SEPUTAR NUZÛLUL QURÂN
Al-Quran diturunkan bertujuan agar manusia memperoleh petunjuk yang jelas. al-Quran juga merupakan bekal utama bagi manusia yang dijadikan dasar untuk beriman kepada Allah dan Rasul-Nya .
Al-Qurân diturunkan dalam tiga tahap :[1]
Bahkan yang didustakan mereka itu ialah Al Quran yang mulia, Yang (tersimpan) dalam Lauh Mahfuzh.(QS al-Burûj :21-22)
@ Dalam surat ad-Dukhân ayat 1-3 disebutkan :
üNm ÇÊÈ É=»tGÅ6ø9$#ur ÈûüÎ7ßJø9$# ÇËÈ !$¯RÎ) çm»oYø9tRr& Îû 7's#øs9 >px.t»t6B 4 $¯RÎ) $¨Zä. z`ÍÉZãB ÇÌÈ
1.Haa miim. 2. Demi Kitab (Al Quran) yang menjelaskan, 3. Sesungguhnya kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan Sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.(QS ad-Dukhân:1-3)
@ Dalam surat al-Qadr ayat 1-2 disebutkan :
!$¯RÎ) çm»oYø9tRr& Îû Ï's#øs9 Íôs)ø9$# ÇÊÈ
Sesungguhnya kami Telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan (QS al-Qadr :1 )
@ Dalam surat al-Baqarah disebutkan :
ãöky tb$ÒtBu üÏ%©!$# tAÌRé& ÏmÏù ãb#uäöà)ø9$# Wèd Ĩ$¨Y=Ïj9 ;M»oYÉit/ur z`ÏiB 3yßgø9$# Èb$s%öàÿø9$#ur ÇÊÑÎÈ
Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). (QS al-Baqarah : 185)
Tiga ayat di atas menjelaskan bahwa al-Quran diturunkan pada suatu malam yang penuh berkah sebagaimana dalam surat ad-Dukhân. Malam tersebut disebut dengan lailah al-qadr sebagaimana dalam surat al-Qadr dan terletak pada bulan Ramadlan seperti yang termaktub dalam surat al-Baqarah. Sebagaimana dimaklumi, al-Quran diturunkan kepada Nabi SAW secara bertahap semenjak Beliau diangkat menjadi Nabi sampai wafat. Karena itu, yang dimaksud ketiga ayat di atas tentulah bukan turunnya al-Quran kepada Nabi namun turunnya al-Quran ke langit dunia sebagaimana yang ditunjukkan oleh hadits :
E عن ابن عباس t انه قال فصّل القرآن من الذكر فوضع في بيت العزة من السماء الدنيا فجعل الجبريل ينزل به على النبي r, رواه الحاكم
Ibnu abbas berkata: al-Quran dipisahkan dari ad-dzikr kemudian diletakkan di baitil ‘izzah di langit dunia, kemudian jibril membawa {menurunkan}kepada nabi SAW .
E عن ابن عباس قال أنزل القرآن في ليلة القدر في شهر رمضان إلى سماء الدنيا ليلة واحدة ثم أنزل نجوماً (أخرجه الطبراني و إسناده لا بأس به)
Dari ibn ‘Abbâs ia berkata, “Al-Quran diturunkan di malam qadr pada bulan Ramadlan ke langit dunia dalam satu malam kemudian diturunkan secara bertahap.(HR at-Thabrâny)
E عن ابن عباس قال أنزل القرآن جملة واحدة حتى وضع في بيت العزة في السماء الدنيا ونزله جبريل على محمد r بجواب كلام العباد وأعمالهم (أخرجه الطبراني والبزار)
Dari ibn ‘Abbâs ia berkata, “Al-Quran diturunkan secara sekaligus sehingga diletakkan di bait al-’izzah di langit dunia. Dan Jibril menurunkannya kepada Nabi Muhammad SAW dalam menjawab pertanyaan para hamba dan perbuatan mereka (HR at-Thabrâny dan al-Bazzâr)
Hikmah al-Quran diturunkan secara sekaligus ke langit dunia adalah mengagungkan nilai al-Quran dan Nabi yang diberi wahyu sekaligus sebagai pengumuman kepada seluruh penduduk langit bahwa ini adalah kitab yang terakhir diturunkan.
Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril), Ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, Dengan bahasa Arab yang jelas.(QS as-Syu’arâ` : 193-195)
ALASAN DAN HIKMAH AL-QURAN DITURUNKAN SECARA BERTAHAP
Hikmah al-Quran diturunkan secara bertahap telah dijelaskan oleh Allah sendiri dalam firman-Nya. Setidaknya ada tiga hikmah di balik turunnya al-Qurân secara bertahap :
@ lebih menancap didalam hati beliau SAW dan menghilangkan keraguan akan kebenaran al-Quran, karena berangsur-angsurnya sesuatu yang sesuai dengan kenyataan membuat hati semakin yakin akan kebenaran hal itu. Ini sebagaimana yang tersebut dalam firman Allah :
tA$s%ur tûïÏ%©!$# (#rãxÿx. wöqs9 tAÌhçR Ïmøn=tã ãb#uäöà)ø9$# \'s#÷Häd ZoyÏnºur 4 y7Ï9ºx2 |MÎm7s[ãZÏ9 ¾ÏmÎ/ x8y#xsèù ( çm»oYù=¨?uur WxÏ?ös?
Berkatalah orng-orang kafir:Mengapa Alqu'an itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja,demikinlah supaya kami perkuat hatimu dengannya dan kami membacakan secara tartil(teratur dan benar) (QS al-Furqân:32)[3]
@ Mempermudah menghapal al-Quran bagi orang-orang muslimin, memahaminya dan merenungi makna al-Quran. Karena sebagaimana diketahui, mayoritas orang Arab di masa itu ummy (tidak bisa tulis baca) sebagaimana dalam firman Allah :
uqèd Ï%©!$# y]yèt/ Îû z`¿ÍhÏiBW{$# Zwqßu öNåk÷]ÏiB (#qè=÷Ft öNÍkön=tã ¾ÏmÏG»t#uä öNÍkÏj.tãur ãNßgßJÏk=yèãur |=»tGÅ3ø9$# spyJõ3Ïtø:$#ur bÎ)ur (#qçR%x. `ÏB ã@ö6s% Å"s9 9@»n=|Ê &ûüÎ7B ÇËÈ
Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata (QS al-Jumu’ah:2)
@ Sebagai tanda bahwa al-Quran benar-benar diturunkan dari Allah sebagaimana dalam firman-Nya :
!9# 4 ë=»tGÏ. ôMyJÅ3ômé& ¼çmçG»t#uä §NèO ôMn=Å_Áèù `ÏB ÷bà$©! AOÅ3ym AÎ7yz ÇÊÈ
Alif laam raa, (Inilah) suatu Kitab yang ayat-ayatNya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci, yang diturunkan dari sisi (Allah) yang Maha Bijaksana lagi Maha tahu,(QS Hûd:1) [4]
DI BALIK TANGGAL TUJUH BELAS RAMADLAN
Kapankah mulai turunnya al-Qurân ? Benarkah al-Quran turun pada tanggal tujuh belas Ramadlan ? Pertanyaan ini selalu muncul tatkala kita memasuki bulan ramadlan.
Sebenarnya banyak versi dalam menentukan kapan al-Quran mulai diturunkan. Salah satu diantara pendapat tersebut adalah tanggal tujuh belas Ramadlan. Hal ini sesuai yang ditegaskan dalam hadits-hadits di bawah ini :
C عَنْ خَارِجَةَ بن زَيْدِ بن ثَابِتٍ عَنْ أَبِيهِ أَنَّهُ كَانَ يُحْيِي لَيْلَةَ ثَلاثٍ وَعِشْرِينَ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ وَلَيْلَةَ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ وَلا كَإِحْيَائِهِ لَيْلَةَ سَبْعَ عَشْرَةَ فَقِيلَ لَهُ كَيْفَ تَخُصُّ لَيْلَةَ سَبْعَ عَشْرَةَ ؟ فَقَالَ إِنَّ فِيهَا نَزَلَ الْقُرْآنُ وَفِي صَبِيحَتِهَا فُرِّقَ بَيْنَ الْحَقِّ وَالْبَاطِلِ وَكَانَ فِيهَا يُصْبِحُ مُبْهَجَ الْوَجْهِ (رواه الطبراني)
Dari Khârijah ibn Zaid ibn Tsâbit dari ayahnya, sesungguhnya ia selalu menghidupkan (beribadah pada) malam dua puluh tiga dan dua puluh tujuh bulan Ramadlan. Namun tidak seperti ketika Beliau menghidupkan malam ke tujuh belas. Ia ditanya,”Mengapa engkau mengkhususkan malam ketujuh belas ?” Zaid menjawab, “Pada malam itu al-Qurân diturunkan dan pada paginya dipisahkan antara yang haq dan yang bathil....(HR at-Thabrâny).
C حَدَّثَنِي حَوْطٌ الْعَبْدِيُّ ، قَالَ : سَأَلْتُ زَيْدَ بن أَرْقَمَ عَنْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ ؟ فَقَالَ مَا أَشُكُّ وَمَا أمتري أَنَّهَا لَيْلَةُ سَبْعَ عَشْرَةَ لَيْلَةَ نُزُولِ الْقُرْآنِ ، وَيَوْمَ الْتَقَى الْجَمْعَانِ ( رواه الطبراني)
<span>H</span>auth al-‘Abdy bercerita padaku. Ia mengatakan, “Aku bertanya tentang lailautl qadr. Ia menjawab,”Aku tidak ragu dan tidak gamang bahwa seusngguhnya lailatul qadr adalah tanggal tujuh belas, malam turunya al-Quran dan hari bertemunya dua pasukan.(HR at-Thabrâny)
Dari hadits-hadits di atas jelas bahwa berkeyakinan tanggal tujuh belas Ramadlan sebagai malam nuzulul Quran mempunyai dasar pijak yang jelas. Syeikh Nawawi al-Bantany mengatakan,
إلى أن أتاه صريح الحق منه ووافاه وذلك (إتيان صريح الأمر المحقق) في يوم الإثنين سبع عشرة (ليلة) خلت (مضت) من شهر الليلة القدرية (وهو رمضان الذي تكون فيه القدر غالبا)
…..Sampai Beliau menerima kebenaran yang nyata (wahyu) pada hari Senin tanggal 17 Ramadlan, pada malam lailatul qadar
HUKUM MEMPERINGATI NUZULUL QURAN
Peringatan nuzulul Qurân dengan model yang kita kenal seperti sekarang sebenarnya tradisi yang berkembang di masyarakat. Namun benih dari tradisi tersebut telah ditebarkan oleh shahabat Zaid bin Tsâbit dalam hadits :
عَنْ خَارِجَةَ بن زَيْدِ بن ثَابِتٍ ، عَنْ أَبِيهِ ، أَنَّهُ كَانَ يُحْيِي لَيْلَةَ ثَلاثٍ وَعِشْرِينَ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ وَلَيْلَةَ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ وَلا كَإِحْيَائِهِ لَيْلَةَ سَبْعَ عَشْرَةَ ، فَقِيلَ لَهُ : كَيْفَ تَخُصُّ لَيْلَةَ سَبْعَ عَشْرَةَ ؟ فَقَالَ : إِنَّ فِيهَا نَزَلَ الْقُرْآنُ وَفِي صَبِيحَتِهَا فُرِّقَ بَيْنَ الْحَقِّ وَالْبَاطِلِ ، وَكَانَ فِيهَا يُصْبِحُ مُبْهَجَ الْوَجْهِ (رواه الطبراني)
Dari Khârijah ibn Zaid ibn Tsâbit dari ayahnya, sesungguhnya ia selalu menghidupkan (beribadah pada) malam dua puluh tiga dan dua puluh tujuh bulan Ramadlan. Namun tidak seperti ketika Beliau menghidupkan malam ke tujuh belas. Ia ditanya,”Mengapa engkau mengkhususkan malam ketujuh belas ?” Zaid menjawab, “Pada malam itu al-Qurân diturunkan dan pada paginya dipisahkan antara yang haq dan yang bathil....(HR at-Thabrâny).
Jelas menurut keterangan hadits tersebut bahwa ternyata Zaid bin Tsabit, seorang shahabat Nabi, sekretaris Rasulullah dalam penulisan wahyu juga memberikan perlakuan istimewa kepada malam turunnya al-Qurân.
Memperingati nuzulul Qurân seperti yang kita kenal sekarang biasanya berisi pembacaan ayat suci al-Quran, ajakan untuk merenungi kembali dan mengamalkan ajaran al-Quran. Inti dari peringatan nuzulul Quran adalah mengekspresikan rasa gembira atas turunnya al-quran yang menjadi petunjuk bagi kita. Bila kita tinjau secara seksama, isi dari peringatan nuzulul Quran yang kita lakukan sekarang termasuk ibadah sehingga termasuk bagian dari teladan yang diberikan oleh shahabat tersebut. Sebagaimana dalam pembahasan dan kajian yang lain, prosesi peringatan nuzulul Quran yang kita kenal sekarang termasuk bid’ah, namun tergolong bid’ah <span>h</span>asanah melihat kandungan isi peringatan tersebut yang kesemuaannya adalah ibadah dan anjuran dari syara’.
[1] Muhammad ‘Abdul ‘Adhîm az-Zarqâny, Manâhil al-‘Irfân fi ‘Ulûm al-Qur`ân, (Beirut : Dâr al-Fikr), cet.ke-1, 1996, vol.I, hal.32-33.
[2] Muhammad Ali as-Shâbûny, at-Tibyân fi Ulumil Qur'an, hal 32-33
[3] Al-Itqân, hal 41
[4]Muhammad ‘Ali-as-Shâbûny, Op.Cit., hal 33
Al-Quran diturunkan bertujuan agar manusia memperoleh petunjuk yang jelas. al-Quran juga merupakan bekal utama bagi manusia yang dijadikan dasar untuk beriman kepada Allah dan Rasul-Nya .
Al-Qurân diturunkan dalam tiga tahap :[1]
- Al-Qurân diturunkan secara sekaligus ke lauh al-mahfûdh dengan cara yang hanya diketahui Allah dan orang-orang yang dikehendaki-Nya. Dalam proses awal ini al-Quran diturunkan dalam satu kumpulan (جملة واحدة). Sedangkan hikmahnya adalah agar umat manusia mau beriman, meyakini akan wujudnya Lauh Mahfûdz sebagai bukti kekuasaan Allah dan tetap berbaiksangka atas segala kebijakan dari Allah SWT. (turunnya al-Quran tidak langsung ke Nabi SAW melainkan ke Lauh Mahfûdz terlebih dahulu). Dalil turunnya al-Qurân tahap pertama ini adalah :
Bahkan yang didustakan mereka itu ialah Al Quran yang mulia, Yang (tersimpan) dalam Lauh Mahfuzh.(QS al-Burûj :21-22)
- Al-Quran diturunkan dari lau<span>h</span> al-mahfûdh ke langit dunia (bait al-‘izzah). Mengenai hal ini ada tiga pendapat :
- Al-Quran diturunkan sekaligus ke langit dunia pada waktu malam qadar (lailatul qadar), kemudian diturunkan secara bertahap dalam waktu 20 atau 23 atau 25 tahun. Perbedaan jumlah ini karena adanya perbedaan mengenai berapa lama Nabi tinggal di Mekkah setelah kenabian.
- Al-Quran diturunkan ke langit dunia selama 20 kali lailatul qadar dalam 20 tahun. Ada yang berpendapat selama 23 kali malam qadar dalam 23 tahun, ada yang mengatakan selama 25 kali pada malam qadar dalam 25 tahun. Kemudian al-Quran diturunkan secara bertahap kepada Rasulullah SAW di sepanjang tahun.
- Al-Quran pertama kali diturunkan pada malam qadar. Kemudian setelah itu turun secara bertahap dalam waktu 23 tahun. Kemudian diturunkan secara bertahap dalam berbagai waktu. [2]
@ Dalam surat ad-Dukhân ayat 1-3 disebutkan :
üNm ÇÊÈ É=»tGÅ6ø9$#ur ÈûüÎ7ßJø9$# ÇËÈ !$¯RÎ) çm»oYø9tRr& Îû 7's#øs9 >px.t»t6B 4 $¯RÎ) $¨Zä. z`ÍÉZãB ÇÌÈ
1.Haa miim. 2. Demi Kitab (Al Quran) yang menjelaskan, 3. Sesungguhnya kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan Sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.(QS ad-Dukhân:1-3)
@ Dalam surat al-Qadr ayat 1-2 disebutkan :
!$¯RÎ) çm»oYø9tRr& Îû Ï's#øs9 Íôs)ø9$# ÇÊÈ
Sesungguhnya kami Telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan (QS al-Qadr :1 )
@ Dalam surat al-Baqarah disebutkan :
ãöky tb$ÒtBu üÏ%©!$# tAÌRé& ÏmÏù ãb#uäöà)ø9$# Wèd Ĩ$¨Y=Ïj9 ;M»oYÉit/ur z`ÏiB 3yßgø9$# Èb$s%öàÿø9$#ur ÇÊÑÎÈ
Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). (QS al-Baqarah : 185)
Tiga ayat di atas menjelaskan bahwa al-Quran diturunkan pada suatu malam yang penuh berkah sebagaimana dalam surat ad-Dukhân. Malam tersebut disebut dengan lailah al-qadr sebagaimana dalam surat al-Qadr dan terletak pada bulan Ramadlan seperti yang termaktub dalam surat al-Baqarah. Sebagaimana dimaklumi, al-Quran diturunkan kepada Nabi SAW secara bertahap semenjak Beliau diangkat menjadi Nabi sampai wafat. Karena itu, yang dimaksud ketiga ayat di atas tentulah bukan turunnya al-Quran kepada Nabi namun turunnya al-Quran ke langit dunia sebagaimana yang ditunjukkan oleh hadits :
E عن ابن عباس t انه قال فصّل القرآن من الذكر فوضع في بيت العزة من السماء الدنيا فجعل الجبريل ينزل به على النبي r, رواه الحاكم
Ibnu abbas berkata: al-Quran dipisahkan dari ad-dzikr kemudian diletakkan di baitil ‘izzah di langit dunia, kemudian jibril membawa {menurunkan}kepada nabi SAW .
E عن ابن عباس قال أنزل القرآن في ليلة القدر في شهر رمضان إلى سماء الدنيا ليلة واحدة ثم أنزل نجوماً (أخرجه الطبراني و إسناده لا بأس به)
Dari ibn ‘Abbâs ia berkata, “Al-Quran diturunkan di malam qadr pada bulan Ramadlan ke langit dunia dalam satu malam kemudian diturunkan secara bertahap.(HR at-Thabrâny)
E عن ابن عباس قال أنزل القرآن جملة واحدة حتى وضع في بيت العزة في السماء الدنيا ونزله جبريل على محمد r بجواب كلام العباد وأعمالهم (أخرجه الطبراني والبزار)
Dari ibn ‘Abbâs ia berkata, “Al-Quran diturunkan secara sekaligus sehingga diletakkan di bait al-’izzah di langit dunia. Dan Jibril menurunkannya kepada Nabi Muhammad SAW dalam menjawab pertanyaan para hamba dan perbuatan mereka (HR at-Thabrâny dan al-Bazzâr)
Hikmah al-Quran diturunkan secara sekaligus ke langit dunia adalah mengagungkan nilai al-Quran dan Nabi yang diberi wahyu sekaligus sebagai pengumuman kepada seluruh penduduk langit bahwa ini adalah kitab yang terakhir diturunkan.
- Al-Quran diturunkan kepada Nabi secara bertahap dari langit dunia melalui Malaikat Jibril mulai tanggal tujuh belas Ramadlan (menurut sebagian pendapat). Ini sebagaimana tersebut dalam firman Allah :
Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril), Ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, Dengan bahasa Arab yang jelas.(QS as-Syu’arâ` : 193-195)
ALASAN DAN HIKMAH AL-QURAN DITURUNKAN SECARA BERTAHAP
Hikmah al-Quran diturunkan secara bertahap telah dijelaskan oleh Allah sendiri dalam firman-Nya. Setidaknya ada tiga hikmah di balik turunnya al-Qurân secara bertahap :
@ lebih menancap didalam hati beliau SAW dan menghilangkan keraguan akan kebenaran al-Quran, karena berangsur-angsurnya sesuatu yang sesuai dengan kenyataan membuat hati semakin yakin akan kebenaran hal itu. Ini sebagaimana yang tersebut dalam firman Allah :
tA$s%ur tûïÏ%©!$# (#rãxÿx. wöqs9 tAÌhçR Ïmøn=tã ãb#uäöà)ø9$# \'s#÷Häd ZoyÏnºur 4 y7Ï9ºx2 |MÎm7s[ãZÏ9 ¾ÏmÎ/ x8y#xsèù ( çm»oYù=¨?uur WxÏ?ös?
Berkatalah orng-orang kafir:Mengapa Alqu'an itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja,demikinlah supaya kami perkuat hatimu dengannya dan kami membacakan secara tartil(teratur dan benar) (QS al-Furqân:32)[3]
@ Mempermudah menghapal al-Quran bagi orang-orang muslimin, memahaminya dan merenungi makna al-Quran. Karena sebagaimana diketahui, mayoritas orang Arab di masa itu ummy (tidak bisa tulis baca) sebagaimana dalam firman Allah :
uqèd Ï%©!$# y]yèt/ Îû z`¿ÍhÏiBW{$# Zwqßu öNåk÷]ÏiB (#qè=÷Ft öNÍkön=tã ¾ÏmÏG»t#uä öNÍkÏj.tãur ãNßgßJÏk=yèãur |=»tGÅ3ø9$# spyJõ3Ïtø:$#ur bÎ)ur (#qçR%x. `ÏB ã@ö6s% Å"s9 9@»n=|Ê &ûüÎ7B ÇËÈ
Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata (QS al-Jumu’ah:2)
@ Sebagai tanda bahwa al-Quran benar-benar diturunkan dari Allah sebagaimana dalam firman-Nya :
!9# 4 ë=»tGÏ. ôMyJÅ3ômé& ¼çmçG»t#uä §NèO ôMn=Å_Áèù `ÏB ÷bà$©! AOÅ3ym AÎ7yz ÇÊÈ
Alif laam raa, (Inilah) suatu Kitab yang ayat-ayatNya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci, yang diturunkan dari sisi (Allah) yang Maha Bijaksana lagi Maha tahu,(QS Hûd:1) [4]
DI BALIK TANGGAL TUJUH BELAS RAMADLAN
Kapankah mulai turunnya al-Qurân ? Benarkah al-Quran turun pada tanggal tujuh belas Ramadlan ? Pertanyaan ini selalu muncul tatkala kita memasuki bulan ramadlan.
Sebenarnya banyak versi dalam menentukan kapan al-Quran mulai diturunkan. Salah satu diantara pendapat tersebut adalah tanggal tujuh belas Ramadlan. Hal ini sesuai yang ditegaskan dalam hadits-hadits di bawah ini :
C عَنْ خَارِجَةَ بن زَيْدِ بن ثَابِتٍ عَنْ أَبِيهِ أَنَّهُ كَانَ يُحْيِي لَيْلَةَ ثَلاثٍ وَعِشْرِينَ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ وَلَيْلَةَ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ وَلا كَإِحْيَائِهِ لَيْلَةَ سَبْعَ عَشْرَةَ فَقِيلَ لَهُ كَيْفَ تَخُصُّ لَيْلَةَ سَبْعَ عَشْرَةَ ؟ فَقَالَ إِنَّ فِيهَا نَزَلَ الْقُرْآنُ وَفِي صَبِيحَتِهَا فُرِّقَ بَيْنَ الْحَقِّ وَالْبَاطِلِ وَكَانَ فِيهَا يُصْبِحُ مُبْهَجَ الْوَجْهِ (رواه الطبراني)
Dari Khârijah ibn Zaid ibn Tsâbit dari ayahnya, sesungguhnya ia selalu menghidupkan (beribadah pada) malam dua puluh tiga dan dua puluh tujuh bulan Ramadlan. Namun tidak seperti ketika Beliau menghidupkan malam ke tujuh belas. Ia ditanya,”Mengapa engkau mengkhususkan malam ketujuh belas ?” Zaid menjawab, “Pada malam itu al-Qurân diturunkan dan pada paginya dipisahkan antara yang haq dan yang bathil....(HR at-Thabrâny).
C حَدَّثَنِي حَوْطٌ الْعَبْدِيُّ ، قَالَ : سَأَلْتُ زَيْدَ بن أَرْقَمَ عَنْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ ؟ فَقَالَ مَا أَشُكُّ وَمَا أمتري أَنَّهَا لَيْلَةُ سَبْعَ عَشْرَةَ لَيْلَةَ نُزُولِ الْقُرْآنِ ، وَيَوْمَ الْتَقَى الْجَمْعَانِ ( رواه الطبراني)
<span>H</span>auth al-‘Abdy bercerita padaku. Ia mengatakan, “Aku bertanya tentang lailautl qadr. Ia menjawab,”Aku tidak ragu dan tidak gamang bahwa seusngguhnya lailatul qadr adalah tanggal tujuh belas, malam turunya al-Quran dan hari bertemunya dua pasukan.(HR at-Thabrâny)
Dari hadits-hadits di atas jelas bahwa berkeyakinan tanggal tujuh belas Ramadlan sebagai malam nuzulul Quran mempunyai dasar pijak yang jelas. Syeikh Nawawi al-Bantany mengatakan,
إلى أن أتاه صريح الحق منه ووافاه وذلك (إتيان صريح الأمر المحقق) في يوم الإثنين سبع عشرة (ليلة) خلت (مضت) من شهر الليلة القدرية (وهو رمضان الذي تكون فيه القدر غالبا)
…..Sampai Beliau menerima kebenaran yang nyata (wahyu) pada hari Senin tanggal 17 Ramadlan, pada malam lailatul qadar
HUKUM MEMPERINGATI NUZULUL QURAN
Peringatan nuzulul Qurân dengan model yang kita kenal seperti sekarang sebenarnya tradisi yang berkembang di masyarakat. Namun benih dari tradisi tersebut telah ditebarkan oleh shahabat Zaid bin Tsâbit dalam hadits :
عَنْ خَارِجَةَ بن زَيْدِ بن ثَابِتٍ ، عَنْ أَبِيهِ ، أَنَّهُ كَانَ يُحْيِي لَيْلَةَ ثَلاثٍ وَعِشْرِينَ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ وَلَيْلَةَ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ وَلا كَإِحْيَائِهِ لَيْلَةَ سَبْعَ عَشْرَةَ ، فَقِيلَ لَهُ : كَيْفَ تَخُصُّ لَيْلَةَ سَبْعَ عَشْرَةَ ؟ فَقَالَ : إِنَّ فِيهَا نَزَلَ الْقُرْآنُ وَفِي صَبِيحَتِهَا فُرِّقَ بَيْنَ الْحَقِّ وَالْبَاطِلِ ، وَكَانَ فِيهَا يُصْبِحُ مُبْهَجَ الْوَجْهِ (رواه الطبراني)
Dari Khârijah ibn Zaid ibn Tsâbit dari ayahnya, sesungguhnya ia selalu menghidupkan (beribadah pada) malam dua puluh tiga dan dua puluh tujuh bulan Ramadlan. Namun tidak seperti ketika Beliau menghidupkan malam ke tujuh belas. Ia ditanya,”Mengapa engkau mengkhususkan malam ketujuh belas ?” Zaid menjawab, “Pada malam itu al-Qurân diturunkan dan pada paginya dipisahkan antara yang haq dan yang bathil....(HR at-Thabrâny).
Jelas menurut keterangan hadits tersebut bahwa ternyata Zaid bin Tsabit, seorang shahabat Nabi, sekretaris Rasulullah dalam penulisan wahyu juga memberikan perlakuan istimewa kepada malam turunnya al-Qurân.
Memperingati nuzulul Qurân seperti yang kita kenal sekarang biasanya berisi pembacaan ayat suci al-Quran, ajakan untuk merenungi kembali dan mengamalkan ajaran al-Quran. Inti dari peringatan nuzulul Quran adalah mengekspresikan rasa gembira atas turunnya al-quran yang menjadi petunjuk bagi kita. Bila kita tinjau secara seksama, isi dari peringatan nuzulul Quran yang kita lakukan sekarang termasuk ibadah sehingga termasuk bagian dari teladan yang diberikan oleh shahabat tersebut. Sebagaimana dalam pembahasan dan kajian yang lain, prosesi peringatan nuzulul Quran yang kita kenal sekarang termasuk bid’ah, namun tergolong bid’ah <span>h</span>asanah melihat kandungan isi peringatan tersebut yang kesemuaannya adalah ibadah dan anjuran dari syara’.
[1] Muhammad ‘Abdul ‘Adhîm az-Zarqâny, Manâhil al-‘Irfân fi ‘Ulûm al-Qur`ân, (Beirut : Dâr al-Fikr), cet.ke-1, 1996, vol.I, hal.32-33.
[2] Muhammad Ali as-Shâbûny, at-Tibyân fi Ulumil Qur'an, hal 32-33
[3] Al-Itqân, hal 41
[4]Muhammad ‘Ali-as-Shâbûny, Op.Cit., hal 33
0 komentar:
Posting Komentar