KUPAS TUNTAS TAWASSUL ( Bagian II)
TATA CARA TAWASSUL
Tawassul dapat dilakukan dengan segala cara. Namun yang umum dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Setelah selesai membaca ayat-ayat Al-Quran, surat yâsin, dzikir, tahlil, dan lain sebagainya, kemudian pahala bacaan pahala tersebut di hadiahkan untuk para nabi (khususnya untuk nabi Muhammad SAW.), keluarga, shahabat, dan para tabi'in, para auliya, para ulama, para pengarang kitab, para guru, para orang tua, para leluhur, dan kaum muslimin-muslimat…dan seterusnya(khususnya di hadiahkan untuk mbah wali yang di ziarahi).
2. Kemudian berdoa untuk ahli qubur yang diziarahi,misalnya dengan doa:
اللهم ارحمهم ولا تعذبهم اللهم اجعل قبرهم روضة من رياض الجنة ولا تجعل قبرهم حفرة من حفر النيران
Ya Allah, kasihanilah mereka dan jangan siksa mereka. Ya Allah, jadikan kuburan mereka sebuah taman dari taman-taman surga dan jangan Engkau jadikan kuburan mereka kubangan dari beberapa kubangan neraka
1. Kemudian berdoa memohon kepada Allah dengan doa-doa yang dikehendaki, mengadukan berbagai kesulitan hidup. Misalnya ingin memperoleh ilmu manfaat, lekas mendapatkan jodoh, kelancaran rizki, dan sebagainya
2. Setelah selesai berdoa, kemudian baru bertawassul memohon kepada Allah agar berkenan mengabulkan permintaannya dengan lantaran mbah wali yang diziarahi.
PERTANYAAN SEPUTAR TAWASSUL
S Sebagian orang mengatakan bahwa tawassul dengan orang mati tidak boleh. Hal ini menurut mereka berdasarkan kisah Umar dengan Sayyidina 'Abbâs sebagaimana yang termaktub dalam hadits. Dalam kisah tersebut ternyata 'Umar bertawasul dengan Sayyidina al-‘Abbâs bukan dengan Nabi SAW. langsung. Umpama tawassul dengan orang mati boleh, tentunya Umar akan langsung bertawassul dengan Nabi SAW. Bukan dengan al-‘Abbâs karena derajat Nabi lebih tinggi dari al-‘Abbâs ?
J Umar maupun al-‘Abbâs tidak pernah mengatakan bahwa tawassul yang mereka lakukan disebabkan Nabi SAW. telah meninggal. Karena itu, hadits di atas tidak dapat digunakan sebagai dalil melarang tawassul dengan orang mati karena :
1. Meninggalkan sesuatu tidak dapat dijadikan sebagai dalil tidak memperbolehkan. Mungkin saja para shahabat meninggalkan hal tersebut karena ada faktor tertentu. Juga Nabi sering meninggalkan suatu perbuatan dan ternyata perbuatan tersebut tidak haram.[1]
2. Tindakan Umar di atas menunjukkan bahwa tawasul dengan orang shalih selain Nabi SAW juga diperbolehkan. Ibn Hajar al-‘Asqalâny mengatakan, “Dari kisah al-‘Abbâs tersebut dapat dipahami disunnahkan meminta tolong (istisyfa’) dengan orang shalih dan keluarga Rasulullah.” Tidak dapat difaham bahwa tawasul dengan orang mati tidak boleh, karena Nabi SAW sebagaimana para nabi yang lain senantiasa hidup di kubur dan tidak mati. Rasulullah bersabda :
الأنبياء أحياء في قبورهم يصلون (أخرجه أبو يعلى والبيهقي وصححه وأبونعيم والسيوطي وحسنه وغيرهم عن أنس )
Para nabi hidup di kubur mereka seraya shalat (HR Abû Ya’lâ, al-Baihaqy, as-Suyûthy, Abû Nu’aim dari Anas).
Demikian disampaikan al-Ghaurghasytawy al-Hanafy (al-Habl al-Matîn 26 ).
1. Tawassul dengan Sayyidina ‘Abbas pada hakikatnya tawassul dengan Nabi SAW. karena tawassul Umar tersebut memandang kedudukan 'Abbâs di depan Nabi. Terbukti Umar mengatakan بعم نبينا (dengan paman Nabi-Mu) tidak mengatakan بالعباس بن عبد المطلب. Hal ini termasuk tawassul dengan Nabi melalui sesuatu yang berhubungan dengan Beliau SAW.
S Orang yang bertawassul berarti menjadikan perantara untuk mendekatkan diri kepada Allah. Padahal Allah telah mencela perbuatan tersebut dan menyuruh kita untuk memurnikan ibadah sebagaiman dalam ayat :
wr& ¬! ß`Ïe$!$# ßÈÏ9$sø:$# 4 úïÏ%©!$#ur (#räsªB$# ÆÏB ÿ¾ÏmÏRrß uä!$uÏ9÷rr& $tB öNèdßç6÷ètR wÎ) !$tRqç/Ìhs)ãÏ9 n<Î) «!$# #s"ø9ã (الزمر :3)
Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak menyembah mereka (berhala-berhala itu) melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat- dekatnya". (QS az-Zumar :3).
J Untuk menjawab pertanyaan tersebut dapat dikemukakan dua hal :
1. Ayat di atas ditujukan Kepada orang-orang kafir. Ketika dicela karena menyembah berhala mereka mengatakan, "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan Kami kepada Allah dengan sedekat- dekatnya". Ayat ini menjelaskan bahwa mereka menyembah berhala untuk tujuan tersebut. Sedangkan orang yang bertawassul dengan orang shalih dan para nabi itu tidak menyembah mereka. Tetapi karena dia tahu bahwa orang yang ditawassuli tersebut memiliki keutamaan di hadapan Allah. Maka jelas bedanya antara orang kafir yang menyembah berhala yang memang benar-benar menyembah berhala yakni dalam ungkapan mereka : ”Kami menyembah mereka (berhala-berhala itu).” Sementara orang yang bertawassul hanya meminta dan menyembah Allah semata. Tidak terbersit di dalam hatinya seujung rambutpun keyakinan adanya kekuatan dan kekuasaan lain di luar kekuatan dan kekuasaan Allah. Orang yang bertawassul tidak bermaksud untuk memohon atau menyembah kepada orang atau suatu benda.
2. Orang bertawassul bukan berarti tidak memurnikan ibadah kepada Allah dan menganggap tidak mungkin berhubungan langsung dengan Allah sebagaimana orang-orang kafir dalam ayat di atas. Justru bertawassul termasuk beribadah kepada Allah karena mengikuti perintah-Nya (al-Mâ`idah : 35) dan contoh-contoh yang diberikan Rasulullah SAW.
S Sebagian orang menentang tawassul dengan orang mati berlandaskan hadits bahwa orang mati terputus amalnya kecuali tiga. Hadits ini menunjukkan bahwa orang mati tidak dapat memberikan kemanfaatan kepada orang hidup.
J Maksud dari hadits tersebut adalah terputusnya pahala dan manfaat amal yang diperbuat oleh si mayit seperti shalat, puasa, dan lain-lain. Tidak memberikan pengertian orang mati tidak dapat memberikan manfaat atau mendoakan kepada orang yang masih hidup sesuai dengan dalil-dalil yang telah kami sebutkan di atas. Di samping itu Rasulullah bersabda :
عن ابن مسعود t أن النبي r قال حياتي خير لكم تحدثون ويحدث لكم ووفاتي خير لكم تعرض علي أعمالكم فما رأيت من خير حمدت الله عليه وما رأيت من شر استغفرت الله لكم (أخرجه البزار ورجاله رجال الصحيح )
Dari Ibn Mas’ûd ra. sesungguhnya Nabi SAW. bersabda, “Hidupku lebih baik bagi kalian. Kalian berkata dan aku mengatakan kepada kalian. Matiku lebih baik bagi kalian. Amal kalian disodorkan padaku. Bila aku melihat amal baik maka aku memuji kepada Allah. Bila aku melihat amal buruk maka aku memintakan ampun kepada Allah bukan kalian. (HR al-Bazzâr).
Ternyata Rasulullah juga memintakan ampun kepada umatnya ketika Beliau berada di alam barzakh (sudah meninggal).
CATATAN
Tidak ada perbedaan antara bertawassul dengan orang hidup dan bertawassul dengan orang mati. Karena pada hakikatnya mereka tidak dapat mewujudkan serta tidak dapat memberi pengaruh apapun. Mereka diharapkan barakahnya karena mereka adalah kekasih Allah SWT. Yang mewujudkan dan yang menciptakan apa yang diminta oleh orang yang bertawassul adalah Allah SWT. Orang yang membedakan antara tawassul kepada orang yang hidup dengan orang yang mati berarti meyakini ada manfaatnya bila bertawassul dengan orang hidup , tapi manfaat itu tidak ada bila bertawassul dengan orang yang mati. Menurut Syeikh Yûsuf an-Nabhâny, orang yang membolehkan bertawassul dengan orang hidup namun melarang bertawassul dengan orang yang telah mati sebenarnya telah terjebak dalam kemusyrikan, sebab mereka meyakini bahwa orang yang hidup dapat memberikan pengaruh kepada seseorang tapi orang yang mati tidak dapat memberikan manfaat apapun. Maka pada hakekatnya mereka adalah orang yang meyakini ada makhluk yang dapat memberikan pengaruh dan mewujudkan sesuatu.[2]
[1] Lebih jelasnya silahkan lihat dalam dunia bid’ah.
[2] Yûsuf an-Nabhâny, Syawâhid al-Haq, hal. 158-159.
Home »
AQIDAH DAN AMALAN AHLUSSUNNAH WALJAMA'AH
» KUPAS TUNTAS TAWASSUL
KUPAS TUNTAS TAWASSUL
Written By MuslimMN on Minggu, 13 Februari 2011 | 18.07
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar