Telah
sangat kita hafal firman Allah Swt.: “Lain syakartum la-aziidannakum.” Lalu
muncul sebuah pertanyaan: “Syukur atau terimakasih kita kepada Allah itu seperti
apa?” Maknanya bukan berarti Allah membutuhkan terimakasih kita, namun
kitalah yang butuh berterimakasih kepada Allah.
Syahdan,
suatu saat al-Habib Mundzir bin Fuad al-Musawa mengisahkan sebuah kisah penuh
hikmah:
“Terjadi
beberapa waktu yang silam saat itu saya masih di Tarim, Hadhramaut, tinggal
beberapa lama di kota Syihr, wilayah Mukalla. Di situ ada seorang wanita tua
wafat, suatu hari saya melihat jenazah diusung. Tapi ada satu hal yang
ganjil. Apa yang ganjil?
Ketika
jenazahnya diusung, banyak orang yang mengusungnya dan ratusan ekor kucing ikut
mengantarkan jenazah. Ini ganjil, saya fikir ada jenazah diikuti ratusan ekor
kucing dan baru ini saya melihatnya.
Ketika
saya bertanya-tanya, kenapa ini? Mereka memuji wanita tua yang wafat itu ‘alaiha
rahmatullah. Di masa hidupnya nafkahnya dicukupi oleh anak-anaknya,
kerjanya tiap pagi masuk ke pasar mengambil bekas kepala-kepala ikan yang
terbuang dan ditaruh di sebuah gerobak dan ia melemparnya kepada semua kucing
yang ada di jalanan.
Bertahun-tahun
itu terjadi sampai setiap pagi, ratusan kucing sudah berjajar di jalanan
menunggu bagian yang diberikan dari wanita tua itu. Ketika ia wafat, ratusan
ekor kucing itu mengantarkan jenazahnya. Berhari-hari puluhan ekor kucing tidak
meninggalkan kuburnya.
Demikian
hadirin-hadirat, Allah jadikan ‘ibrah (contoh) bahwa setiap hewan itu
mempunyai perasaan terimakasih kepada yang memberinya. Bagaimana aku dan
kalian yang selalu diberi oleh Allah, adakah perasaan terimakasih terlintas
untuk selalu berbakti kepada Allah?”
Sya’roni As-Samfuriy, Tegal 22 September 2013
0 komentar:
Posting Komentar