Surat terbuka
ini ditujukan oleh para ulama kepada Abu Bakar al-Baghdadi beserta para
partisipan ISIS sebagai tentangan atas ideologi ekstrim yang mereka tebarkan.
Sekaligus sebagai bentuk penjelasan para ulama kepada masyarakat, khususnya umat
Islam secara luas, bahwa tindakan ISIS sangat bertentangan dengan ajaran Islam
dan jangan sampai anak-anak muda bergabung dengan mereka.
Sebanyak 126
ulama dari seluruh dunia menandatangani surat terbuka untuk para ‘pejuang’ dan
‘partisipan’ Islamic State yang dulu dikenal dengan ISIS (Islamic State of Iraq
and Syria). Dari Indonesia, tercantum nama al-Habib Muhammad Luthfi bin Yahya
(Jam’iyyah Ahlit Thariqah al-Mu’tabarah an-Nahdliyyah) dan Profesor Din
Syamsuddin (PP Muhammadiyyah).
Dengan
berlandaskan al-Quran, 18 halaman surat yang dirilis pada Rabu (24/9) ini
menolak mentah-mentah ideologi teroris ekstrim transnasional yang telah
menimbulkan huru-hara dan kekacauan di Iraq dan Syria. Perilaku kejam yang
mereka lakukan, berupa pembunuhan, penyiksaan dan perampasan tidaklah patut
dijadikan sebagai representasi umat Islam.
Teks surat
terbuka ini sangat melandaskan dalil-dalilnya kepada al-Quran dan al-Hadits dan
ditulis oleh para ulama terkemuka, seperti Syaikh Syauqi Allam (mufti Mesir)
dan Syaikh Muhammad Ahmad Hussein (mufti Jerusalem, Palestina). Karena sarat
dengan dalil-dalil nash, baik al-Quran, al-Hadits, maupun pernyataan ulama
salaf dalam kitab-kitab klasik, maka surat ini sangat berbobot dan mengena bagi
kalangan konservatif.
Surat terbuka
ini ditujukan oleh para ulama kepada Abu Bakar al-Baghdadi beserta para
partisipan ISIS sebagai tentangan atas ideologi ekstrim yang mereka tebarkan.
Sekaligus sebagai bentuk penjelasan para ulama kepada masyarakat, khususnya
umat Islam secara luas, bahwa tindakan ISIS sangat bertentangan dengan ajaran
Islam dan jangan sampai anak-anak muda bergabung dengan mereka.
Dalam surat
tersebut juga mengajak masyarakat agar berhenti menyebut kelompok al-Baghdadi
sebagai ‘Islamic State’ (ad-Daulah al-Islamiyyah/Negara Islam) karena ia sama
sekali tidak memenuhi prasyarat sebagai khalifah maupun bentuk negara Islam. Berikut
ini 24 poin kesimpulan yang terlampir dalam surat terbuka tersebut:
1.
Dalam Islam,
dilarang berfatwa tanpa memenuhi persyaratan keilmuan yang memadai. Fatwa juga
harus mengikuti sistematika yang telah tercantum dalam teks-teks klasik. Juga
dilarang untuk mengutip sepotong ayat al-Quran untuk menentukan hukum suatu hal
tanpa mempertimbangkan konteks al-Quran dan al-Hadits yang berhubungan dengan
hal itu. Intinya, ada banyak prasyarat yang harus dipenuhi agar bisa berfatwa,
seseorang tidak boleh begitu saja mengutip ayat al-Quran untuk berfatwa tanpa
memahami ayat-ayat al-Quran maupun al-Hadits yang berhubungan dengan fatwanya
itu.
2.
Dalam Islam,
dilarang berfatwa tentang hukum agama tanpa menguasai bahasa Arab.
3.
Dalam Islam,
dilarang menyederhanakan perihal tentang syariat dan mengabaikan cabang-cabang
ilmu keislaman yang lain.
4.
Dalam Islam,
diperbolehkan bagi para ulama untuk berbeda pendapat, kecuali dalam
prinsip-prinsip dasar agama yang setiap muslim harus ketahui.
5.
Dalam Islam,
dilarang mengabaikan realitas kontemporer di saat suatu hukum difatwakan.
6.
Dalam Islam,
dilarang membunuh orang tak bersalah.
7.
Dalam Islam,
dilarang membunuh utusan, duta dan diplomat. Termasuk di dalamnya adalah
dilarang membunuh jurnalis dan paramedis.
8.
Jihad perang
dalam Islam adalah demi mempertahankan diri (defensif). Tidak diperkenankan
berperang tanpa sebab, tujuan dan aturan yang benar.
9.
Dalam Islam,
dilarang mengumumkan bahwa seseorang murtad kecuali orang yang bersangkutan
telah mengumumkannya sendiri.
10. Dalam Islam, dilarang mengganggu atau menyerang umat Kristen maupun
Ahlul Kitab.
11. Adalah suatu kewajiban mengkategorikan umat Yazidi ke dalam Ahlul
Kitab.
12. Dalam Islam, dilarang mengangkat kembali perbudakan. Karena
perbudakan sudah dihapus oleh konsensus internasional.
13. Dalam Islam, dilarang memaksa orang untuk memeluk Islam.
14. Dalam Islam, dilarang mengingkari hak-hak wanita.
15. Dalam Islam, dilarang mengingkari hak-hak anak-anak.
16. Dalam Islam, dilarang melaksanakan eksekusi (hudud) tanpa mengikuti
prosedur yang benar sesuai asas keadilan dan kasih sayang.
17. Dalam Islam, dilarang menyiksa orang.
18. Dalam Islam, dilarang mencederai seseorang.
19. Dalam Islam, dilarang menisbatkan perbuatan jahat atas nama Tuhan.
20. Dalam Islam, dilarang merusak pusara para nabi dan para sahabat.
21. Pemerontakan bersenjata atas alasan apapun dilarang dalam Islam,
kecuali telah jelas kekafiran pemerintah dan tidak memperbolehkan beribadah.
22. Dalam Islam, dilarang mengaku sebagai khalifah tanpa kesepakatan
seluruh umat Islam.
23. Dalam Islam, diperbolehkan patuh terhadap suatu negara tertentu.
24. Setelah wafatnya Rasulullah Saw., Islam tidak menuntut siapapun
untuk eksodus (hijrah) kemanapun.
Ulama yang turut menandatangani surat ini adalah:
1.
Sultan Muhammad
Sa’ad Abubakar (Nigeria)
2.
Prof. Abdurrahman
Abbad (Yerusalem)
3.
Umar Abbud (Buenos
Aires, Argentina)
4.
Prof. Salim
Abdul Jalil (Mesir)
5.
Syaikh Wahid
Abdul Jawad (Mesir)
6.
Dr. Mustafa
Abdul Karim (Mesir)
7.
Prof. Ibrahim
Abdurrahim (Mesir)
8.
Prof. Ja’far
Abdussalam (Mesir)
9.
Dr. Syaikh
Hussain Hasan Abkar (Chad)
10. Raja Abdul Jabbar Ajibola (Nigeria)
11. Prof. Syaikh Syauqi Allam (Mesir)
12. Prof. Syaikh Abdul Nasser Abu al-Basal (Jordan)
13. Prof. Muhammad Mahmud Abu Hasyim (Mesir)
14. Prof. Syaikh Musthafa Cagric (Istanbul Turki)
15. Syaikh Muhammad Ahmad al-Akwa’ (Yaman)
16. Prof. Muhammad al-Amir (Mesir)
17. Dr. Majdi Asyur (Mesir)
18. Prof. Dr. Abdul Hayi Azab (Mesir)
19. Azhar Aziz (USA)
20. Prof. Musthafa Abu Sway (Yerusalem)
21. Prof. Bakr Zaki Awad (Mesir)
22. Nihad Awad (USA)
23. Dr. Syaikh Usama Mahmud al-Azhari (Mesir)
24. Dr. Jamal Badawi (USA)
25. Dr. Ihsan Baqbi (USA)
26. Na’im Baiq (USA)
27. Prof. Utsman Bakr (Malaysia)
28. Syaikh Abubakar Baldi (Portugal)
29. Dr. Hatim Bazian (USA)
30. Dr. Muhammad Bukhari (Prancis)
31. Syaikh Abdullah bin Bayyah (Abu Dhabi)
32. Raja Ghazi bin Muhammad (Jordan)
33. Al-Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Yahya (Indonesia)
34. Syaikh Dr. Ra’id Abdullah Budair (Yerusalem)
35. Dr. Muhammad Abdussam’i Budair (Mesir)
36. Dr. Samir Budinar (Maroko)
37. Dr. Zahid Bukhari (USA)
38. Prof. Musthafa Ceric (Bosnia dan Herzegovina)
39. Ibrahim Chabbouh (Tunisia)
40. Prof. Caner Dagli (USA)
41. Prof. Jamal Faruq ad-Daqqaq (Mesir)
42. Sayyid Abdullah Fad’aq (Saudi Arabia)
43. Syaikh Wahid al-Fasi al-Fahri (Italia)
44. Prof. Muhammad Nabil Ghanaim (Mesir)
45. Syaikh Dr. Ali Jum’ah (Mesir)
46. Dr. Ahmad Abdul Aziz al-Haddad (Dubai UAE)
47. Dr. Abdullah Hafidzi (Maroko)
48. Syaikh Musthafa Hajji (Bulgaria)
49. Syaikh Ali al-Halabi (Jordan)
50. Syaikh Hamzah Yusuf Hanson (USA)
51. Syaikh Faruq Arif Hasan (Jordan)
52. Syaikh Ali bin Abdurrahman Al Hasyim (Dubai UAE)
53. Dr. Ahmad Hassan (Yaman)
54. Syaikh Musa Hassan (Swedia)
55. Prof. Muhammad al-Hifnawi (Mesir)
56. Prof. Sami Hilal (Mesir)
57. Prof. Sa’duddin al-Hilali (Mesir)
58. Ied Husain (UK)
59. Imam Munawar Hussain (UK)
60. Syaikh Muhammad Ahmad Hussein (Palestina)
61. Syaikh Ibrahim Shaleh al-Husseini (Nigeria)
62. Dr. Jabri Ibrahim (Yaman)
63. Dr. Khalid Imran (Mesir)
64. Prof. Shalahuddin al-Ja’farawi (Jerman)
65. Dr. Umar Jah (Gambia)
66. Usama Jammal (USA)
67. Syaikh Muqbil al-Qadhi (Yaman)
68. Prof. Muhammad Hasyim Kamali (Afghanistan)
69. Prof. Enes Karic (Bosnia dan Herzegovina)
70. Yusuf Z. Kavakci (USA)
71. Syaikh Ahmad Wisam Khadhr (Mesir)
72. Syaikh Muhammad Wisam Khadhr (Mesir)
73. Syaikh Abdul Majid Khairun (Netherlands)
74. Syaikh Muhammad Yahya al-Kittani (Mesir)
75. Syaikh Dr. Muhammad al-Kumein (Mesir)
76. Syaikh Amr Muhammad Hilmi Khalid (Mesir)
77. Prof. Judge Maher Alyan Khudair (Jerusalem dan Palestina)
78. Syaikh Prof. Ahmad al-Kubaisi (Irak)
79. Prof. Yusuf E. B. Lumbard (USA)
80. Syaikh Mahmud As’ad Madani (India)
81. Prof. Dr. Abdul Hamid Madzkur (Mesir)
82. Syaikh Muhammad Maqid (USA)
83. Prof. Muhammad Mukhtar al-Mahdi (Mesir)
84. Imam ash-Shadiq al-Mahdi (Sudan)
85. Syaikh Ahmad Mamduh (Mesir)
86. Prof. Bashar Awad Ma’ruf (Irak)
87. Bakkay Marzuq (Prancis)
88. Syaikh Mu’iz Mas’ud (Mesir)
89. Prof. Muhammad Abdus Shamad Muhanna (Mesir)
90. Syaikh Mukhtar Muhsin (Mesir)
91. Prof. Fathi Awad al-Mulla (Mesir)
92. Syaikh Hussein al-Ubaidi (Tunisia)
93. Dr. Yasir Qadhi (USA)
94. Dr. Muhammad Thahir al-Qadri (Pakistan)
95. Syaikh Muhammad Hasan Qaribullah (Sudan)
96. Abdul Hadi al-Qasabi (Mesir)
97. Prof. Saif Rajab Qazamil (Mesir)
98. Syaikh Faraz Rabbani (Kanada)
99. Syaikh Asyraf Sa’ad (Mesir)
100.
Syaikh Dr. Hamud
as-Sa’idi (Yaman)
101.
Syaikh Hasan asy-Syaikh
(Yaman)
102.
Syaikh Mahmud asy-Syarif
(Mesir)
103.
Syaikh Abdullah
asy-Syaikh Sa’id (Kurdistan)
104.
Dr. Muhammad
Adam Al Syaikh (USA)
105.
Dr. Muhammad
Sammak (Lebanon)
106.
Dr. Zulfiqar
Ali Syah (USA)
107.
Prof. Ismail
Abdun Nabi Shahin (Mesir)
108.
Dr. Umar Shahin
(USA)
109.
Imam Thalib M.
Syarif (USA)
110.
Dr. Ahmad Syaqirat
(USA)
111.
Dr. Muzammil Shiddiqi
(USA)
112.
Dr. Muddassir
H. Shiddiqui (USA)
113.
Prof. Nabil as-Samaluthi
(Mesir)
114.
Prof. M. Din
Syamsuddin (Indonesia)
115.
Dr. Muhammad Thallabi
(Maroko)
116.
Eng. Salman
Tamimi (Iceland)
117.
Syaikh Na’im
Ternava (Kosovo)
118.
Dr. Muhammad
Suhail Umar (Pakistan)
119.
Muhammad Wadqiri
(Belgia)
120.
Dato’ Wan
Zahidi bin Wan Teh (Malaysia)
121.
Dr. Amr Wardani
(Mesir)
122.
Prof. Muhammad al-Mukhtar
Wuldabah (Mauritania)
123.
Syaikh Muhammad
al-Ya’qubi (Syria)
124.
Syaikh Muhammad
Musthafa al-Fakki al-Yaquti (Sudan)
125.
Syaikh Muhammad
Shadiq Muhammad Yusuf (Uzbekistan)
126.
Prof. Zaki
Zaidan (Mesir).
Download teks aslinya di: http://www.lettertobaghdadi.com/
0 komentar:
Posting Komentar