“Catatan Perjalan Ziarah ke Makam Al-Habib Abdullah
Bin Muhsin Alattas (Keramat Empang Bogor)”
Ahad pagi 08 September
2013, kami berempat, al-Habib Mushthafa bin Muhsin al-Jufriy, Kyai Ibnu Mas’ud,
Ustadz Giga Tangerang dan saya (Sya’roni), tiba di Masjid Keramat Empang Bogor.
Tak jauh dari Kebon Raya Bogor tepatnya kawasan Empang Bogor selatan terdapat
makam para auliya’ yang lokasinya tepat di Jl. Lolongok Kompleks Masjid an-Nur.
Yang kami tuju
adalah berziarah ke makam Keramat Empang Bogor. Di dalamnya telah dikebumikan
jasad-jasad auliya’, yakni al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas bersama dengan
makam anak-anaknya yaitu al-Habib Muhsin bin Abdullah Alattas, al-Habib Zain bin
Abdullah Alattas, al-Habib Husein bin Abdullah Alattas, al-Habib Abubakar bin Abdullah
Alattas, Syarifah Nur binti Abdullah Alattas dan murid kesayangannya yaitu al-Habib
Alwi bin Muhammad bin Thahir al-Haddad serta seorang ulama besar yang wafat pada
26 maret 2007, al-Habib Abdurrahman bin Ahmad Assegaf (Pimpinan Ponpes al-Busyro
Citayam Depok).
Biasanya para penziarah
datang membludak ke Masjid Keramat an-Nur pada bulan Ramadhan, bulan Rabi’ul
Awal (Maulid) dan bulan Rajab, untuk ikut memperingati Maulid Nabi Muhammad Saw.
yang sekaligus digelar Haul al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas. Tidak sedikit
para penziarah yang datang dari mancanagera antara lain Singapura, Malaysia dan
dari berbagai belahan negara di Timur Tengah.
MANAQIB AL-HABIB ABDULLAH BIN MUHSIN ALATTAS
Dalam kitab manaqibnya
disebutkan bahwa al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas adalah seorang waliyullah
yang telah mencapai kedudukan mulia dan dekat dengan Allah Swt. Beliau termasuk
salah satu waliyullah yang tiada terhitung jasa-jasanya dalam sejarah
pengembangan Islam dan kaum Muslimin di Indonesia. Beliau seorang ulama Murabbi
(pendidik) dan panutan para ahli tasawuf sehingga menjadi teladan yang baik
bagi semua kelompok manusia maupun jin.
Kelahiran dan Nasab Al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas
Al-Habib Abdullah
bin Muhsin Alattas dilahirkan di Desa Haurat salah satu desa di al-Kasar,
Kampung Huraidhah, Hadhramaut, pada hari Selasa 20 Jumadil Awal 1275 Hijriah. Sejak
kecil beliau mendapatkan pendidikan rohani dan perhatian khusus dari Ayahandanya.
Beliau mempelajari al-Quran di masa kecilnya dari Mu’alim Syaikh Umar bin Faraj
bin Sabah. Menginjak usia 17 tahun beliau sudah hafal al-Quran. Kemudian beliau
oleh ayahnya diserahkan kepada ulama terkemuka di masanya untuk dididik dan
diajari berbagai macam cabang ilmu agama.
Nasab beliau
adalah al-Habib Abdullah bin Muhsin bin Muhammad bin Abdullah bin Muhammad bin Muhsin
bin Husein bin Umar bin Abdurrahman Alattas sampai ke Sayyidina Ali bin Abi
Thalib Kw. dengan Sayyidatuna Fathimah az-Zahra binti Rasulullah Saw.
Guru-guru Al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas
Al-Habib Abdullah
bin Muhsin Alattas adalah seorang tokoh rohani yang dikenal luas oleh semua
kalangan umum maupun khusus. Beliau adalah “ahlul kasyaf” dan ahli ilmu
agama yang sulit dicari padanannya, baik jumlah amal ibadahnya, kemuliaannya maupun
budi pekertinya.
Diantara guru–guru
al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas adalah:
1.
Al-Quthb al-Habib
Abubakar bin Abdullah Alattas. Dari guru yang satu itu beliau sempat menimba ilmu–ilmu
rohani dan tasawuf. Beliau mendapatkan doa khusus dari al-Habib Abubakar bin
Abdullah Alattas sehingga beliau berhasil meraih derajat kewalian yang tinggi.
2.
Termasuk guru
rohani beliau yang patut dibanggakan adalah yang mulia al-Habib Shaleh bin Abdullah
Alattas dari Wadi ‘Amad. Al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas pernah membaca al-Fatihah
di hadapan Habib Shaleh dan Habib Shaleh menalkinkan al-Fatihah kepadanya.
3.
Al-‘Arif Billah al-Habib
Ahmad bin Muhammad al-Habsyi. Ketika melihat al-Habib Abdullah bin Muhsin
Alattas yang waktu itu masih kecil beliau berkata: “Sungguh anak kecil ini
kelak akan menjadi orang yang mulia kedudukannya.”
4.
Al-Habib Abdullah bin
Muhsin Alattas pernah belajar kitab Risalah karangan al-Habib Ahmad bin Zain
al-Habsyi kepada al-Habib Abdullah bin Alwi Alaydrus.
5.
Al-Habib Abdullah bin
Muhsin Alattas sering menemui al-Imam al-Abrar al-Habib Ahmad bin Muhammad al-Muhdhar.
6.
Selain itu beliau
juga sempat mengunjungi beberapa waliyulllah yang tingal di Hadhramaut seperti al-Habib
Ahmad bin Abdullah Albar, seorang tokoh Sunnah dan Atsar.
7.
Dan Syaikh
Muhammad bin Abdullah Basudan. Al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas pernah menetap
di kediaman Syaikh Muhammad Basudan selama beberapa waktu guna memperdalam ilmu
agam Kepadanya.
Hijrah Al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas ke
Berbagai Tempat
Pada tahun 1282
Hijriah, al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas menunaikan ibadah haji yang
pertama kalinya. Selama di tanah suci beliau bertemu dan berdialog dengan banyak
ulama terkemuka. Kemudian, seusai menjalankan ibadah haji, beliau pulang ke negerinya
dengan membawa sejumlah keberkahan. Beliau juga mengunjungi Kota Tarim untuk
memetik manfaat dari para wali yang terkenal di sana.
Setelah dirasa
cukup maka beliau meninggalkan Kota Tarim dengan membawa sejumlah berkah yang
tidak ternilai harganya. Beliau juga mengunjungi beberapa desa dan beberapa kota
di Hadhramaut untuk mengunjungi para wali dan tokoh–tokoh agama dan tasawuf baik
dari keluarga ‘Alawiyyin maupun dari keluarga lain (Masyayikh).
Pada tahun 1283 Hijriah,
al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas melakukan ibadah haji yang kedua kalinya.
Sepulangnya dari ibadah haji, beliau berkeliling ke berbagai peloksok dunia
untuk mencari karunia Allah Swt. dan sumber penghidupan yang merupakan tugas
mulia bagi seorang yang berjiwa mulia. Dengan izin Allah Swt., perjalanan
mengantarkan beliau sampai ke Negeri Indonesia. Beliau bertemu dengan sejumlah waliyullah,
antara lain al-Habib Ahmad bin Muhammad bin Hamzah Alattas.
Sejak pertemuannya
dengan al-Habib Ahmad Alattas tersebut, beliau mendapatkan makrifat. Dan al-Habib
Abdullah bin Muhsin Alattas di awal kedatangannya ke Jawa memilih Pekalongan
sebagai kota tempat kediamannya. Guru beliau al-Habib Ahmad bin Muhammad Alattas
banyak memberi perhatian kepada beliau sehingga setiap kali gurunya mengunjungi
Kota Pekalongan beliau tidak mau bermalam kecuali di rumah al-Habib Abdullah bin
Muhsin Alattas.
Dalam setiap
pertemuannya dengan al-Habib Ahmad Alattas, beliau selalu memberi pengarahan
rohani kepada al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas sehingga hubungan antara
kedua habib itu terjalin amat erat. Dari al-Habib Ahmad beliau banyak mendapat
manfaat rohani yang sulit untuk dibicarakan dan diungkapkan.
Dalam perjalan
hidupnya al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas pernah dimasukkan ke dalam
penjara oleh penjajah Belanda. Dengan ujian ini, mungkin Allah hendak memberi
kedudukan yang tinggi dan dekat kepada al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas
dengan diriNya.
Karamah Al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas
Selama di penjara,
kekeramatan al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas semakin tampak sehingga
semakin banyak orang yang datang berkunjung ke penjara Belanda tersebut. Tentu
saja hal itu mengherankan para pembesar penjara dan penjaganya. Mereka mendapatkan
berkah dan manfaat dari kebesaran al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas sewaktu di
penjara. Setiap permohonan dan hajat yang pengunjung sampaikan kepada al-Habib
Abdullah bin Muhsin Alattas selalu dikabulkan Allah Swt. Hal ini membuat para
penjaga merasa kewalahan menghadapi para pengunjung yang terus bertambah.
Mereka lalu
mengusulkan kepada kepala penjara agar segera membebaskan al-Habib Abdullah bin
Muhsin Alattas. Namun, ketika usulan itu ditawarkan kepada al-Habib Abdullah
bin Muhsin Alattas, beliau menolak dengan halus dan lebih suka menunggu sampai
selesainya masa hukuman.
Pada suatu malam,
pintu penjara tiba-tiba terbuka dan datanglah kepada beliau sang kakek,
al-Quthb al-Anfas al-Habib Umar bin Abdurrahman Alattas seraya berkata: “Jika
kau ingin keluar dari penjara, keluarlah sekarang. Tetapi jika engkau mau
bersabar maka bersabarlah.”
Beliau ternyata
memilih untuk bersabar dalam penjara. Pada malam itu juga Sayyidina al-Faqih al-Muqadam
Muhammad bin Ali Ba’alawiy dan Syaikh Abdul Qadir al-Jaelani serta beberapa
tokoh wali lainnya mendatangi beliau. Pada kesempatan itu Sayyidina al-Faqih al-Muqadam
memberikan sebuah kopiah. Ternyata di pagi harinya kopiah tersebut masih tetap
berada di kepala al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas. Padahal beliau bertemu
dengan al-Faqih al-Muqadam hanya dalam mimpi.
Pernah suatu hari
al-Habib Muhammad bin Idrus al-Habsyi mengisahkan dirinya dengan al-Habib
Abdullah bin Muhsin Alattas: “Al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas ketika
mendapatkan anugerah dari Allah Swt., beliau tenggelam penuh dengan kebesaran
Allah, hilang dengan segala hubungan alam dunia dan segala isinya. Ketika aku
mengujungi al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas dalam penjara aku lihat
penampilannya amat berwibawa dan beliau terlihat dilapisi oleh pancaran Ilahi.
Sewaktu beliau melihat aku beliau mengucapkan bait-bait syair al-Quthb
al-Irsyad al-Habib Abdullah al-Haddad yang awal baitnya adalah: “Wahai yang
mengunjungi Aku di malam yang dingin, ketika tak ada lagi orang yang akan
menebarkan berita fitnah”. Selanjutnya kami berpelukan dan menangis.”
Diantara karamah al-Habib
Abdullah bin Muhsin Alattas adalah setiap kali beliau memandang borgol yang
membeleggu kakinya, maka terlepaslah borgol itu. Disebutkan juga bahwa ketika
pimpinan penjara menyuruh bawahannya untuk mengikat leher al-Habib Abdullah bin
Muhsin Alattas dengan rantai besi, atas izin Allah rantai itu terlepas lagi.
Kemudian malang
nasib menimpa pemimpin penjara beserta keluarga dan kerabatnya berupa sakit
panas yang parah, sehingga dokter pun tak mampu mengobati penyakit tersebut. Barulah kemudian pemimpin penjara sadar bahwa penyakitnya
dan penyakit sanak keluarganya itu diakibatkan karena dia telah menyakiti al-Habib
Abdullah bin Muhsin Alattas yang sedang dipenjara.
Lantas kepala
penjara tersebut mengutus bawahannya untuk meminta doa kepada al-Habib Abdullah
bin Muhsin Alattas atas penyakit yang dideritanya dan sanak keluarganya. Maka
berkatalah al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas kepada utusan itu: “Ambillah
borgol dan rantai ini, lalu ikatkan di kaki dan leher pemimpin penjara itu,
maka akan sembuhlah dia.”
Kemudian
dikerjakanlah apa yang dikatakan oleh al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas. Dengan
izin Allah Swt. penyakit pimpinan penjara dan snak keluarganya seketika itu
juga menjadi sembuh. Kejadian ini penyebabkan pimpinan penjara makin yakin akan
kekeramatan al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas. Sekeluarnya dari penjara, kemudian
al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas tinggal di Jakarta selama beberapa tahun.
Perjalanan Al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas ke
Empang Bogor
Di awal mula
kedatangan al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas ke Indonesia, pada tahun 1800
Masehi, waktu itu beliau diperintahkan oleh al-Habib Abdullah bin Abubakar Alaydrus
untuk menuju Kota Mekah. Sesampainya di Kota Mekah, beliau melaksanakan shalat
dan pada malam harinya beliau mimpi bertemu dengan Rasullah Saw. Keesokan
harinya al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas berangkat menuju Negeri Indonesia.
Sesampainya di
Indonesia, beliau dipertemukan dengan al-Habib Ahmad bin Hamzah Alattas Pekojan
Jakarta dan beliau belajar ilmu agama darinya. Lalu al-Habib Ahmad Alattas memerintahkan
agar beliau datang berziarah ke makam al-Habib Husein bin Abubakar Alaydrus di Luar
Batang. Dari sana sampailah perjalanan beliau ke Bogor.
Al-Habib Abdullah
bin Muhsin Alattas datang ke Empang Bogor dengan tidak membawa apa-apa. Empang
Bogor saat itu belum ada penghuninya, namun dengan keberkahan al-Habib Abdullah
bin Muhsin Alattas jadilah daerah tersebut terang benderang.
Dikisahkan bahwa
suatu saat al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas tengah makan di pinggiran empang,
datanglah kepada beliau seorang penduduk Bogor dan berkata: “Habib, kalau Anda
benar-benar seorang Habib Keramat, tunjukanlah kepada saya akan kekeramatannya.”
Makan yang dimakan
al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas waktu itu adalah seekor ikan dan ikan itu
tinggal separo. Maka al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas berkata: “Ya samak
anjul ilaman tabis” (Wahai ikan kalau benar-benar cinta kepadaku
tunjukanlah).
Maka atas izin
Allah Swt., seketika itu juga ikan yang tinggal separo itu meloncat ke empang.
Konon ikan sebelah tersebut sampai sekarang masih hidup di laut.
Masjid Keramat Empang Bogor
Masjid Keramat
Empang didirikan sekitar tahun 1828 M. pendirian Masjid ini dilakukan bersama
para habaib dan ulama besar Indonesia. Di sekitar areal masjid Keramat terdapat
peninggalan rumah kediaman al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas yang kini rumah
itu ditempati oleh khalifah masjid, al-Habib Abdullah bin Zain Alattas. Di dalam
rumah tersebut terdapat kamar khusus yang tidak bisa sembarang orang
memasukinya, karena kamar itu merupakan tempat khalwat dan dzikir beliau.
Bahkan di sana terdapat peninggalan al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas seperti
tempat tidur, tongkat, gamis dan sorbannya yang sampai sekarang masih disimpan
utuh.
Kitab-kitab beliau
kurang lebih ada 850 kitab, namun yang ada sekarang tinggal 100-an kitab,
sisanya disimpan di yayasan Jamiat Khair atau di Rabithah Tanah Abang, Jakarta.
Salah satu kitab karangan beliau yang terkenal adalah Fathu ar-Rabbaniyyah,
konon kitab itu hanya beredar di kalangan para ulama besar.
Di Kampung Empang al-Habib
Abdullah bin Muhsin Alattas menikahi seorang wanita keturanan Dalem Shalawat.
Dari sanalah beliau mendapatkan wakaf tanah yang cukup luas, sampai sekarang 85
bangunan yang terdapat di Kampung Empang di dalam sertifikatnya atas nama al-Habib
Abdullah bin Muhsin Alattas.
Semasa hidupnya
sampai menjelang akhir hayatnya beliau secara istiqamah membaca shalawat Nabi Saw.
yang setiap harinya dilakukan secara mudawamah dibaca sebanyak seribu
kali, dengan kitab shalawat yang terkenal yaitu Dalail al-Khairat.
Kewafatan Al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas
Al-Habib Abdullah
bin Muhsin Alattas menghadap ke haribaan Ilahi pada hari Selasa tanggal 29 Dzul
Hijjah tahun 1351 Hijriah di awal waktu Dzuhur. Jenazah beliau dimakamkan
keesokan harinya pada hari Rabu setelah shalat Dzuhur.
Tak terhitung
jumlah orang yang ikut meshalatkan jenazah al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas.
Beliau dimakamkan di bagian barat Masjid an-Nur Empang Bogor. Sebelum wafat beliau
terserang sakit flu ringan.
Setiap tahunnya, di
kawasan Empang Bogor selalu dibanjiri ribuan peziarah yang datang dari berbagai
pelosok tanah air, bahkan mancanegara. Semua para pecintanya hendak menghadiri
acara haul beliau. Haul al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas diselenggarakan
setiap tahunnya tanggal 23 Rabiul Awal (Bulan Maulud) di Jl. Lolongok kompleks
Masjid Keramat an-Nur Empang Bogor.
Sya’roni As-Samfuriy, Cipayung 09 September 2013
0 komentar:
Posting Komentar