Zakat fitrah adalah zakat yang dikeluarkan
untuk mensucikan diri seseorang.
Daftar Isi:
a.
Hukum Zakat Fitrah
b.
Keutamaan Zakat Fitrah
c.
Hikmah Zakat Fitrah
d.
Waktu Mengeluarkan Zakat Fitrah
e.
Yang Mewajibkan Zakat Fitrah
f.
Ukuran Zakat Fitrah
g.
Niat Zakat Fitrah
h.
Menyegerakan (Ta’jil) Zakat Fitrah
i.
Doa Zakat Fitrah
j.
Mustahiq (Orang yang Berhak Menerima) Zakat Fitrah
k.
Kisah Zakat Fitrah
a.
Hukum Zakat Fitrah
Hukum zakat fitrah adalah wajib, berdasarkan hadits:
عَنْ إِبْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ فَرَضَ
رَسُوْلُ اللهِ زَكاَةَ اْلفِطْرِ صَاعًا مِنْ تَمْرٍ أَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيْرٍ
عَلىَ اْلعَبْدِ وَاْلحُرِّ وَالذَّكَرِ وَاْلأُنْثَى وَالصَّغِيْرِ وَاْلكَبِيْرِ
مِنَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَأَمَرَ بِهَا أَنْ تُؤَدِّىَ قَبْلَ خُرُوْجِ النَّاسِ
إِلَى الصَّلاَةِ
Diriwayatkan dari Ibn Umar Ra. yang berkata: “Rasulullah
Saw. mewajibkan zakat fitrah satu sha’ berupa tamar atau anggur kepada umat
Islam, baik statusnya hamba sahaya maupun orang merdeka, laki-laki maupun
perempuan, anak kecil maupun orang yang sudah dewasa, dan memerintahkan agar
dikeluarkan sebelum berangkat menjalankan shalat hari raya.” (HR. Bukhari dan
Muslim).
Zakat fitrah mulai diwajibkan pada tahun 2 H. Fungsi zakat
fitrah adalah dapat menambal kekurangan-kekurangan yang ada pada saat menjalankan
ibadah puasa, sebagaimana halnya sujud sahwi yang dapat menambal kekurangan
pada saat menjalankan shalat.
b.
Keutamaan Zakat Fitrah
Sedangkan keutamaan zakat fitrah diantaranya adalah:
1. Mensucikan diri dari
beberapa dosa.
2. Membebaskan diri dari
neraka.
3. Menyebabkan puasa yang
telah dilaksanakan diterima oleh Allah Swt. Sebagaimana Imam
Hasan al-Basri mengatakan: “Zakat fitrah jika dinisbatkan terhadap puasa
laksana sujud sahwi. Dalam artian kekurangan-kekurangan saat menjalankan puasa
bisa ditutup dengan zakat fitrah dan shalat Tarawih. Sebab yang namanya amal
kebaikan itu bisa menghapus amal keburukan.”
4. Menyebabkan masuk surge.
5. Memberikan kesentosaan saat keluar dari dalam kubur.
6. Penyebab diterimanya
amal kebaikan yang dilakukan selama satu tahun.
7. Penyebab mendapatkan
syafaatnya Baginda Nabi Muhammad Saw. di hari kiamat.
8. Mempermudah saat melewati Shirathal Mustaqim hingga bagai
kilat yang menyambar.
9. Memberatkan timbangan
amal kebaikan.
10. Allah akan menghapus
namanya di buku catatan orang yang celaka.
c.
Hikmah Zakat Fitrah
Usai umat Islam menjalankan kewajiban puasa di bulan Ramadhan
dan melakukan amal kebajikan yang semuanya itu bertujuan mensucikan diri dari
perbuatan haram. Lalu diwajibkan bagi mereka untuk mengeluarkan zakat fitrah
agar pahalanya lebih besar dan amal tersebut lebih dapat memberikan manfaat
pada diri sendiri dan orang lain.
Dengan menjalankan puasa di siang hari bulan Ramadhan
umat Islam merasakan betapa getirnya rasa lapar dan dahaga sehingga memiliki
rasa iba terhadab orang fakir dan miskin.
Sehingga dengan suka rela memberikan zakat kepada mereka dalam rangka syukur
kepada Allah Swt. yang telah memberikan kecukupan kepadanya.
Memberikan zakat kepada orang fakir dan miskin juga bisa
mehilangkan rasa sakitnya lapar dan
dapat mengurangi status kefakiran dan kemiskinan. Sebab pada hari raya semua
umat Islam berhias diri memakai busana yang bagus dan dalam keadaan kenyang. Nabi
Saw. pernah barsabda:
أَغْنَوْهُمْ عَنِ اْلمَسْالَةِ فِيْ مِثْلِ هَذَا
اْليَوْمِ
“Berilah kecukupan pada
mereka agar tidak meminta-minta pada hari ini.”
d. Waktu Mengeluarkan Zakat
Fitrah
Waktu mengeluarkan zakat fitrah ada 5 waktu:
1) Waktu jawaz: dimulai awal bulan Ramadhan.
2) Waktu wajib: saat terbenamnya matahari malam
hari raya Idul Fitri.
3) Waktu fadhilah: sebelum berangkat
untuk menjalankan shalat hari raya Idul Fitri.
4) Waktu makruh: setelah shalat hari raya, kecuali ada udzur
seperti menunggu saudara atau orang yang sangat membutuhkan.
5) Waktu haram: setelah terbenamnya matahari pada hari
raya idul Fitri.
e.
Yang Mewajibkan Zakat Fitrah
Hal-hal yang mewajibkan wajibnya zakat fitrah adalah:
1) Beragama Islam. Bagi orang kafir tidak
wajib mengeluarkan zakat kecuali atas nama kerabat dan hambanya yang beragama
Islam yang wajib untuk dinafkahinya.
2)
Menemukan juz (bagian)
akhirnya bulan Ramadhan dan juz awalnya bulan Syawal. Sehingga berkewajiban
zakat bagi orang yang meninggal setelah terbenamnya matahari, namun tidak wajib
zakat bagi anak yang lahir setelah terbenamnya matahari.
3) Mempunyai kelebihan harta, baik berupa makanan,
pakaian dan tempat tinggal, untuk dirinya ataupun keluarga yang menjadi
beban tanggungannya.
f.
Ukuran Zakat Fitrah
Ukuran zakat fitrah menurut Imam an-Nawawi, ulama kalangan Syafi’iyyah, adalah 1 sha’ = 4 mud = 2,7 kg. Berupa makanan pokok orang yang mengeluarkan zakat atau orang yang diatasnamakan.
g.
Niat Zakat Fitrah
Niat zakat fitrah adalah sebagai berikut:
a) Untuk diri sendiri:
نَوَيْتُ اَنْ أُخْرِجَ زَكاَةَ اْلفِطْر أَدَاءً عَنْ نَفْسِىْ فَرْضًا لِلَّهِ تَعَالَى .
b) Untuk suami:
نَوَيْتُ اَنْ أُخْرِجَ زَكاَةَ اْلفِطْرِ أَدَاءً عَنْ زَوْجِى فَرْضًا لِلَّهِ تَعَالَى
c) Untuk istri:
نَوَيْتُ اَنْ أُخْرِجَ زَكاَةَ اْلفِطْرِ أَدَاءً عَنْ زوجتي فَرْضًا لِلَّهِ تَعَالَى
d) Untuk anak laki-laki:
نَوَيْتُ اَنْ أُخْرِجَ زَكاَةَ اْلفِطْرِ أَدَاءً عَنْ إِبْنِىْ فَرْضًا لِلَّهِ تَعَالَى
e)
Untuk anak
perempuan:
نَوَيْتُ اَنْ أُخْرِجَ زَكاَةَ اْلفِطْرِ أَدَاءً عَنْ إِبْنِتىْ فَرْضًا لِلَّهِ تَعَالَى
f) Untuk bapak:
نَوَيْتُ اَنْ أُخْرِجَ زَكاَةَ اْلفِطْرِ أَدَاءً عَنْ أَبِىْ فَرْضًا لِلَّهِ تَعَالَى .
g)
Untuk ibu:
نَوَيْتُ اَنْ أُخْرِجَ زَكاَةَ اْلفِطْرِ أَدَاءً عَنْ أَميْ فَرْضًا لِلَّهِ تَعَالَى
h)
Untuk adik laki-laki:
نَوَيْتُ اَنْ أُخْرِجَ زَكاَةَ اْلفِطْرِ أَدَاءً عَنْ أَخِىْ الصَّغِيْرِ فَرْضًا لِلَّهِ تَعَالَى
i)
Untuk adik perempuan:
نَوَيْتُ اَنْ أُخْرِجَ زَكاَةَ اْلفِطْرِ أَدَاءً عَنْ أَخِتىْ الصَّغِيْرةِ فَرْضًا لِلَّهِ تَعَالَى
j)
Untuk kakak laki-laki:
نَوَيْتُ اَنْ أُخْرِجَ زَكاَةَ اْلفِطْرِ أَدَاءً عَنْ اخي الكبيرفَرْضًا لِلَّهِ تَعَالَى.
k)
Untuk kakak perempuan:
نَوَيْتُ اَنْ أُخْرِجَ زَكاَةَ اْلفِطْرِ أَدَاءً عَنْ أُخْتِىْ اْلكَبِيْرَةِ فَرْضًا لِلَّهِ تَعَالَى
h.
Menyegerakan (Ta’jil) Zakat Fitrah
Ta’jil zakat fitrah adalah mengeluarkan zakat fitrah
sebelum waktu wajibnya untuk dikeluarkan, yaitu pada saat terebenamnya matahari
malam hari raya Idul Fitri. Cara untuk menta’jil zakat fitrah adalah bisa
dimulai awal bulan Ramadhan sampai malam hari raya Idul Fitri. Hukum ta’jil
seperti ini adalah boleh, sedangkan yang tidak perbolehkan adalah menta’jil
zakat sebelum bulan Ramadhan tiba. Niat ta’jil zakat
fitrah:
1) Untuk diri sendiri:
نَوَيْتُ اَنْ أُخْرِجَ زَكاَةَ اْلفِطْر تَعْجِيْلاً عَنْ نَفْسِىْ فَرْضًا لِلَّهِ تَعَالَى .
2)
Untuk suami/istri:
نَوَيْتُ اَنْ أُخْرِجَ زَكاَةَ اْلفِطْرِ تَعْجِيْلاًعَنْ زَوْجِى/زَوْجَتِىْ فَرْضًا لِلَّهِ تَعَالَى.
3)
Untuk anak laki-laki/perempuan:
نَوَيْتُ اَنْ أُخْرِجَ زَكاَةَ اْلفِطْر
تَعْجِيْلاًعَنْ إِبْنِىْ/ بِنتِىْ فَرْضًا لِلَّهِ تَعَالَى.
4)
Untuk ayah/ibu:
نَوَيْتُ اَنْ أُخْرِجَ زَكاَةَ اْلفِطْرِ تَعْجِيْلاً عَنْ أَبِىْ / أُمِّى فَرْضًا لِلَّهِ تَعَالَى .
5)
Untuk adik/kakak laki-laki:
نَوَيْتُ اَنْ أُخْرِجَ زَكاَةَ اْلفِطْرِ تَعْجِيْلاً عَنْ أَخِىْ الصَّغِيْرِ/ اْلكَبِيْرِ فَرْضًا لِلَّهِ
تَعَالَى.
6)
Untuk adik/kakak perempuan:
نَوَيْتُ اَنْ أُخْرِجَ زَكاَةَ اْلفِطْرِ تَعْجِيْلاً عَنْ أُخْتِىْ الصَّغِيْرَةِ/ اْلكَبِيْرَةِ فَرْضًا لِلَّهِ
تَعَالَى.
i.
Doa Zakat Fitrah
Doa-doa zakat fitrah adalah sebagai berikut:
1. Doa orang yang
mengeluarkan zakat fitrah:
اَللَّهُمَّ رَبَّناَ تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ
السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ
2. Doa penerima zakat
fitrah:
أَجَرَكَ اللهُ فِيْمَا أَعْطَيْتَ وَبَارَكَ لَكَ
فِيْمَا أَبْقَيْتَ وَجَعَلَهُ لَكَ طَهُوْرًا بِرَحْمَتِكَ يَاأَرْحَمَ
الرَّاحِمِيْنَ.
Doa versi lain:
طَهَّرَاللهُ قَلْبَكَ فِيْ قُلُوْبِ اْلأَبْرَارِ
وَزَكىَّ عَمَلَكَ فِيْ عَمَلِ اْلأَخْيَارِ وَصَلىَّ عَلَى رُوْحِكَ فِيْ
أَرْوَاحِ الشُّهَدَاءِ
Bagi penerima zakat sebaiknya membalas terhadap orang
yang memberinya zakat minimal mendoakannya. Hal ini sesuai sabda Baginda Nabi Saw.:
مَنْ أَسْدَى إِلَيْكَ مَعْرُوْفًا فَكاَفِؤُهُ فَإِنْ لمَ ْتَقْدِرُوْا عَلَى
مُكاَفاَتِهِ فاَدْعُوْا لَهُ
“Jika kamu mendapatkan
kebaikan dari orang lain, maka balaslah dengan kebaikan pula. Apabila tidak mampu membalasnya, maka balaslah dengan
doa.”
Menyikapi hukumnya mendoakan kepada orang yang memberikan
zakat yang dilakukan oleh penerima zakat, baik dia sebagai panitia zakat yang
bertugas menariknya atau mustahik zakat yang
menerima langsung dari pemiliknya, maka para ulama berbeda pendapat. Menurut
ulama Syafi’iyyah bagi penerima zakat sebaiknya mendoakan, dan hukum
mendoakannya tidak wajib tetapi sunnah saja.
Menurut sebagian ulama ada yang mengatakan wajib, berlandasan dzahirnya ayat:
خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ
وَتُزَكِّيهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْ إِنَّ صَلَاتَكَ سَكَنٌ لَهُمْ وَاللَّهُ
سَمِيعٌ عَلِيمٌ
“Ambillah sedekah wajib dari harta mereka sebagai
pembersih dan pensuci mereka. Dan doakanlah mereka sesungguhnya doa kamu bagi
mereka sebagai penenang hati. Dan sesungguhnya Allah itu Mahamendengar dan Mahamengetahuai.” (QS. at-Taubah ayat 103).
j.
Mustahiq (Orang yang Berhak Menerima) Zakat Fitrah
Orang-orang yang berhak mendapatkan zakat fitrah telah diterangkan dalam
ayat:
إِنَّمَا الصَّدَقاَتُ لِلْفُقَرَاءِواَلْمَسَاكِيْنَ
وَاْلعَامِلِيْنَ عَلَيْهَا وَاْلمُؤَلِّفَةِ قُلُوْبُهُمْ وَفِى الرِّقَابِ
وَالْغاَرِمِيْنَ وَفِي سِبِيْلِ اللهِ وَابْنِ السَّبِيْلِ
“Sesungguhnya zakat itu menjadi haknya orang-orang fakir,
miskin, amil (pekerja) zakat, muallaf, hamba sahaya, penghutang, pejuang di
jalan Allah dan orang yang sedang bepergian.” (QS. at-Taubah ayat 60).
Orang-orang yang berhak mendapatkan zakat biasa kita
kenal dengan 8 ashnaf, atau 8 golongan:
1.
Orang fakir: adalah orang
yang tidak memiliki harta dan penghasilan yang bisa mencukupi kebutuhanya sebatas
umur umumnya manusia (sekitar 60 tahun). Disyaratkan harta dan penghasilannya harus halal,
dengan artian jika harta tersebut tidak halal seperti harta hasil curian,
pungutan liar maka hukumnya sama dengan tidak memiliki harta. Dan disyaratkan pula penghasilannya
harus layak dengannya, berarti bagi saudagar yang kaya raya namun kerjanya
tidak layak baginya seperti seorang bupati yang pekerjaannya sebagai tukang
kebun, maka hukumnya sama halnya orang yang tidak punya penghasilan.
2.
Orang miskin: adalah orang
yang memiliki harta atau penghasilan yang belum bisa mencukupi kebutuhannya,
seperti memiliki penghasilan setiap hari sebanyak Rp.15.000 padahal untuk
mencukupi kebutuhan perharinya membutuhkan Rp.20.000.
3. Amil: adalah orang yang diangkat oleh
imam (pemerintah) sebagai pekerja untuk
mengambil zakat dan memberikannya kepada orang yang berhak mendapatkannya. Yang termasuk kategori
‘amil adalah:
·
Sa’in: orang yang tugasnya
menarik zakat dari tangannya pembayar zakat.
·
Katib: orang yang tugasnya
sebagai juru tulis hal-hal yang berkaitan dengan bagian-bagian zakat.
·
Qasim: orang yang tugasnya
membagikan zakat kepada yang berhak.
·
Hasyir: orang yang tugasnya
mendata orang-orang yang berhak mendapatkan zakat.
4. Muallaf. Muallaf ada 4 macam
·
Orang yang baru masuk Islam
yang keyakinannya masih lemah, dan ini biasa disebut dengan “Muallafatul
Muslimin”. Orang ini berhak diberi zakat agar imannya bertambah kuat.
·
Orang yang baru masuk Islam yang keyakinannya sudah
kuat dan memiliki pengaruh yang sangat besar di masyarakatnya. Orang ini berhak diberi zakat agar dapat
menarik orang lain masuk Islam.
·
Orang yang memberi perlindungan kepada kaum muslimin
dari kejelekannya orang-orang kafir.
·
Orang yang memberikan perlidungan kepada kaum muslimin
dari kejelekannya orang-orang yang tidak mau membayar zakat.
5. Hamba sahaya: adalah hamba (budak) yang telah mengadakan
akad transaksi kitabah (perjanjian tertulis) dengan tuannya. Budak ini diberi
zakat sebatas yang dapat membantu untuk melunasi cicilan kitabahnya agar segera
merdeka.
6. Gharim: adalah orang yang punya hutang. Gharim ada 3 macam:
·
Orang yang berhutang
dengan tujuan untuk meredakan fitnah pembunuhan yang belum jelas pelakunya yang
sedang bergejolak di antara dua golongan.
Orang ini berhak diberi zakat selama hutang masih menjadi tanggungannya.
·
Orang yang berhutang untuk
dirinya sendiri atau keluarganya untuk perkara yang mubah meskipun digunakan
untuk maksiat, atau untuk maksiat namun digunakan untuk perkara yang mubah,
atau digunakan maksiat tetapi orang ini memang sudah benar-benar bertaubat.
·
Orang yang berhutang karena menanggung hutangnya orang lain. Jika ia menanggung atas izin
orang yang ditanggung maka ia berhak mendapatkan zakat apabila dia dan orang
yang ditanggung sama-sama tidak mampu. Jika tanpa seizin orang yang ditanggung
maka ia berhak mendapatkan zakat apabila ia termasuk orang yang tidak mampu
sekalipun orang yang ditanggungnya termasuk orang yang mampu.
7. Sabilillah: adalah para pejuang atau prajurit peperangan yang tidak mendapatkan gaji tetap, alias suka rela.
8. Ibnus Sabil: adalah orang yang mengadakan perjalanan dari
negerinya zakat atau yang perjalanannya melewati negara zakat. Orang ini berhak
mendapatkan zakat apabila sangat membutuhkan, dan perjalanannya tidak untuk
maksiat.
Adapun orang-orang yang tidak berhak mendapatkan zakat adalah
orang yang kaya, baik tercukupi oleh hartanya atau penghasilannya, Bani Hasyim,
Bani Muthallib dan orang kafir. Zakat tidak diperbolehkan diberikan kepada
orang yang ditanggung nafkahnya yang berstatus orang faqir atau miskin,
melainkan boleh diberikan kepadanya dengan status yang lain seperti sebagai
mujahid, orang yang memiliki hutang, dll.
k.
Kisah Zakat Fitrah
Suatu ketika Nabi Musa As. berjalan-jalan. Di tengah
perjalanan beliau bertemu seorang laki-laki yang rajin menjalankan shalat
dengan penuh khusyu’ dan khidmah. Nabi Musa As. sampai takjub dan heran. Timbul
dalam benaknya sebuah pertanyaan, yang akhirnya beliau utarakan kepada Allah Swt.:
“Wahai Tuhanku, apa gerangan yang membuat shalatnya orang ini bisa khusyu’
dan khidmat sedemikian rupa?”
Allah Swt. pun berfirman: “Andaikata dia menjalankan
shalat sehari semalam sampai seribu rakaat dan memerdekakan hamba sahaya
sebanyak seribu hamba dan menshalati janazah sebanyak seribu janazah dan menjalankan
haji sampai seribu haji dan ikut berperang untuk menegakkan agamaKu sampai
seribu peperangan, maka semuanya itu tidak berarti baginya sampai dia mau
mengeluarkan zakat.”
(Referensi: Asy-Syarqawi,
I’anat ath-Thalibin, Tanwir al-Qulub, Bujairami ‘ala al-Khathib, Hasyiyat
al-Jamal, Nihayat az-Zain, al-Munasabah li as-Sayyid Muhammad al-Maliki, al-Adzkar
an-Nawawi, Kitab Primbon Syaikh Sholeh Darat dan Durrat an-Nashihin).
Sya’roni As-Samfuriy,
Brebes 27 Juli 2014
copas lagi mas,... matur suwun semoga barokah
BalasHapus