CAHAYA AHLUL BADR
“Saduran Taushiyah al-Habib
Mundzir bin Fuad al-Musawa pada Haul Badr”
A.
Peristiwa
Perang Badr
Sampailah kita
di hari yang mulia ini, 17 Ramadhan, yang mengingatkan kita kepada peristiwa
Badr al-Kubra. Dimana diterangkannya bendera pembela Sang Nabi Saw., pertamakali
ketika beliau Saw. berhadapan dengan kaum Muhajirin dan Anshar di Madinah al-Munawwarah
sebelum menuju Badr al-Kubra, maka di saat itulah wajah yang paling ramah,
wajah yang paling indah, wajah yang dikatakan oleh Sayyidina Anas bin Malik:
مَارَأَيْنَا
مَنْظَرًا أَعْجَبُ مِنْ وَجْهِ النَّبِي
“Tidak ada pemandangan kutemukan lebih indah
dari wajah Sang Nabi (Saw.), lebih menakjubkan dari wajah Sang Nabi.”
Ketika
berdiri kaum Muhajirin dan Anshar menghadap wajah yang paling mulia, wajah yang
paling sopan, wajah yang paling berkasih sayang dari seluruh makhluk Allah, wajah
yang dikatakan oleh Allah:
وَإِنَّكَ
لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيْمٍ ( القلم : 4
“Sungguh engkau (Muhammad) memiliki akhlak
yang agung.” (QS. al-Qalam ayat 4).
Wajah
yang selalu menjawab cinta dari semua umat bahkan dari benda mati, demikian
Sayyidina Nabi Muhammad Saw. Maka Rasulullah Saw. berkata: “Bagaimana pendapat kalian?” Maka berkata salah seorang Anshar:
لَكَأَنَّكَ
تُرِيْدُ مِنَّا يَارَسُولَ اللهِ ؟
“Ya Rasulullah tampaknya engkau menunggu
pendapat kami?”
Maka
Rasul Saw. berkata: “Betul, bagaimana
pendapat kalian wahai kaum Anshar?” Maka salah satu kaum Anshar berkata:
يَارَسُولَ
اللهِ اِمْضِ بِنَا لِمَا أَرَدْتَ فَنَحْنُ مَعَكَ, لَوْ اسْتَعْرَضْتَ بِنَا
هَذَا اْلبَحْرَ فَخَضْتَهُ لَخَضْنَاهُ مَعَكَ مَا تَخَلَّفَ مِنَّا رَجُلٌ
وَاحِدٌ لَعَلَّ اللهُ يُرِيْكَ مِنَّا مَا تَقَرَّ بِهِ عَيْنُكَ
“Wahai Rasul, kami akan ikut bersamamu ke
manapun engkau pergi. Jika engkau mengajak kami ke manapun kami akan ikut. Jika
engkau berdiri di depan lautan lalu masuk ke dasar lautan, kami akan ikut dan
tidak akan tersisa satu pun dari kami kecuali ikut denganmu. Barangkali dengan
itu kami bisa menggembirakan hatimu wahai Rasulullah.”
Inilah
tujuan Muhajirin dan Anshar yang selalu ingin menggembirakan hati Nabi Muhammad
Saw. Mereka rela mati kesemuanya demi menggembirakan hati Muhammad Rasulullah
Saw.
فَسُرَّ
وَجْهُ النَّبِي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ,
“Maka terlihat terang benderang dan gembira
wajah Rasul Saw.”
Maka
mereka pun berangkat.
Hadirin
hadirat, malam 17 Ramadhan malam munajat. Sang Nabi berdoa ke hadirat Allah
terangkat kedua tangannya hingga jatuh rida’nya (rida’ adala sorban di pundak)
dari panjangnya doa beliau Saw. Diantara doa beliau Saw. berdasarkan riwayat
Shahih al-Bukhari:
اَللَّهُمَّ
إِنْ تَشَأْ لَا تُعْبَدُ بَعْدَ اْليَوْمِ …
“Wahai Allah aku risau kalau seandainya
kelompok kecil kami ini kalah, orang-orang yang banyak tidak siap berperang,
senjata terbatas tidak mampu berbuat apa-apa, kalau sampai kalah kelompok ini
dan habis dibantai. Aku risau tidak ada yang menyembahMu di muka bumi, karena
seluruh orang-orang, para da’i, para pembela Sang Nabi kumpul di Badr, kalau
semuanya dibantai maka habislah, tinggallah dhu’afa (orang-orang lemah) di
Makkah dan kaum wanita di Madinah. Maka setelah ini jangan-jangan tidak ada
lagi yang menyembahMu kalau sampai kelompok ini kalah.”
Demikian
risaunya Sang Nabi, beliau mempunyai jiwa yang risau, paling risau sesuatu menimpa
umatnya inilah jiwa Sayyidina Muhammad, inilah jiwa yang Allah katakan:
لَقَدْ
جَاءكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ
عَلَيْكُم بِالْمُؤْمِنِينَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ (التوبة : 128 )
“Sungguh telah datang kepada kalian seorang
Rasul dari jenis kalian sendiri, yang sangat menjaga kalian dan sangat berat
memikirkan apa yang menimpa kalian, dan sangat santun dan berkasih sayang
terhadap orang-orang yang beriman.” (QS. at-Taubah ayat 128).
Inilah
Sayyidina Muhammad Saw. yang berdoa:
اَللَّهُمَّ
ثَقِّلْ عَلَيَّ مَوْتِيْ وَخَفِّفْ عَلَى أُمَّتِيْ
Sampai
di saat musibah yang paling dahsyat di dunia ini, yaitu sakaratul maut seraya
berdoa kepada Allah di saat beliau akan wafat: “Ya Allah keraskan dan pedihkan sakaratul mautku dan ringankan untuk
seluruh umatku.”
Inilah
doa Sayyidina Muhammad Saw., rela menerima kepedihan sakaratul maut demi
teringankan untuk umatnya. Maka, hadirin hadirat, satu-satunya jiwa yang paling
tidak tega melihat umatnya merintih di dalam api neraka karena berdosa beliau
bersujud untuk memohonkan syafaat untuk para pendosa, inilah Muhammad
Rasulullah Saw. pimpinan Ahlul Badr.
Maka
mereka keluar dengan dua bendera hitam, satu bendera di tangan Muhajirin satu
bendera di tangan Anshar. Bendera Muhajirin di tangan Sayyidina Ali bin Abi
Thalib Ra., dan satu bendera di tangan kaum Anshar. Dan Rasulullah Saw. berkata:
“Janganlah kalian menyerang mereka sebelum
mereka menyerang kalian. Jangan ada yang bergerak dan berbuat sesuatu sebelum
mereka terlebih dahulu berbuat dan menyerang kita.”
Jumlah
313 orang, senjata tidak lengkap menghadapi 3000 pasukan musyrikin Quraisy dengan
senjata lengkap dan kuda, pakai baju besi, topi besi, senjata, pedang, siap
tempurnya dengan pasukan kuda yang berlapis baja pula, berhadapan dengan
pasukan 313 orang, berapa puluh yang punya pedang, lainnya bawa tombak, lainnya
cuma punya panah, lainnya hanya bawa tongkat, dan yang lainnya membawa batu dan
alat tani. Inilah keadaan mereka. Allah Swt. berfirman:
إِذْ
تَسْتَغِيثُونَ رَبَّكُمْ فَاسْتَجَابَ لَكُمْ أَنِّي مُمِدُّكُمْ بِأَلْفٍ مِنَ
الْمَلَائِكَةِ مُرْدِفِينَ ( الأنفال : 9
“Jika kalian berdoa dan bermunajat meminta
pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankanNya bagimu, sesungguhnya Aku
(Allah) akan mendatangkan bala bantuan kepadamu dengan seribu malaikat yang
datang berturut-turut.” (QS. al-Anfal ayat 9).
Berkata
Abu Sa’id dari kaum Anshar: “Aku buta
sejak perang Badr. Kalau seandainya aku tidak buta, aku bisa perlihatkan kalian
di mana turunnya pasukan malaikat dari belahan langit di wilayah Badr, karena
kejadian itu terjadi di wilayah yang dinamakan Badr tahun ke-2 Hijriah pada
hari Jum’at 17 Ramadhan.”
Hadirin
hadirat yang dimuliakan Allah. Demikian indahnya peperangan Badr al-Kubra ini.
Ketika Sayyidina Abu Thalhah al-Anshari Ra. yang sangat mencintai Sang Nabi Saw.,
yang berlutut di tengah-tengah peperangan seraya berkata kepada Rasulullah:
وَجْهِيْ
لِوَجْهِكَ اْلوِقَاءُ وَنَفْسِيَ لِنَفْسِكَ اْلفِدَاءُ
“Wajahku ini siap menjadi tameng bagi segala
serangan di wajahmu ya Rasul, jiwa dan ragaku siap untuk membentengimu wahai
Nabi dari segala panah dan senjata.”
Maka
orang seperti Abu Thalhah ini kata Rasul Saw.: “Abu Thalhah ka alf min ummati (Abu Thalhah seperti 1000 orang
kekuatannya dalam umatku ). Demikian keadaan para pencinta Rasul Saw. yang
mempunyai kekuatan yang demikian dahsyat.
Diriwayatkan
bahwa Abu Thalhah ini di dalam peperangan Badr pedangnya jatuh karena
kantuknya, karena sepanjang malam qiyamullail di saat perang terjatuh
pedangnya. Bagaimana manusia perang dengan hawa nafsu, kalau ia perang dengan
hawa nafsu tentunya ia tidak akan bisa memejamkan mata sekejap pun dari melihat
serangan pedang 3000 orang pasukan kuffar Quraisy dengan senjata lengkap masih
bisa terkantuk-kantuk, menunjukkan mereka memang mempunyai jiwa-jiwa yang suci
dan damai, bahkan Sang Nabi mengatakan:
“Jangan menyerang sebelum mereka menyerang.”
Demikian
hadirin hadirat, manusia yang paling tidak menghendaki permusuhan walau
terhadap orang-orang yang paling jahat memusuhi beliau, bahkan pada saat perang
Uhud ketika panah besi menembus rahang beliau, dan beliau Saw. roboh maka saat
itu berdiri Sayyidina Abu Thalhah di depan beliau, dan Rasul berdiri lagi untuk
melihat keadaan pasukannya yang kacau balau karena diserang kaum kuffar, maka
Abu Thalhah berkata: “Tetap duduk wahai
Rasul jangan berdiri sungguhh...
وَجْهِيْ
لَيْسَ بِوَجْهِكَ وَصَدْرِيْ لَيْسَ بِصَدْرِكَ
“Badr (wajahku bukan wajahmu, dadaku bukan
dadamu), biar aku yang kena serangan panah jangan engkau kena serangan lagi,
tetap di tempatmu wahai Rasul.”
Dan
Rasul sudah mengalir darah, karena panah besi menghantam dari perisai baja yang
ada di tangan Sang Nabi dan sedemikian kerasnya sampai menembus baja tersebut
dan menembus tulang rahang beliau. Maka Sayyidatuna Fathimah az-Zahra Ra. dan
Sayyidina Ali bin Abi Thalib Kw., diriwayatkan di dalam Shahih al-Bukhari
datang kepada Nabi dan membersihkan darah yang mengalir dari wajah beliau.
Al-Imam
Ibn Hajar al-Asqalani di dalam Fathul
Bari bi Syarh Shahih al-Bukhari menjelaskan bahwa Rasul memegang rida’nya (sorban
di pundak yang sering juga dililitkan di leher beliau Saw.), menahan jangan
sampai darah jatuh ke tanah. Maka para sahabat berkata: “Biar dulu darahnya jatuh ke tanah wahai Rasul, kita urus panah besi di
rahangmu masih menempel.”
Maka
Rasul berkata: “Kalau ada darah dari
wajahku jatuh ke tanah, Allah akan tumpahkan bala’ untuk mereka.” Maka Rasul
tidak ingin bala’ ini tumpah pada mereka yang memerangi beliau, inilah
Sayyidina Muhammad Sa. Panah besi menembus rahang beliau, beliau masih sibuk
menjaga jangan sampai setetes darah jatuh ke tanah, karena nanti Allah akan
murka kalau sampai ada setetes darah dari wajah beliau jatuh ke bumi, Allah
akan menumpahkan bala’ untuk mereka. Rasul masih ingin mereka masuk Islam lalu
keturunannya mendapat hidayah. Demikian manusia yang paling indah Sayyidina
Muhammad Saw. Perang Badr berakhir dengan kemenangan.
Hadirin,
Sayyidina Utsman bin Affan Ra., yang saat akan berangkat ke Badr terkena
musibah karena istrinya sakit. Sayyidina Utsman mau meninggalkan istrinya namun
ia tidak berani karena istrinya adalah putri Rasulullah Saw., baginya
peperangan Badr belakangan, ini putri Sayyidina Muhammad Saw. Maka Sayyidina
Utsman berkata: “Ya Rasulullah, putrimu
sakit aku mohon ijin.”
Maka
Rasulullah berkata: “Kau tetap jaga
putriku.”
Selesai
perang Badr, maka Rasulullah Saw. bersabda: “Allah telah berfirman kepada Ahlul
Badr dalam hadits qudsi riwayat Shahih Bukhari:
اِعْمَلُوْا
مَا شِئْتُمْ يَاأَهْلَ اْلبَدْرِ قَدْ غَفَرَ اللهُ ذُنُوْبَكُمْ مَاتَقَدَّمَ
وَمَا تَأَخَّرَ
“Beramallah semau kalian wahai ahlul Badr,
karena Allah telah mengampuni dosa kalian yang telah lalu dan yang akan
datang.”
Maka
Sayyidina Utsman berkata: “Ya Rasulullah,
aku tidak hadir perang Badr, aku menjaga putrimu.” Maka Rasulullah berkata:
“Kau dapat pahala Badr, dan kau dalam
kelompok Ahlul Badr.”
Demikian
hadirin hadirat, karena beliau (Sayyidina Utsman) menjaga putri Rasul, mengorbankan
hadir dari perang Badr maka Allah memberikan baginya pahala kemuliaan Badr al-Kubra.
Inilah indahnya sunnah Nabi kita Muhammad Saw.: “Berbuatlah semampunya.”
Semoga
Allah Swt. memuliakan kita dalam rahasia keagungan Badr al-Kubra ini dan
kemuliaan Nuzulul Quran. Rabbi... Rabbi... halalkan seluruh wajah kami
mendapatkan cahaya kemuliaan Nuzulul Quran, pastikan kami semua kelak dalam
kelompok Ahlul Badr, ketika dipanggil di yaumul qiyamah wahai Ahlul Badr
berdirilah, pastikan kami berdiri diantara para pencinta Ahlul Badr. Ya Rahman
Ya Rahim Ya Dzal Jalali Wal Ikram.
Jika
kelak di yaumul qiyamah masing-masing kelompok dipanggil dengan pencintanya,
kelompok pezina, kelompok pemabuk, masing-masing berdiri dengan kelompoknya,
maka di saat itu akan dipanggil pula di mana kelompok Ahlul Badr, semoga aku
dan kalian berdiri dalam kelompok Ahlul Badr. Semoga aku dan kalian tidak
berdiri saat dipanggil mana kelompok penggunjing, mana kelompok pendusta, mana
kelompok pencaci, mana kelompok pendosa.
Rabbi...
jangan Engkau berdirikan (kami) diantara mereka. Pastikan ketika Ahlul Badr
dipanggil kami ikut berdiri diantara mereka para pecinta Ahlul Badr, yang telah
disabdakan oleh Nabi kami:
اَلْمَرْءُ
مَعَ مَنْ أَحَبَّ
“Seseorang bersama dengan orang yang dicintainya.”
Rabbi...
kami rindu wajah-wajah Ahlul Badr al-Kubra, kami rindu melihat wajah-wajah
damai, kami rindu melihat wajah Khulafaur Rasyidin, kami rindu melihat wajah
Muhajirin dan Anshar, kami rindu memandang wajah Sayyidina Ali bin Abi Thalib Karramallahu
Wajhah, melihat wajah-wajah mulia. Ya Dzal Jalali Wal Ikram Ya Dza ath-Thauli
Wal In’aam Ya Rahman Ya Rahim.
Pastikan
kami di dalam keberkahan dunia dan akhirat dalam kebahagiaan dunia dan akhirat.
Demi kemuliaan Badr al-Kubra jawablah seluruh doa kami, hapuskan seluruh dosa
kami, singkirkan segala kesulitan kami, jauhkan musibah dari kami
sejauh-jauhnya, jauhkan dari kami kemurkaan sejauh-jauhnya.
Ya
Rahman Ya Rahim... damaikan kami, damaikan masyarakat kami, damaikan bumi
Jakarta, damaikan bangsa kami, tenangkan jiwa muslimin muslimat (agar
terhindar) dari perbuatan-perbuatan yang hina dan mungkar. Ya Rahman Ya Rahim
Ya Dzal Jalali Wal Ikram. Jadikan jiwa kami dan jiwa saudara-saudara kami
muslimin muslimat selalu risau jika ingin berbuat dosa, dan selalu tenang dan
senang jika ingin berbuat pahala.
Mari
kita mengenal nama-nama para sahabat Rasulullah Saw. Berikut ini adalah nama-nama
para sahabat Rasulullah yang ikut serta dalam perang Badar yang dipimpin
langsung oleh Rasulullah (peperangan besar pertama antara Muslimin dan
Musyrikin).
B. Nama-nama Ahlul Badr
Nama-nama
para sahabat Rasulullah Saw. yang
ikut serta dalam Perang Badr:
a. Kaum
Muhajirin:
1.
Bani Hasyim, Bani al-Muththalib:
1)
Rasulullah Saw., pemimpin para Rasul bin Abdullah bin Abdul
Muththalib bin Hasyim.
2)
Hamzah bin Abdul Muththalib bin Hasyim, singa Allah,
singa RasulNya, dan paman Rasulullah Saw.
3)
Ali bin Abi Thalib bin Abdul Muththalib bin Hasyim.
4)
Zaid bin Haritsah bin Syurahbil.
5)
Anasah, mantan budak Rasulullah Saw.
6)
Abu Kabsyah, mantan budak Rasulullah Saw. (Ibnu Hisyam
berkata: “Anasah berasal dari Habasyah,
sedang Abu Kabsyah berasal dari Persia.”).
7)
Abu Martsad Kannaz bin Hishn bin Yarbu’ bin Amr.
8)
Anak Kannaz yang bemama Martsad bin Abu Martsad, sekutu
Hamzah bin Abdul Muththalib.
9)
Ubaidah bin al-Harits bin al-Muththalib.
10) Saudara
Ubaidah bin al-Harits yang bernama ath-Thufail bin al-Harits.
11) Saudara
Ubaidah bin al-Harits yang lain yang bernama al-Hushain bin al-Harits.
12) Misthah.
Nama lengkapnya Auf bin Utsatsah bin Abbad bin al-Muththalib.
2.
Bani Abdu Syams dan Mantan-mantan
Budaknya:
1)
Utsman bin Affan bin Abu al-Ash bin Umaiyyah bin Abdu
Syams. Utsman bin Affan sebenarnya tidak hadir di Perang Badar karena menjaga
istrinya, Ruqaiyyah binti Rasulullah Saw., kemudian Rasulullah Saw. memberinya
satu bagian dari rampasan perang. Utsman bin Affan berkata: “Pahalaku, bagaimana Rasulullah?”
Rasulullah Saw. bersabda: “Engkau juga
mendapatkan pahala.”
2)
Abu Hudzaifah bin Utbah bin Rabi’ah bin Abdu Syams.
3) Salim,
mantan budak Abu Hudzaifah.
3.
Bani Asad bin Khuzaiman, Sekutu Bani Abdu
Syams:
1)
Abdullah bin Jahsy bin Ri’ab bin Ya’mur bin Shabrah bin
Murrah bin Kabir bin Ghanm bin Dudan bin Asad.
2)
Ukkasyah bin Mihshan bin Hurtsan bin Qais bin Murrah
bin Kabir bin Ghanm bin Dudan bin Asad.
3)
Syuja’ bin Wahb bin Rabi ah bin Asad bin Shuhaib bin
Malik bin Kabir bin Ghanm bin Dudan bin Asad.
4)
Saudara Syuja’ yang bernama Uqbah bin Wahb.
5)
Yazid bin Ruqaisy bin Ri’ab bin Ya’mur bin Shabrah bin
Murrah bin Kabir bin Ghanm bin Dudan bin Asad.
6)
Abu Sinan bin Mihshan bin Hurtsan bin Qais. Ia saudara
kandung Ukasyah bin Mihshan.
7)
Anak Sinan yang bernama Sinan bin Abu Sinan.
8)
Muhriz bin Nadhlah bin Abdullah bin Murrah bin Kabir
bin Ghanm bin Dudan bin Asad.
9) Rabi’ah
bin Aktam bin Sakhbarah bin Amr bin Lukaiz bin Amir bin Ghanm bin Dudan bin
Asad.
4.
Sekutu Bani Kabir bin Ghanm:
1)
Tsaqfu bin Amr.
2)
Saudara Tsaqfu yang bernama Malik bin Amr.
3)
Saudara Tsaqfu yang lain, yaitu Mudlij bin Amr. (Ibnu
Hisyam berkata: “Midlaj bin Amr.”).
4) Abu
Makhsyi, sekutu mereka.
5.
Bani Naufal bin Abdu Manaf:
1)
Utbah bin Ghazwan bin Jabir bin Wahb.
2)
Khabbab, mantan budak Utbah bin Ghazwan.
6.
Bani Asad bin Abdul Uzza:
1)
Az-Zubair bin al-Awwam bin Khuwailid bin Asad.
2)
Hathib bin Abu Baita’ah.
3) Sa’ad,
mantan budak Hathib bin Abu Balta’ah.
7.
Bani Abduddaar:
1)
Mush’ab bin Umair bin Hasyim bin Abdu Manaf bin
Abduddaar bin Qushai.
2)
Shuwaibith bin Sa’ad bin Huraimalah bin Malik bin
Umailah bin as-Sabbaq bin Abduddaar bin Qushai.
8.
Bani Zuhrah bin Kilab:
1)
Abdurrahman bin Auf bin Abdu Manaf bin Abdul Harits bin
Zuhrah.
2)
Sa’ad bin Abi Waqqash. Abu Waqqash ialah Malik bin
Uhaib bin Abdu Manaf bin Zuhrah.
3) Saudara
Sa’ad bin Abi Waqqash yang bernama Umair bin Abi Waqqash.
9.
Sekutu-sekutu Bani Zuhrah bin Kilab:
1)
Al-Miqdad bin Amr bin Tsa’labah.
2)
Abdullah bin Mas’ud bin al-Harits.
3)
Mas’ud bin Rabi’ah bin Amr bin Sa’ad.
4)
Dzu asy-Syamalain bin Abdu Amr bin Nadhlah bin Ghubsyan
bin Sulaim.
5)
Khabab bin al-Arat.
10. Bani
Taim bin Murrah:
1)
Abu Bakar ash-Shiddiq.
2)
Bilal bin Rabah, mantan budak Abu Bakar.
3)
Amir bin Fuhairah.
4)
Shuhaib bin Sinan dari an-Namir bin Qasith.
5) Thalhah
bin Ubaidillah bin Utsman bin Amr bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim. Tadinya Thalhah
berada di Syam. Ia tiba di Madinah setelah Rasulullah Saw. pulang dari Badar. Ia
berbicara dengan Rasulullah Saw., kemudian beliau Saw. memberinya satu bagian
dari rampasan perang. Thalhah bin Ubaidillah bertanya: “Bagaimana dengan pahalaku, wahai Rasulullah?” Rasulullah Saw. bersabda:
“Engkau juga mendapat pahala.”
11. Bani
Makhzum:
1)
Abu Salamah bin Abdul Asad. Nama asli Abu Salamah ialah
Abdullah bin Abdul Asad bin Hilal bin Abdullah bin Umar bin Makhzum.
2)
Syammas bin Utsman bin asy-Syarid bin Suwaid bin Harmi
bin Amir bin Makhzum.
3)
Al-Arqam bin Abu al-Arqam.
4)
Ammar bin Yasir.
5) Muattib
bin Auf bin Amir bin al-Fadhl bin Afif bin Kulaib bin Hubsyiyah.
12. Bani
Adi bin Ka’ab dan Sekutunya:
1)
Umar bin Khaththab.
2)
Saudara Umar, Zaid bin Khaththab.
3)
Mihja’ maula Umar bin Khaththab.
4)
Amr bin Suraqah bin al-Mu’tamir bin Anas.
5)
Abdullah bin Suraqah.
6)
Waqid bin Abdullah bin Abdu Manaf.
7)
Khauli bin Abu Khauli, sekutu Bani Adi bin Ka’ab.
8)
Malik bin Abu Khauli, sekutu Bani Adi bin Ka’ab.
9)
Amir bin Rabi’ah, sekutu keluarga Khaththab.
10) Amir
bin al-Bukair bin Abdu Yalail bin Nasyib bin Ghiyarah.
11) Aqil
bin al-Bukair, sekutu Bani Adi bin Ka’ab.
12) Khalid
bin al-Bukair, sekutu Bani Adi bin Ka’ab.
13) Iyas
bin al-Bukair, sekutu Bani Adi bin Ka’ab.
14) Sa’id
bin Zaid bin Amr. Tadinya Sa’id bin Zaid berada di Syam. Ia tiba di Madinah
setelah Rasululah Saw. tiba dari Badar, kemudian Sa’id bin Zaid berbicara
dengan Rasulullah Saw., kemudian Rasulullah Saw. memberinya satu bagian dari
rampasan perang. Sa’id bin Zaid berkata: “Bagaimana
dengan pahalaku, wahai Rasulullah?” Rasulullah Saw. bersabda: “Engkau juga mendapat pahala.”
13. Bani
Jumah bin Amr:
1)
Utsman bin Madz’un bin Habib bin Wahb bin Hudzafah bin
Jumah.
2)
Anak Utsman bin Madz’un yang bernama as-Saib bin
Utsman.
3)
Saudara Utsman bin Madz’un yang bernama Qudamah bin
Madz’un.
4)
Saudara Utsman bin Madz’un yang lain yang bernama
Abdullah bin Madz’un.
5)
Ma’mar bin al-Harits bin Ma’mar bin Habib bin Wahb bin
Hudzafah bin Jumah.
14. Bani
Sahm bin Amr:
1)
Khunais bin Hudzafah bin Qais bin Adi bin Su’aid bin
Sahm.
15. Bani
Amir bin Luai dan Sekutunya:
2)
Abu Sabrah bin Abu Ruhm bin Abdul Uzza bin Abu Qais bin
Abdu Wudd bin Nashr bin Malik bin Hisl.
3)
Abdullah bin Makhramah bin Abdul Uzza bin Abu Qais bin
Abdu Wudd bin Nashr bin Malik.
4)
Abdullah bin Suhail bin Amr bin Abdu Syams bin Abdu
Wudd bin Nashr bin Malik bin Hisl. la berangkat bersama ayahnya, Suhail bin
Amr. Ketika orang-orang Quraisy tiba di Badar, ia lari kepada Rasulullah Saw. kemudian
menyaksikan Perang Badar bersama Rasulullah Saw.
5)
Umair bin Auf, mantan budak Suhail bin Amr.
6) Sa’ad
bin Khaulah, sekutu Bani Amir bin Luai.
16. Bani
al-Harits bin Fihr:
1)
Abu Ubaidah bin al-Jarrah bin Hilal bin Uhaib bin
Dhabbah bin al-Harits.
2)
Amr bin al-Harits bin Zuhair bin Abu Syaddad bin Rabi
ah bin Hilal bin Uhaib bin Dhabbah bin al-Harits.
3)
Suhail bin Wahb bin Rabiah bin Hilal bin Uhaib bin
Dhabbah bin al-Harits.
4)
Saudara Suhail bin Wahb yang bemama Shafwan bin Wahb.
5) Amr
bin Abu Sarh bin Rabiah bin Hilal bin Uhaib bin Dhabbah bin al-Harits.
b. Kaum
Anshar dari Kabilah Khazraj:
1.
Bani Abdul Asyhal bin Jusyam:
1)
Sa’ad bin Muadz bin an-Nu’man bin Umruul Qais bin Zaid
bin Abdul Asyhal.
2)
Amr bin Mu’adz bin an-Nu’man bin Umruul Qais bin Zaid
bin Abdul Asyhal.
3)
Al-Harits bin Aus bin Muadz bin an-Nu’man.
4) Al-Harits
bin Anas bin Raft’ bin Umruul Qais.
2.
Bani Ubaid bin Ka’ab bin Abdul Asyhal:
1) Sa’ad
bin Zaid bin Malik bin Ubaid.
3.
Bani Zaura bin Abdul Asyhal:
2)
Salamah bin Salamah bin Waqasy bin Zughbah bin Zaura.
3)
Abbad bin Bisyr bin Waqasy bin Zughbah bin Zaura.
4)
Salamah bin Tsabit bin Waqasy.
5)
Raff bin Yazid bin Kurz bin Sakan bin Zaura.
6)
Al-Harits bin Khazamah bin Adi bin Ubai bin Ghanm bin
Salim bin Auf bin Amr bin Auf bin al-Khazraj.
7)
Muhammad bin Masalamah bin Khalid bin Udai Majda’ah bin
Haritsah bin al-Harits.
8)
Salamah bin Aslam bin Harisy bin Udai bin Majda’ah bin
Haritsah bin al-Harits.
9)
Abu al-Haitsam bin at-Tayyahan.
10) Ubaid
bin at-Tayyahan. (Ibnu Hisyam berkata: “Ada
yang mengatakan Utaik bin at-Tayyahan.”).
11) Abdullah
bin Sahl. (Ibnu Hisyam berkata: “Abdullah
bin Sahl adalah saudara Bani Zaura. Ada lagi yang mengatakan ia berasal dari
Ghassan.”).
4.
Bani Sawad bin Dzafar:
1)
Qatadah bin an-Nu’man bin Zaid bin Amir bin Sawad.
2)
Ubaid bin Aus bin Malik bin Sawad.
5.
Bani Abd bin Rizah dan Sekutu-sekutunya:
1)
Nashr bin al-Harits bin Abd.
2)
Muattib bin Abd.
3) Abdullah
bin Thariq sekutu Bani Abd bin Rizah dari Bali.
6.
Bani Haritsah bin al-Harits
1)
Mas’ud bin Sa’ad bin Amir bin Adi bin Jusyam bin
Majda’ah bin Haritsah. (Ibnu Hisyam berkata: “Mas’ud adalah anak Abdu Sa’ad.”).
2)
Abu Absu bin Jabr bin Amr bin Zaid bin Jusyam bin
Majda’ah bin Haritsah.
3) Sekutu
Bani Haritsah bin al-Harits dari Bali adalah Abu Burdah bin Niyar.
7.
Bani Auf bin Amr:
1)
Ashim bin Tsabit bin Qais. Qais adalah Abu al-Aqlah bin
Ishmah bin Malik bin Amah bin Dzubafah.
2)
Muattib bin Qusyair bin Mulail bin Zaid bin al-Aththaf
bin Dzubafah.
3)
Abu Mulail bin al-Az ar bin Zaid bin al-Aththaf bin
Dzubai’ah.
4)
Amr bin Ma bad bin al-Az ar bin Ziad bin al-Aththaf bin
Dzubai’ah. (Ibnu Hisyam berkata: “Ada
yang mengatakan Umair bin Ma’bad.”).
5) Sahl
bin Hunaif bin Wahib bin al-Ukaim bin Tsalabah bin Majda’ah bin al-Harits bin
Amr. Ada yang mengatakan Amr adalah Bahzaj bin Hanasy bin Auf bin Amr bin Auf.
8.
Bani Umaiyyah bin Zaid:
1)
Mubasysyir bin Abdul Mundzir bin Zanbar bin Zaid bin
Umaiyyah.
2)
Rifa’ah bin Abdul Mundzir bin Zanbar.
3)
Sa’ad bin Ubaid bin an-Nu’man bin Qais bin Amr bin Zaid
bin Umaiyyah.
4)
Uwaim bin Sa’idah.
5)
Rafi’ bin Anjadah. (Anjadah adalah ibu Rafi’ seperti
dikatakan Ibnu Hisyam).
6)
Ubaid bin Abu Ubaid.
7)
Tsa’labah bin Hathib.
8) Para
ulama berpendapat bahwa Abu Lubabah bin Abdul Mundzir dan al-Harits bin Hathib
keluar bersama Rasulullah Saw. ke Badar, kemudian Rasulullah Saw. mengembalikan
keduanya. Rasulullah Saw. menunjuk Abu Lubabah sebagai wakil beliau di Madinah.
Rasulullah Saw. memberi jatah masing-masing satu bagian dari rampasan perang
bersama Mujahidin Perang Badar. (Ibnu Hisyam berkata: “Rasulullah Saw. mengembalikan keduanya dari ar-Rauha’.”).
9.
Bani Ubaid bin Zaid dan Sekutu-sekutunya:
1)
Unais bin Qatadah bin Rabia bin Khalid bin al-Harits
bin Ubaid.
2)
Ma’nu bin Adi bin al-Jaddi bin al-Ajlan bin Dzubai’ah,
sekutu Bani Ubaid bin Zaid dari Bali.
3)
Tsabit bin Aqram bin Tsa’labah bin Adi bin al-Ajlan,
sekutu Bani Ubaid bin Zaid dari Bali.
4)
Abdullah bin Salamah bin Malik al-Harits bin Adi bin al-Ajlant
sekutu Bani Ubaid bin Zaid dari Bali.
5)
Zaid bin Aslam
bin Tsa’labah bin Adi bin al-Ajlan, sekutu Bani Ubaid bin Zaid dari Bali.
6)
Rib’i bin Raff bin Zaid bin Haritsah bin al-Jaddi bin al-Ajlan,
sekutu Bani Ubaid bin Zaid dari Bali.
7)
Ashim bin Adi bin al-Jaddi bin al-Ajlan ikut berangkat
ke Badar, namun Rasulullah Saw. menyuruhnya pulang dan memberinya satu bagian
dari rampasan perang.
10. Bani
Tsa’labah bin Amr:
1)
Abdullah bin Jubair bin an-Numan bin Umaiyyah bin al-Burak.
Nama al-Burak adalah Umru’ul Qais bin Tsa’labah.
2)
Ashim bin Qais. (Ibnu Hisyam berkata: “Ashim adalah anak Qais bin Tsabit bin
an-Nu’man bin Umaiyyah bin Umruul Qais bin Tsa’labah.”).
3)
Abu Dhayyah bin Tsabit bin an-Nu’man bin Umaiyyah bin
Umruul Qais bin Tsa’labah.
4)
Abu Hannah. (Ibnu Hisyam berkata: “Abu Hannah adalah saudara Abu Dhayyah. Ada yang memanggilnya Abu
Habbah.”).
5)
Salim bin Umair bin Tsabit bin Tsa’labah bin an-Nu’man
bin Umaiyyah Umruul Qais bin Tsa’labah. (Ibnu Hisyam berkata: “Tsabit bin Amr bin Tsa’labah.”).
6)
Al-Harits bin an-Nu’man bin Umaiyyah bin Umruul Qais
bin Tsa’labah.
7) Khawwath
bin Jubair bin an-Nu’man. Rasulullah Saw. memberinya satu bagian dari rampasan
perang bersama Mujahidin Perang Badar.
11. Bani
Jahjabah bin Kulfah dan Sekutu-sekutunya:
1)
Mundzir bin Muhammad bin Uqbah.
2) Abu
Aqil bin Abdullah bin Tsa’labah bin Baihan bin Amir bin al-Harits.
12. Bani
Ghanm bin as-Salm:
1)
Sa’ad bin Khaitsamah bin al-Harits bin Malik bin Ka’ab
bin an-Nahhath bin Ka’ab bin Haritsah bin Ghanm.
2)
Mundzir bin Qudamah bin Arafjah.
3)
Malik bin Qudamah bin Arafjah.
4)
Al-Harits bin Arafjah.
5) Tamim,
mantan budak Bani Ghanm. (Ibnu Hisyam berkata: “Tamim adalah mantan budak Sa’ad bin Khaitsamah.”).
13. Bani
Muawiyah bin Malik dan Sekutu-sekutunya:
1)
Jabr bin Atik bin al-Harits bin Qais bin Haisyah bin al-Harits
bin Umaiyyah bin Muawiyah.
2)
Malik bin Numailah, sekutu Bani Muawiyah bin Malik dari
Muzainah.
3)
An-Nu’man bin Ashar, sekutu Bani Muawiyah bin Malik.
Wallahu
A’lam
Lahum
al-Fatihah...
Info
Penting:
Hadirilah
Dzikir Akbar Ya Allah 1.000 Kali dan Doa untuk Bangsa Peringatan Nuzulul Quran
dan Haul Ahlul Badr Bersama Majelis Rasulullah Saw. Kamis, 25 Juli 2013, Pukul
20:30 s/d 22:30 WIB – Monas.
Sya'roni
As-Samfuriy, Cibitung 22 Juli 2013
0 komentar:
Posting Komentar