MEMUDARNYA NASIONALISME
Al-Habib Muhammad Lutfi bin Ali bin Hasyim
bin Yahya dalam kesempatan pesantren Ramadhan di kediaman beliau Jl. DR Wahidn
Noyonta’an Gg. 7 Pekalongan mengatakan betapa pentignya rasa nasionalisme yang dirasa
dewasa ini mulai luntur. Hal ini menurut beliau sangat riskan untuk keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia dan menurutnya faktor inilah yang menjadi sebab
yang paling vital dalam keutuhan NKRI tersebut.
Adanya pemisahan secara kesukuan
atau ras, kedaerahan, keagamaan, mengindikasikan lemahnya rasa Nasionailsme
yang semestinya harus dijunjung tinggi. Adanya pengelompokan dan
pengkotak-kotakan seperti ini sebetulnya sudah terjadi sebelum Indonesia
merdeka. Hal semacam itu adalah salah satu cara Belanda untuk memandulkan
kekuatan besar Nusantara yang jika bersatu dapat dengan mudah mengusir
penjajah. Belanda memisah-misahkan antara kampung Pechinan, yang dihuni
orang Cina, kampung Arab yang dihuni oleh orang Arab, Keputran yang
dihuni para Raden, Pekojan orang-orang India, Sampangan oleh orang-orang
Madura, merupakan bukti pemisahan tersbut.
Dengan dipisah-pisahkan semacam itu
akhirnya bangsa yang secara turun temurun hidup dan lahir di Indonesia tidak
dapat berkomunikasi satu sama lain sebagai bangsa yang satu, tetapi intimasi
mereka lebih ke nenek moyangnya masing-masing padahal secara lintas generasi
mereka sudah hidup di Indonesia. Ini kenyataan sampai sekrang. Mereka (Belanda)
tidak menginginkan bersatunya ras yang ada di Indonesia sehingga disetting
sedemikan rupa untuk memisahkan mereka dari ras asli (Jawa, Sunda dll). Bersatunya
antar ras China, Arab dan Jawa akan menjadi kekuatan luar biasa yang bisa
mengancam Belanda yang pada waktu itu masih menguasai Indonesia. Semua bangsa
yang lahir di bumi pertiwi harus menanamkan kesadaran bahwa mereka adalah
bagian dari satu komunitas besar yang menamakan diri mereka dengan Indonesia,
bukan Arab, Cina atau apapun.
Sebagai warga negara Indonesia
yang plural, terdiri dari berbagai ras, suku bangsa, budaya, pulau, daerah dan
agama tentunya harus sadar dan membuka pikiran selebar-lebarnya bahwa
sesungguhnya semua yang disebutkan tadi itu merupakan produk Belanda asli
yang diciptakan untuk menguasai Indonesia dan hal ini bukan hanya berhenti
sampai Indonesia merdeka. Artinya upaya mengkotak-kotakan sampai sekarang pun
masih berlangsung namun dengan atas nama dan pemeran lain.
Dalam diskusi yang digelar usai
pengajian al-Habib Luthfi, Danki 407 Wonopringgo, Bayu Panji Bangsawan yang
selalu aktif dalam pesantren Ramadhan mengatakn bahwa di setiap titik-titik
konflik di Indonesia (NAD, Maluku, Sulawesi, Papua dll) itu terdapat pangkalan
militer Amerika dan sekutu, besar kemungkinan faktor terjadinya konflik
tersebut tidak terlepas dari adanya pangkalan militer sekutu itu tadi. Walaupun
ini masih sebatas hypotesa namun ini juga harus diwaspadai. Indonesia yang kaya
dengan pertambangan, minyak bahkan di Papua itu ada satu bukit yang seluruh
isinya adalah zat yang mengandung uranium. Dan masih banyak kekayaan yang lain
menjadikan mereka ingin menguasai Indonesia dengan secara perlahan-lahan
memisah-misah wilayah-wilayah kecil atau pulau-pulaunya sehingga nanti apabila
wilayah-wilayah ini sudah tercerai berai, sangat mudah dikuasai, sangat mudah
sekali untuk menguasai Indonesia.
Yang menarik pada pengajian itu
adalah setelah al-Habib Luthfi bin Yaya menerangkan tentang betapa pentingnya
rasa nasionalisme tanpa memandang China, Arab, Jawa, dalam forum pengajian itu
tiba-tiba ada seorang murid al-Habib Luthfi China keturunan yang mengikuti
pengajian dan di akhir pengajian orang tadi mendekati al-Habib Luthfi seraya
berbisik-bisik dan setelah agak lama mereka berbincang-bincang dengan
lirih. Lalu al-Habib Luthfi membalikkan badan dan beliau berkata: “Al-Fatihah...”
Semua santri dengan kompak membaca
surat al-Fatihah tersebut. Setelah itu sambil menjabat tangan, al-Habib Luthfi
membimbing pak Herlambang membaca dua kalimah syahadat dan masuk Islam.
Di lain kesempatan al-Habib Luthfi
berkata pada penulis, sebagai komentar mengenai kejadian itu: “Ini bukti kesungguhan saya dalam mencintai
semua komponen bangsa dan usaha saya menanamkan nasionalisme.”
Klik link asal di sini:
0 komentar:
Posting Komentar