Home » » AHLUL-BAYT MEMENUHI BELAHAN BUMI

AHLUL-BAYT MEMENUHI BELAHAN BUMI

Written By MuslimMN on Rabu, 30 Maret 2011 | 00.44

AHLUL-BAYT MEMENUHI BELAHAN BUMI
Dicuplik dari buku karya KH. Ali Badri Azmatkhan (Sekjen IKAZHI) yang berjudul “DARI KANJENG NABI SAMPAI KANJENG SUNAN”



Ketika Al-Qasim, putra Rasulullah, wafat dalam usia masih kecil, terdengarlah berita duka itu oleh beberapa tokoh musyrikin, di antara mereka adalah Abu Lahab dan ‘Ash bin Wa’il. Mereka kegirangan dengan berita itu, mereka mengejek Rasulullah dengan mengatakan bahwa beliau tidak lagi memiliki anak laki-laki yang dapat melanjutkan generasi keluarga beliau, sementara orang Arab pada masa itu merasa bangga bila memiliki anak laki-laki untuk melanjutkan garis keturunan mereka. Menjawab ejekan Abu Lahab dan ‘Ash bin Wa’il itu Allah menurunkan surat Al-Kautsar ayat pertama:
“Sesungguhnya Kami memberimu karunia yang agung.”
Al-Kautsar artinya karunia yang agung, dan karunia yang dimaksud dalam ayat itu adalah bahwa Allah memberi banyak keturunan pada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam melalui putri beliau, Fatimah Az-Zahra’.
Sedangkan Abu lahab dan ‘Ash bin Wa’il dinyatakan oleh ayat terakhir surat Al-Kautsar bahwa justru merekalah yang tidak akan memiliki keturunan, yaitu:
“Sesungguhnya orang yang membencimu itulah yang tidak sempurna (putus keturunan).”
Benarlah apa yang difirmankan oleh Allah, sampai kini keturunan Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam, melalui Al-Hasan dan Al-Husain putra Fatimah Az-Zahra’, benar-benar memenuhi belahan bumi, baik mereka yang dikenal sebagai cucu Rasulullah oleh masyarakat, maupun yang tidak.
Sekedar gambaran, penulis memiliki banyak data tentang silsilah Ulama-ulama Pesantren yang dikenal sebagai “Kiai” Indonesia, khususnya Jawa (termasuk Madura), Hampir seratus persen dari mereka memiliki garis nasab pada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, seperti Kiai-kiai keturunan keluarga Azmatkhan, Basyaiban dan sebagainya. Kemudian, di berbagai daerah, kaum santri sangat dominan dipenuhi oleh keluarga-keluarga yang bernasab sama dengan Kiai-kiai itu, bedanya hanya karena beberapa generasi sebelum mereka tidak berprestasi seperti leluhur “keluarga Kiai”, sehingga setelah selisih beberapa generasi, mereka pun tidak dikenal sebagai “keluarga Kiai”, tapi hanya sebagai “keluarga santri”.
Di Madura ada semacam “pepatah” yang mengatakan bahwa kalau ada santri yang sampai bisa membaca “kitab kuning” maka pasti dia punya nasab pada “Bhujuk”. Bhujuk adalah julukan buat Ulama-ulama zaman dulu yang membabat alas dan berda’wah di Madura. Dan semua Bhujuk Madura memiliki nasab pada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, kebanyakan mereka keturunan Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Gunung Jati dan Sunan Kudus. “Pepatah” itu memang hanya dibicarakan di kalangan “orang awam”, namun kenyataan memang sangat mendukung, hampir semua masyarakat pesantren di Madura adalah keturunan “Bhujuk”, sehingga tidak aneh bila dikatakan bahwa dari penduduk pulau Madura, orang yang bernasab pada Rasulullah lebih banyak daripada yang tidak.
Mungkin hal itu akan menimbulkan pertanyaan “mengapa bisa demikian?”, maka jawabannya adalah bahwa keluarga Bhujuk dan Kiai Madura dari zaman dulu memiliki anak lebih banyak dari pada orang biasa, apalagi hampir semua mereka dari zaman dulu –bahkan banyak juga yang sampai sekarang- memiliki istri lebih dari satu, merekapun tidak terlalu pilih-pilih nasab ketika menikahkan anak mereka, mereka cukup menerima ke-shaleh-an sebagai syarat utama menerima menantu, baik laki-laki maupun perempuan, maka tentu saja setelah puluhan generasi maka keturunan Bhujuk-bhujuk itu mendominan pulau Madura.
Kalau ada yang berkata bahwa tidak semua Kiai keturunan “Sunan” itu bergaris laki-laki, bahkan kebanyakan mereka adalah keturunan “Sunan” dari perempuan?, maka pertanyaan itu justru dijawab dengan pertanyaan “kenapa kalau bergaris perempuan?”. Islam dan “budaya berpendidikan” telah sepakat untuk membenarkan “status keturunan” dari garis perempuan. Maka bila ada orang yang membeda-bedakan garis laki-laki dan perempuan maka berarti orang itu bukan penganut paham Islam dan bukan pula penganut “budaya berpendidikan.” Dan lebih “tidak berpendidikan” lagi orang yang mengatakan bahwa hubungan nasab keturunan anak perempuan terputus dari ayah si perempuan.
Seperti di Madura, begitu pula yang terjadi di berbagai wilayah masyarakat Pesantren lainnya di Jawa. Maka bayangkan saja, betapa keturunan Rasulullah telah memenuhi pulau Jawa, belum lagi di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi dan lain-lain, ditambah dengan “jamaah habaib” yang memang sudah dikenal dengan status menonjol sebagai keturunan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Sebagai sesama keturunan Rasulullah, para Kiai dan para Habib itu tidaklah beda, perbedaan hanya terjadi dalam hal budaya yang berpengaruh pada status sosial. Ini yang terjadi di Indonesia, dan demikian pula di negeri-negeri non Arab yang lain, seperti Malaysia, Brunai, Singapura, Tailand, Filipina, India, Pakistan, Afrika dan sebaginya. Adapun di Arab sendiri maka sudah pasti perkembangan “keturunan” mereka lebih banyak lagi.
Maka kenyataan ini membenarkan apa yang dinyatakan oleh Allah dalam surat Al-Kautsar, bahwa Raslulullah akan diberi karunia agung dengan memiliki keturunan yang banyak, sehingga kalau saja beliau masih hidup saat ini maka beliau akan memiliki keluarga besar yang tak tertandingi oleh orang lain semasa beliau. Bisa jadi, bila kita mengumpulkan semua keturunan Rasulullah sejak zaman beliau hingga kini, kemudian kita mengumpulkan seratus orang dari sahabat-sahabat beliau beserta keturunan mereka hingga kini, maka jumlah keturunan beliau akan mengalahkan keturunan seratus orang sahabat beliau.
Seperti yang penulis katakan, garis keluarga Rasulullah dilanjutkan oleh Al-Hasan dan Al-Husain putra Fathimah Az-Zahra, karena putri-putri dan cucu-cucu Rasulullah yang lain wafat sebelum punya anak. Maka berikut ini penulis kemukakan maklumat tentang beberapa keluarga-keluarga besar yang merupakan keturunan Al-Hasan dan Al-Husain.
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

 
Meningkatkan Cinta Kita pada Sang Nabi
Copyright © 2011. PUSTAKA MUHIBBIN - Web Para Pecinta - All Rights Reserved
PROUDLY POWERED BY IT ASWAJA DEVELOPER
Themes by Maskolis.com | Published by Mas Template