Home » » Siapakah Muhammad ibn Abdul Wahhab dan Ibn Taimiyah?

Siapakah Muhammad ibn Abdul Wahhab dan Ibn Taimiyah?

Written By MuslimMN on Jumat, 31 Agustus 2012 | 01.38


RADIKALISME SEKTE WAHABIYAH 2
 Siapakah Muhammad ibn Abdul Wahhab dan Ibn Taimiyah?


Muhammad ibn Abdul Wahhab adalah saudara kandung syekh Sulaiman ibn Abdul Wahhab. Beliau, syekh Sulaiman ini telah menyusun sebuah kitab yang berisi bantahan terhadap Muhammad ibn Abdul Wahhab yang berjudul Fashl al-Khithab fi Radd ‘ala Muhammad ibn Abdul Wahhab. Demikian juga syekh Ahmad Zaini Dahlan dalam kitab Fitnatu al-Wahabiyah, Syekh Ibnu Abidin al-Hanafi dalam Hasyiyah Raddu al-Mukhtar, Syekh Muhammad ibn Sulaiman al-Kurdi sebagaimana dikutip oleh pengarang kitab al-Futuhat Islamiyah, Syekh Ibn Humaid an-Najdi mufti madzhab Hanbali di Makkah al-Mukarramah dalam kitabnya ash-Shuhub al-Wabilah ‘’ala Dharaih al-Hanabilah dan Syekh Ridwan al-‘Adl Bibars asy-Syafi’i dalam kitabnya Raudhat al-Muhtajin li Ma’rifati Qawa’id ad-Din, Syekh Taufik Suqiyah ad-Dimasqi dalam kitabnya Tabyin al-Haq wa ash-Shawab bi ar-Radd ‘’ala Atba’i Muhammad ibn Abdul Wahhab dan Syekh Mushthafa asy-Syatthi dalam kitabnya an-Nuqul as-Syar’iyah fi ar-Raddi ‘ala al-Wahabiyah dan Syekh Abdul Qadir ibn Muhammad ibn Salim al-Kailani dalam kitabnya an-Nafhah az-Zakiyah fi ar-Raddi ‘ala Syubahi al-Wahabiyah. Ulama pada masa sekarang yang juga membantahnya adalah al-Muhaddits Syekh Abdullah al-Harari dalam kitab al-Maqalat as-Sunniyah fi Kasyfi Dhalalat Ahmad Ibn Taimiyah dan selain mereka dari para ulama Ahlussunnah.
Sedangkan tentang Ibn Taimiyah cukup bagi kita untuk menilainya dengan apa yang dikatakan oleh Imam Taqiyuddin as-Subki dalam kitab ar-Rasail as-Subkiyyah fi ar-Raddi ’ala Ibn Taimiyah dan muridnya Ibn Qayyim al-Jauziyah: “Dan dia (Ibnu Taimiyah) dipenjara dengan kesepakatan para ulama dan para penguasa”, kemudian ia mengatakan: “Sesungguhnya dia menyalahi ijma’ lebih dari 60 masalah dalam masalah ushul dan furu’, diantaranya adalah pengharamannya terhadap ziarah kubur Nabi yang agung Saw, menisbatkan arah, batasan, tempat dan duduk kepada Allah ta’ala.” Semoga Allah melindungi kita dari kekufuran dan kesesatan.
As-Subki, nama lengkapnya adalah Ali ibn Badul Kafi ibn Lai ibn Tamam ibn Yusuf ibn ibn Musa ibn Tamam ibn Hamid ibn Yahya ibn Umar ibn Utsman ibn Ali ibn Siwar ibn Salim as-Subki Taqiyuddin Abul Hasan asy-Syafi’i. Dilahirkan pada bulan Shafar tahun 683 H. Diantara gurunya adalah Ibn ar-Rif’ah, al-Baji, Abu Hayyan, al-‘Iraqi, ad-Dumyathi dan lainnya. Di Mesir, beliau Mengajar di al-Manshuriyah dan Jami’ al-Hakim dan lainnya. Ketika al-Qadhi Jalaluddin al-Qazwini wafat, beliu dipilih untuk menggantikannya. Beiau wafat pada tahun 756 H.
Apabila kita melihat sepintas pada perkataan-perkataan Wahabiyah dan kesesatan-kesesatannya maka kita akan mendapatkan kesimpulan bahwa mereka telah membikin agama baru, akan tetapi mereka berkedok di balik nama Islam. Diantara pendapat mereka yang menyalahi ajaran Islam, antara lain:
1.    Mengingkari kenabian Adam, Syits dan Idris
2.    Mengkafirkan Hawa
3.    Mengatakan alam azali
4.    Mengatakan neraka fana’
5.    Menyerupakan Allah dengan makhlukNya
6.    Mengatakan Allah jisim
7.    Menisbatkan anggota badan bagi Allah, mempunyai batasan-batasan, tempat-tempat dan arah-arah
8.    Menisbatkan duduk dan sifat-sifat makhluk kepada Allah.
Sedangkan pandangan mereka terhadap nabi Muhammad Saw., mereka menganggap beliau sekarang layaknya bangkai yang tidak boleh diziarahi karena tidak dapat member manfaat dan madharat. Mereka juga mengharamkan umat Islam bergembira, hanya sekedar gembira atau merayakan Maulid Nabi Saw. Bahkan, mereka menganggap sembelihan yang disembelih oleh umat Islam dalam rangka Maulid Nabi yang mulia sama dengan sembelihan orang-orang musyrik yang haram untuk dimakan.
Mereka mengharamkan membaca shalawat kepada Nabi dengan suara keras setelah adzan dan berpendapat bahwa hal itu lebih berat dosanya daripada orang yang berzina dengan ibunya. Hal tersebut seperti dikatakan oleh juru bicara mereka dalam masjid Jami’ ad-Daqqaq di Syam. Mereka juga mengkafirkan orang yang bertawassul kepada Allah dengan sayyidina Muhammad atau lainnya dari para nabi dan para wali dan para orang shalih. Mereka memandang umat Islam sebagai orang-orang kafir musyrik karena mereka (umat Islam) tidak menganut madzhab mereka, mereka menghalalkan darah dan harta umat Islam di luar paham mereka.
Sejarah menjadi saksi kiprah mereka di jazirah Arab dan di bagian timur Yordania. Bahkan para sahabat Nabi juga tidak luput dari cacian Ibnu Taimiyah, ia mengatakan antara lain:
1.    Abu Bakar masuk Islam ketika sudah tua tidak mengetahui apa yang dia ucapkan
2.    Ali masuk Islam di waktu masih kanak-kanak dan Islamnya anak kecil tidak sah
3.    Ali berperang untuk kekuasaan bukan untuk agama dan dia keliru dalam 17 masalah yang bertentangan dengan nash al-Qur’an
4.    Menyalahkan Umar dalam satu masalah.
Sedangkan pandangan picik mereka terhadap para pendiri madzhab empat terlihat dari kata-kata yang sering mereka ucapkan; mereka laki-laki dan kami juga laki-laki. Sedangkan kelancangannya terhadap imam Syafi’i, Malik dan Ahmad, sudah sangat jelas dari pembid’ahan mereka terhadap orang yang bertawasul kepada Allah dengan para nabi, para wali dan orang yang shalih dan ziarah ke makam mereka, padahal Wahabiyah mengetahui bahwa dalil diperbolehkannya tawassul terdapat dalam nash hadits. Sedangkan orang yang1mengikuti salah satu madzhab empat atau bertaklid kepadanya, ini menurut Wahabiyah adalah inti kesyirikan.
Tentang perkataan mereka bahwa tawassul syirik bisa dilihat dalam kitab yang berjudul “Kaifa Nafhamu at-Tauhid” karya Muhammad Ahmad Basyamil (Jeddah), halaman 16, lihat juga kitab yang mereka anggap sebagai kitab “Tauhid” karya Shalih ibn Fauzan (Riyadh), halaman 70, lihat juga Abubakr al-Jazairi dalam kitabnya “’Aqidah al-Mukmin” halaman 144. Adapun larangan mereka terhadap ziarah kubur Nabi bisa dilihat dalam kitab yang berjudul “Fatawa Muhimmah” fatwa al-‘Utsaimin (Riyadh), hal. 149-150, juga fatwa Ibn Baz dalam kitabnya yang berjudul “at-Tahqiq wa al-Idhah li Katsirin min Masail al-Hajj wa al-‘Umrah” halaman 89. Adapun larangan mereka dalam bermadzhab bisa dilihat dalam Muhammad Sulthan al-Ma’shumi al-Makky, Hal al-Muslim Mulzamun bi at-Tiba’i Madzhaibn Mu’ayyanin ta’liq Salim al-Hilali halaman 6, dia sebutkan bahwa “orang yang bermadzhab harus disuruh bertaubat kalau tidak mau bertaubat maka dibunuh,” dan halaman 11 dia mengatakan:Apabila ditelusuri dengan seksama tentang permasalahan madzhab maka sesungguhnya madzhab tersebut berkembang dan menyebar karena bantuan musuh Islam).
Tarekat sufi yang merupakan ajaran para wali dan suluk orang-orang yang bertakwa, menurut Wahabiyah sebagai biang perpecahan umat Islam. Menurut mereka tarekat sufi harus diperangi sebelum kita memerangi Yahudi dan Majusi, lihat kitab mereka “al-Majmu’ al-Mufid min ‘Aqidah at-Tauhid” karya Ali ibn Muhammad ibn Sinan halaman 102.
Golongan Asy’ariyah dan Maturidiyah yang dinisbatkan kepada imam Ahlussunnah wal Jama’ah imam Abul Hasan al-Asy’ari dan Abu Manshur al-Maturidi dipandang oleh golongan Wahabiyah dengan pandangan penuh dengki, kebencian dan pengkafiran. Karenanya, tidak heran jika mereka melecehkan para ulama Asy’ariyah seperti al-Hafidz Ibn Hajar al-Asqalani, an-Nawawi, al-Hakim dan panglima muslim sulthan Shalahuddin al-Ayyubi, dan yang lainnya. Mereka juga menganggap perbuatan Abdullah ibn Umar yang bertabarruk dengan peninggalan Nabi yang mulia adalah sebuah tindakan syirik. Mereka juga mengkafirkan Bilal ibn al Harits al-Muzani yang berziarah ke makam Nabi Saw. (Lihat kitab mereka “min Masyahiri al-Mujaddidin fi al-Islam: Ibn Taimiyah wa Muhammad ibn Abd al-Wahhab” karangan Shalih ibn Fauzan, halaman 32, lihat juga kitab mereka yang berjudul “Fath al-Majid” karya Abdurrahman Hasan ibn Muhammad ibn Abdullah, halaman 353).
Atas dasar pengetahuan mereka yang cekak dalam masalah agama sehingga mereka menamakan setiap perkara baru sepeninggal Rasulullah adalah bid’ah yang sesat bahkan meskipun termasuk sesuatu yang sesuai dengan syara’, sehingga mereka melarang adzan yang kedua pada hari jum’at, berdzikir dengan menggunakan tasbih, halaqah-halaqah dzikir dan menghadirkan para masyayikh untuk membaca al-Qur’an. Kebodohan mereka dengan hadits Rasulullah telah menyebabkan mereka mengharamkan sesuatu yang pernah dilakukan oleh Rasulullah seperti wudhu menggunakan air lebih satu mud (seukuran dua telapak tangan orang yang sedang), mandi dengan air lebih dari satu sha’ (seukuran 4 mud), talqin mayyit, membaca al-Qur’an terhadap mayyit, mengiringi jenazah dengan menggunakan mobil dan lainnya. (Permasalahan-permasalahan di atas bisa dilihat dalam kitab mereka yang berjudul “Taujihat Islamiyah” karya Muhammad Jamil Zainu yang diterbitkan oleh Kementrian Agama Saudi Arabia).
Dalam memahami nash al-Qur’an terutama yang berkenaan dengan ayat-ayat mutasyabihat atau sifat Allah mereka mengharamkan untuk mentakwilkannya dan mereka lebih memilih makna dzahirnya meskipun hal itu menyebabkan pertentangan makna dalam al-Qur’an. Ini mereka lakukan untuk menguatkan keyakinan mereka bahwa Allah memiliki kesamaan dengan makhlukNya dan inilah penyimpangan mereka dalam memaknai al-Qur’an. (Menta’wil ayat mutasyabihat dalam al-Qur’an menurut mereka sama dengan mengingkari sifat Allah, karenanya mereka menuduh Ahlussunnah yang menta’wil dengan sebutan “al-Mu’aththilah”, lihat kitab mereka “al-Qawaid al-Mutsla” karya al-‘Utsaimin halaman 45)
Mereka memandang bahwa perempuan semuanya aurat bahkan suaranya juga Aurat dan jika perempuan keluar dari rumah maka ia telah melakukan salah satu dari macam-macam zina. Sungguh mereka memahami agama ini dengan pemahaman yang ekstrim (berlebih-lebihan).
Saudara muslim, sesungguhnya orang yang menipu orang lain atas nama agama tidak bisa ditolerir. Bagaikan penyakit lepra yang menggerogoti bagian tubuh maka harus diamputasi karena apabila dibiarkan virusnya akan menyebar ke seluruh tubuh. Karenanya, atas dasar pembelaan terhadap agama Muhammad Saw. kami suguhkan sebuah pembahasan yang menguak sedikit dari kesesatan Wahabiyah yang kami ambil dari kitab-kitab mereka, kutipan-kutipan mereka dan statemen-stateman mereka, baik yang tertulis ataupun tidak, bukan hanya sekedar klaim tanpa disertai bukti, akan tetapi kami sertakan bukti pada setiap poin dari kesesatan Wahabiyah yang kami jelaskan. Sebagaimana kami juga sebutkan bantahan berdasarkan al-Qur’an, sunnah Rasulullah Saw., ijma’ umat dan perkataan ulama Ahlussunnah wal Jama’ah sehingga kita terutama yang masih awam tidak ragu lagi akan kesesatan dan bahaya Wahabiyah. 
Ulasan ini dan yang akan datang tidak membahas semua kesesatan Wahabiyah tetapi hanya sebagian saja. Karenanya, insyaAllah dalam waktu dekat akan ditulis lagi pembahasan-pembahasan lain yang akan menguak lebih banyak kesesatan-kesesatan mereka dan lebih banyak bantahan yang kami sertakan terhadap subhah (sesuatu yang dilontarkan untuk mengaburkan persoalan) mereka. Semoga Allah menerima amal ikhlas ini dan memberikan taufikNya kepada kita untuk selalu berhidmat kepada umat Islam, Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin.
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

 
Meningkatkan Cinta Kita pada Sang Nabi
Copyright © 2011. PUSTAKA MUHIBBIN - Web Para Pecinta - All Rights Reserved
PROUDLY POWERED BY IT ASWAJA DEVELOPER
Themes by Maskolis.com | Published by Mas Template