaman Belanda ada Habib Utsman bin Yahya yang lebih
dikenal dengan Sayyid Utsman Mufti Betawi.
Setelah Habib Utsman bin Yahya wafat,
yang paling berpengaruh ialah Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi yang lebih
mahsyur dengan sebutan Habib Ali Kwitang. Bisa dikatakan beliau menjadi pusat
rujukan seluruh para ulama.
Dan setelah Habib Ali wafat, banyak
para ulama di waktu itu memusatkan rujukannya kepada Habib Ali bin Husein al-Atthas,
yang mana pada waktu itu juga ada Habib Zein ash-Sholabiyah al-Aydrus dari Kerukut.
Dan setelah keduanya tiada, boleh
dikatakan semua ulama tertuju kepada Habib Muhammad bin Ahmad al-Haddad al-Hawi.
Dan zaman terus berganti sampai pada masa wafatnya Habib Muhammad al-Haddad
seluruh ulama dan jamaah langsung tertuju kepada Habib Abdullah bin Salim al-Atthas
Kebon Nanas sampai pada tahun 1980. Dimana Habib Abdullah wafat di tahun itupun
ulama dan jamaah tidak susah menentukan harus ke mana, tujuan mereka adalah Habib
Abdullah bin Husein bin Muchsin asy-Syami al-Atthas Batu Ceper Jakarta.
Era tahun 80-an ulama makin berkurang
satu demi satu sampai yang tertinggal hanya jamaah yang mencari ulama yang
tersimpan. Pada waktu itu masyhur di kalangan jamaah sebuah ungkapan: “Ente kalo mau masuk Madraseh masuk aje ke
Bukit Duri. Di sane ade Ustadz Habib Abdurrahman Assegaf yang siap mendidik. Kalo
ente mau nanye masalah ilmu fiqih tinggal dateng ke daerah Batu Ceper tempatnye
Habib Abdullah asy-Syami al-Atthas yang siap ngejawabnye. Terus kalo ente mau
minta doa biar hasil maksudnye qobul tinggal ke Cipayung nemuin Habib Umar bin
Hasan bin Hud al-Atthas.”
“Dan ketiga mereka kini telah tiada. Sekarang kita mau ke mana? Ke tempat
siapa? Dan lalu bagaimana?” Begitulah umat bertanya-tanya.
“Mau ke mana kita?” Ayyuhal
ahibba-ilkiram. Saat ini kita bagai anak yatim yang ditinggalkan orang tua.
Saat ini kita merasa hilang arah karena tanpa cahaya, tanpa petunjuk nyata. Kita
ini bagai orang buta, tuli dan bisu yang mudah ke sana dan ke mari.
Kita bagai berada di tengah samudera
yang sedang mengombang-ambingkan perahu kita. Perahu yang tanpa layar
berkembang yang siap digulung ombak besar lalu karam di dasar laut yang gelap
hitam kelam. Apabila di sekitar kita masih ada ulama, jaga mereka, ikuti
mereka, jangan sampai kita menyesal sejadi-jadinya karena jauh dari mereka.
Keterangan foto: Habib Muhammad bin Ali al-Habsyi (yang memeganginya adalah Habib Muhammad bin Husein al-Atthas), Habib Novel bin Jindan, Habib Abdullah asy-Syami al-Atthas, Hbib Syaikh bin Abubakar Assegaf, Habib Muhammadil Bagir al-Atthas. Foto diambil pada tahun 1992.
Klik
link asal di sini:
Salah satu anak dari Syadil Walid Al Habib Abdurrahman Assegaf, Bukit Duri yaitu Al Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf, dapat dijadikan salah satu rujukan dalam menuntut ilmu.
BalasHapus