Jangan Asal Ikut Yel-yel #SyiahBukanIslam
Oleh: KH. Awy Qalawun (Gus Awy) Alumni Ma’had Al-Maliki Makkah
Sunni
(Ahlussunnah wal Jama’ah) memiliki karakteristik yang berbeda dengan aliran
lainnya, meskipun sama-sama Muslim. Maka hendaknya sebagai penganut Sunni
benar-benar paham mengenai dakwah dan tidak ikut-ikutan yel-yel kelompok lebay.
Ada hastag yang
menurutku menarik tapi pada dasarnya di sisi lain cukup berbahaya untuk
kerukunan dalam ummat Islam sendiri, #SyiahBukanIslam. Kultwit ini tidak hendak
membela Syiah, secara ideologi salah tetap salah, sesat bisa jadi (dalam kasus-kasus
tertentu), tapi #SyiahBukanIslam?
Menyikapi
permasalahan #SyiahBukanIslam ini harus jeli, sebab efeknya sangat banyak
sekali, bahkan pada pondasi syariat kita sendiri. Ah yang benar, kok berlebihan
banget begitu Why? Bagi pelajar ilmu hadits, akan segera tahu bahayanya
propaganda #SyiahBukanIslam.
Semestinya kita
harus betul-betul arif dalam soal ini, dan kaidah dasar yang mesti kita pegang,
seseorang dihukumi Muslim hanya dengan dua hal saja. Pertama, dia syahadat,
kedua, dia shalat menghadap kiblat. Maka seluruh hukum syariat, perlakuan,
perlindungan, berlaku atas dia. Dan selanjutnya setelah itu jika ideologinya
melenceng, itu hal lain yang berhubungan dengan batin, bukan hukum dzahir.
Semestinya kita
tidak begitu saja memukul rata #SyiahBukanIslam, sebab di dalam Syiah sendiri
terdapat berbagai macam aliran. Semisal Zaidiyyah, ini pecahan Syiah, tapi kita
tidak bisa memasukkannya dalam #SyiahBukanIslam sebab mereka tidak mengkafirkan
Abu Bakar Ra.
Kembali kepada
bahaya terselubung dalam propaganda #SyiahBukanIslam yang bisa meruntuhkan
pondasi syariah. Dari mananya? Kita semua pasti tahu kitab hadits Bukhari-Muslim
dan 4 yang lain (Abu Daud, Ibn Majah, Tirmidzi, an-Nasai) yang menjadi referensi
utama kita. Jika tetap bersikukuh bahwa #SyiahBukanIslam maka (sekedar tahu
saja) keenam kitab raksasa referensi utama itu semuanya tertolak!
Karena siapapun
Muslim tahu bahwa periwayatan hadits dari orang kafir adalah tidak diterima.
Jadi mata rantai hadits harus Muslim asli. Sementara para periwayat hadits
dalam keenam kitab raksasa tadi tidak sedikit yang Syiah. Nah bagaimana jadinya
jika #SyiahBukanIslam?
Jika ingin tahu
biografi sekaligus profil singkat para periwayat hadits dalam keenam kitab
tadi, silakan ke yang paling kecil, al-Kasyif. Di situ tidak sedikit
kita temukan periwayat yang statusnya Syi’i, rumiya bittasyayyu’, rafidhi...
Tapi kok tetap diterima?
Karena kalau
mereka (Syiah) itu mutlak dihukumi kafir artinya kita sama sekali tidak bisa
menggunakam hadits-hadits riwayat Bukhari-Muslim. Dan setelah itu, efek
selanjutnya, segala jenis hukum fiqih hasil istinbath dari hadits-hadits itu
juga tidak sah. Remuk redam bangunan syariah.
Oke, mungkin
sebagian berhujjah dengan pernyataan beberapa imam semisal Imam Syafi’i bahwa #SyiahBukanIslam.
Tapi harus dicermati, itu kafirnya seperti apa dulu? Bisa jadi yang kafir
ideologinya, tapi hukum dzahir atasnya tetap Islam. Sebab mereka juga shalat
dan syahadat yang sama dengan kita. Perihal ada syahadat lain itu kembali ke
bahwa Syiah banyak jenisnya.
Satu hal yang
perlu kita ingat baik-baik, jangan mudah menyesatkan apalagi mengkafirkan
sesama Muslim karena kita tidak tahu akhir kita. Apa yang berpropaganda #SyiahBukanIslam
itu bisa menjamin bahwa dirinya nanti bakal tetap mati dalam keadaan Islam?
Jangan-jangan yang di-bukanislam-kan itu nantinya taubat dan yang teriak-teriak
mem-bukanislam-kan matinya su’ul khatimah, na’udzu billah, siapa tahu?
Maka tugas kita
bersama adalah jika memang memandang mereka itu salah, maka luruskan dengan
santun dan baik, bukan malah menjauhkan. Katanya dakwah (mengajak) kok hasilnya
malah mengusir, membuat orang muak, dan ujung-ujungnya benci. Ketahuan tidak
paham arti kata “dakwah”.
Pada akhirnya
kita mesti banyak belajar dalam-dalam, jangan asal ikut yel-yel
#SyiahBukanIslam tanpa tahu efeknya, atau sebab ego saja. Ingat, musuh kita yang
jelas, yang disebut terang-terangan dalam al-Quran, yaitu setan, semakin hari
semakin pintar dalam strategi penjerumusan. Salah satunya adalah lewat
pengkafiran yang lain, sebab efek pengkafiran sesama Muslim adalah balik ke si
pengkafir itu sendiri.
Maka tentu di
akhirat kelak akan jadi lelucon jika ternyata sama-sama jumpanya di neraka.
Atau memalukan jika yang dikafirkan malah masuk surga. Maka, yang lebih baik
adalah konsentrasi pada Islam kita masing-masing, sudah bener belum, bukan
malah ngurusi #SyiahBukanIslam atau JIL juga.
Jika masih
keukeuh ngurusi mereka, maka gunakan cara yang elegan, “Ud’uu ilaa sabiili Rabbika
bilhikmah wal mau’idzatil hasanah.” Juga jangan keras-keras, “Walau
kunta fadhdhan ghalidzal qalbi lanfadhdhu min haulik.” Masak ngaku dakwah
tapi tidak paham dua ayat dakwah ini?
Tidak perlu aku
artikan apa makna dua ayat itu, kalau mengklaim diri berdakwah mestinya sudah
paham dengan baik dua ayat tadi. Kalau belum paham dua ayat tadi, maka silakan
evaluasi diri, apakah sudah punya kapasitas untuk dakwah? Jangan asal semangat
saja.
Semoga Allah
Memberi kita taufiq, selamat malam dan hari Jum’at, saatnya banyak-banyak membaca
shalawat kepada Junjungan tercinta.
Diedit ulang dari: http://www.muslimedianews.com/2013/09/santri-mahad-al-maliki-makkah-jangan.html?m=1
Sya’roni As-Samfuriy, Tegal 27 September 2013
hahaha... lebay katanya... lha wong syahadatnya aja udah beda kok... orang NU memang Paling banyaak yang membela syi`ah... orang sudah dikatan islam kalau dia bersahadat dan sholatnya menghadap kiblat... dan kenyataannya orang kafir syiah itu sahadatnya beda (+ bersyahadat terhadap 12 imam mereka) dan sholatnya bukan menghadap ke kiblat melainkan ke karbala... kan jelas sesat donk...
BalasHapusLihatlah diri sendiri sebelum menilai seseorang (Konveksitasjakartatimur-selatan.blogspot.com )
BalasHapus