Home » » NASAB AHLUL BAIT NABI DARI KELUARGA ALAWIYIN. Oleh Ardy Al-Aidid

NASAB AHLUL BAIT NABI DARI KELUARGA ALAWIYIN. Oleh Ardy Al-Aidid

Written By MuslimMN on Minggu, 03 April 2011 | 21.16

NASAB AHLUL BAIT NABI DARI KELUARGA ALAWIYIN.
Oleh Ardy Al-Aidid



1. Ali Bin Abi Thalib

Imam Ali adalah orang yang pertama kali masuk Islam. Abu Ya'la meriwayatkan dari Ali, bahwa Ali telah berkata: "Rasulullah diutus pada hari Senin dan aku masuk Islam pada hari Selasa."

Abdulbirr dalam kitabnya yang berjudul al-Isti'ab mengetengahkan sebuah hadits yang berasal dari Imam Ali , bahwa Rasulullah saw berkata kepada Siti Fatimah ra: 'Suamimu adalah orang yang terkemuka di dunia dan akhirat, ia sahabatku yang pertama memeluk Islam, yang paling banyak ilmunya dan paling besar kesabarannya'

Dalam hal nasab, seperti diriwayatkan oleh Thabrani, bahwasanya Rasulullah saw telah bersabda: "Allah menciptakan keturunan setiap Nabi dari tulang sulbinya sendiri, namun Allah menciptakan keturunanku dari tulang sulbi Ali bin Abi Thalib."

Hal ini diperkuat dengan hadits yang bersumber dari Umran bin Hushain, bahwa Rasulullah telah berkata: "Apakah yang kamu inginkan dari Ali, apakah yang kamu inginkan dari Ali, apakah yang kamu inginkan dari Ali? Sesungguhnya Ali dariku dan aku darinya. Ia adalah pemimpin semua orang mukmin sesudahku."

Ibnu Abbas ra meriwayatkan sebuah hadits, bahwasanya Rasulullah saw menyatakan: 'Manusia diciptakan dari berbagai jenis pohon, sedang aku dan Ali bin Abi Thalib diciptakan dari satu jenis pohon (unsur). Apakah yang hendak kalian katakan tentang sebatang pohon yang aku sendiri merupakan pangkalnya, Fatimah dahannya, Ali getahnya, al-Hasan dan al-Husein buahnya, dan para pencinta kami adalah dedaunannya! Barangsiapa yang bergelantung pada salah satu dahannya ia akan diantar ke dalam surga, dan barangsiapa yang meninggalkannya ia akan terjerumus ke dalam neraka."

Imam Ali bin Abi Thalib wafat sebagai syahid pada hari Jum'at tanggal 17 Ramadhan tahun 40 Hijriyah ketika sedang melaksanakan sholat Subuh. Beliau dikarunia lima belas orang anak laki-laki dan delapan belas orang anak perempuan:
-Hasan



-Husein Ibunya Siti Fathimah binti Rasul saw.
-Muhsin (meninggal waktu kecil)
-Muhammad al-Hanafiah (Menurut satu pendapat keluarga Ba Qasyir di Hadramaut adalah keturunannya)
-Abbas
-Usman Syahid bersama saudaranya Husein
-Abdullah Ibunya ummu Banin binti Hazam al-Kilabiyah
-Ja'far
-Abdullah Ibunya Layla binti Mas'ud al-Nahsaly
-Abu Bakar
-Yahya Ibunya Binti Umais al-Khosmaiy
-Aun
-Umar al-Akbar (Ibunya ummu Habibah al-Taghlibiyah)
-Muhammad al-Ausath (Ibunya Amamah binti Abi Ash)
-Muhammad al-Asghor

Kelima belas anak laki-laki tersebut sesuai dengan pendapat al-Amiri, sedangkan Ibnu Anbah menambahkan nama: Abdurahman, Umar al-Asghor dan Abbas al-Asghor. Adapun yang membuahkan keturunan ada lima, yaitu: Hasan, Husein, Muhammad al-Hanafiyah, Abbas al-Kilabiyah dan Umar al-Tsa'labiyah.

Sedangkan anak perempuannya dalam riwayat yang disepakati berjumlah 18 orang, yaitu: Zainab, Ummu Kulsum, Ruqoyah, Ummu Hasan Ramlah al-Kubra, Ummu Hanni, Ramlah al-Sughro, Ummu Kulsum al-Sughro, Fathimah, Amamah, Khadijah, Ummu Khoir, Ummu Salmah, Ummu Ja'far, Jamanah.

2. Siti Fathimah al-Zahra al-Batul.

Siti Fathimah lahir satu tahun sebelum kenabian dan meninggal dunia enam bulan sesudah ayahnya Rasulullah SAW meninggal, yaitu pada malam Selasa tanggal 3 Ramadhan tahun 11 Hijriyah.

Nama Fathimah berasal dari kata Fathman yang artinya sama dengan qath'an atau man'an, yang berarti 'memotong, memutuskan atau mencegah'. Ia dinamakan Fathimah karena Allah SWT mencegah dirinya dari api neraka, berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas bahwa Nabi bersabda: 'Sesungguhnya Fathimah adalah orang yang suci farajnya, maka Allah haramkan atas dia dan keturunannya akan api neraka.'

Al-Nasai meriwayatkan, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya putriku Fathimah ini adalah seorang manusia-bidadari. Dia tidak haid dan tidak pula mengeluarkan kotoran. Karena itulah ia dinamakan al-Zahra atau 'yang suci', sebab ia tidak pernah mengeluarkan darah, baik dalam haid maupun sesudah melahirkan (nifas). Pada saat melahirkan, ia mandi dan kemudian shalat sehingga ia tidak pernah luput dari melaksanakan shalat. Adapun sebutan al-Batul baginya itu adalah karena ia merupakan wanita yang paling menonjol di masanya dalam hal keutamaan, agama dan keturunan.

Dikemukakan pula oleh al-Thabrani, bahwa Rasulullah SAW bersabda: " Tiap anak itu bernisbat kepada keturunan bapaknya, kecuali putra Fathimah, akulah wali mereka dan akulah ashabah mereka". Dalam riwayat lain yang sahih disebutkan: "Setiap anak itu mengikuti garis keturunan bapaknya kecuali anak-anak Fathimah , sebab akulah ayah mereka dan ashabah mereka".

3. Hasan Bin Ali Bin Abi Thalib.

Sayyidina Hasan lahir di Madinah sembilas belas hari sebelum peristiwa perang Badar. Beliau adalah cucu dan buah hati Rasulullah. Rasulullah mengakikahkan Hasan pada hari ketujuh dari kelahirannya. Sayyidina Hasan , sangat mirip sekali dengan Rasulullah, yaitu dari mulai pusarnya sampai kepalanya. Sedangkan Sayyidina Husien mirip beliau mulai dari pusar ke bawah.

Beliau hidup pada masa Rasulullah selama 8 tahun dan bersama ayahnya selama 29 tahun dan dibaiat menjadi khalifah pada tahun 41 Hijriyah ketika umur beliau 37 tahun. Beliau wafat pada tahun 49 Hijriyah dan dimakamkan di Baqi. Menurut al-Amiri, beliau dikaruniai sebelas anak laki-laki: Abdullah, Qasim, Hasan Mutsanna, Zaid, Umar, Abdullah, Abdurahman, Ahmad, Ismail, Husin dan Aqil, dan seorang anak perempuan bernama Ummu Hasan. Sedangkan yang meneruskan keturunan Imam Hasan adalah: Zaid dan Hasan Mutsanna.

4. Husein Bin Ali Bin Abi Thalib.

Sayyidina Husein (Abu Abdillah) adalah cucu dan buah hati Rasulullah. Ia lahir pada hari kelima dari bulan Sya'ban tahun keempat hijriyah.

Al-Hakim mengemukakan sebuah hadits dalam kitab sahihnya, yang bersumber dari sahabat yahya al-'Amiri, bahwa Rasulullah SAW bersabda: " Husein dariku dan aku dari Husein. Ya Allah cintailah orang yang mencintai Husein. Husein adalah salah seorang asbath."

Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban, Ibnu Sa'ad, Abu Ya'la serta Ibnu Asakir dari Jabir bin Abdullah: "Saya telah mendengar Rasulullah bersabda: 'Barangsiapa suka melihat seorang pemimpin para pemuda ahli surga, maka hendaklah ia melihat kepada Husein bin Ali.'"

Sayyidina Husein gugur sebagai syahid, pada hari Jum'at, hari kesepuluh (Asyura) dari bulan Muharram, tahun enam puluh satu Hijriyah di padang Karbala –suatu tempat di Iraq yang terletak antara Hulla dan Kuffah.

Ibnu Hajar memberitahukan sebuah hadits dari suatu sumber yang diriwayatkan dari Ali, bahwa Rasulullah SAW telah bersabda " Pembunuh Husein kelak akan disiksa dalam peti api, yang beratnya sama dengan siksaan separuh penduduk dunia."

Abu Na'im meriwayatkan bahwa pada hari terbunuhnya Sayyidina Husein, terdengar Jin meratap dan pada hari itu juga terjadi gerhana matahari hingga tampak bintang-bintang di tengah hari bolong. Langit di bagian ufuk menjadi kemerah-merahan selama enam bulan, tampak seperti warna darah.

Sayyidina Husein sungguh telah memasuki suatu pertempuran menentang orang yang bathil dan mendapatkan syahidnya di sana. Menurut al-Amiri, Sayidina Husein dikarunia 6 anak laki-laki dan 3 anak perempuan. Dan dari keturunan Sayyidina Husein yang meneruskan keturunannya hanya Ali al-Ausath yang diberi gelar 'Zainal Abidin'. Sedangkan Muhammad, Ja'far, Ali al-Akbar, Ali al-Ashgor , Abdullah, tidak mempunyai keturunan (ketiga nama terakhir gugur bersama ayahnya sebagai syahid di karbala). Sedangkan anak perempuannya adalah: Zainab, Sakinah dan Fathimah.

5. Ali Zainal Abidin.

Sayyidina Ali Zainal Abidin dilahirkan di Madinah pada hari Kamis tanggal 5 Sya'ban tahun 38 Hijriyah, yaitu pada masa pemerintahan kakeknya Ali Bin Abi Thalib.

Sayyidina Ali Zainal Abidin ialah seorang yang kekhusyu'annya dalam wudhu', shalat dan ibadah sangatlah menakjubkan. Dalam sehari semalam ia shalat (sunnah) seribu raka'at, yang ia kerjakan sampai akhir hayatnya. Ia sangat takut kepada Allah, sampai-sampai bila ia berwudhu' maka menjadi pucat dan gemetarlah seluruh anggota badannya. Ketika ditanya, kenapa tuan menjadi demikian? Ia menjawab: Tahukah kalian di hadapan siapakah aku akan berdiri?

Ia juga dikenal dengan sebutan al-Sajjad (yang banyak sujud). Di antara putra Sayyidina Ali Zainal Abidin ialah:
-Muhammad al-Baqir Ibunya Fathimah binti Hasan bin Ali bin Abi
-Abdullah al-Bahir Thalib.
-Zaid (Sohibul Mazhab Syi'ah Zaidiyah, mempunyai anak Isa dan Yahya)

-Umar al-Asyrof
-Ali Ibunya bernama Zajlan
-Husein al-Ashgor (Ibunya bernama Sa'adah)

Keenam nama di atas mempunyai keturunan.

1. Husein al-Akbar
2. Qasim
3. Hasan
4. Sulaiman
5. Abdurahman.

Sayyidina Ali Zainal Abidin wafat pada tahun 94 Hijriyah, dalam usia 58 tahun dan dimakamkan di Baqi'.

6. Muhammad al-Baqir.

Beliau dilahirkan pada tahun 59 Hijriyah di Madinah.Imam Muhammad al-Baqir adalah seorang 'arif billah yang sangat luas ilmunya. Ia mendapatkan gelar 'al-Baqir' karena ia telah baqqara (membelah) ilmu, sehingga ia dapat mengetahui asal dan rahasia ilmu. Masa kehidupannya penuh dengan pekerjaan-pekerjaan besar, di antaranya dibukanya lembaga-lembaga keilmuan, pembahasan ilmiah dan sastra. Berdasarkan ijma' Bukhari dan Muslim putera Muhammad al-Baqir,empat orang yaitu:

1. Ja'far al-Shodiq
2. Abdullah
3. Ibrahim
4. Keduanya (2 dan 3) meninggal di waktu kecil
5. Zaid ( tidak mempunyai keturunan)
6. Ali
7. Abdullah

Keturunan Muhammad al-Baqir hanya melalui Ja'far al-Shadiq. Maka orang yang mengaku bernasab kepada Muhammad al-Baqir tanpa melalui Ja'far al-Shadiq adalah seorang pendusta.

7. Ja'far al-Shadiq.

Asy-Syarif Ahmad bin Muhammad Sholih al-Baradighi mengatakan bahwa nasab para sayyid/ syarif di Hadramaut berpangkal pada nasab Imam Ja'far al-Shadiq melalui Muhammad bin Ali Uraidhi. Ia diberi gelar gelar 'al-Shadiq' karena kebenarannya dalam kata-katanya. Ia juga diberi nama ' Amudusy-Syaraf ' (tiang kemuliaan).

Ibundanya ialah Furwah binti Qasim bin Muhammad bin Abu Bakar al-Shiddiq. Sedangkan ibunda Furwah ialah Asma binti Abdurahman bin Abu Bakar al-Shiddiq. Ia pernah berkata: Aku dilahirkan al-Shiddiq dua kali!. Imam Ja'far al-Shaddiq mempunyai anak:
Abdullah
Abbas
Yahya
Muhsin Tidak mempunyai keturunan
Ja'far
Hasan
Muhammad al-Ashgor

Sedangkan yang memberi keturunan:

1. Ismail (Sohibul Mazhab Syi'ah Ismailiyah)
2. Muhammad al-Akbar (gelarnya al-Dibaj)
3. Ishaq (gelarnya al-Mu'taman)
4. Musa al-Kadzim
5. Ali (gelarnya al-Uraidhi)

Imam Ja'far Ash-Shaddiq wafat pada tahun 148 Hijriyah.

8. Ali al-Uraidhi.

Beliau diberi gelar al-Uraidhi sebagai nisbah kepada al-Uraidh yaitu nama suatu negeri yang terletak pada jarak 4 mil dari kota Madinah al-Munawwarah. Imam Ali al-Uraidhi adalah putera terkecil dari Imam Ja'far al-Shaddiq. Bersama saudaranya Muhammad bin Ja'far al-Shaddiq, pergi ke Mekkah di mana ia mengadakan pergerakan di sana.. Imam Ali al-Uraidhi mempunyai putera: Husein, Ja'far al-Akbar, Ja'far al-Ashgor, Isa, Qasim, Ali, Hasan, Ahmad dan Muhammad (gelarnya al-Naqib)

9. Muhammad al-Naqib.

Ia adalah Abu Isa Muhammad bin Ali al-Uraidhi bin Imam Ja'far al-Shaddiq. Ia tinggal di Basrah, demikian juga anaknya Isa. Di sana pula Imam Ahmad al-Muhajir dilahirkan dan dibesarkan. Keturunan Imam Muhammad al-naqib ialah: Isa (gelarnya Ar-Rummi),Yahya, Hasan, Musa, Ja'far, Ibrahim, dan Ishaq dan Ali. Imam Muhammad al-Naqib wafat pada tahun 334 Hijriyah.

10. Isa al-Rummi.

Beliau ialah Abu Ahmad Isa bin Muhammad bin Ali al-Uraidhi bin Imam Ja'far al-Shaddiq. Imam Isa Ar-Rummi mempunyai 30 orang anak lelaki diantaranya adalah Imam Ahmad al-Muhajir yang merupakan nenek moyang kaum Alawiyin di Hadramaut. Adapun anak-anak Imam Isa al-Rummi adalah:

1. Abdullah, Abdurahman, Abdullah al-Akbar, Abdullah al-Ahwal, Abdullah al-Asghor, Daud, Yahya, Ali, Abbas, Yusuf, Hamzah, Sulaiman. Mereka tidak mempunyai keturunan.
2. Ismail, Zaid, Qasim, Hamzah, Harun, Yahya, Ali, Musa, Ibrahim, Ja'far, Ali al- Asghor, Ishaq, Husin, Abdullah, Muhammad, Isa, Ahmad al-Muhajir.

11. Ahmad bin Isa.

Beliau dilahirkan pada tahun 260 Hijriyah. Di namakan al-Muhajir, karena beliau hijrah dari Iraq ke Hadramaut sebagaimana kakeknya Rasulullah hijrah dari Mekkah ke Madinah. Sebelum hijrah ke tujuan akhirnya Hadramaut, beliau tinggal di Madinah selama satu tahun kemudian ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji. Dari Mekkah beliau pergi ke Hajrain, kemudian ke Husaisah yang jaraknya setengah marhalah dari Tarim.

Imam al-Muhajir adalah orang pertama yang datang ke Hadramaut berserta keluarganya yang berjumlah 70 orang. Ikut serta dalam perjalanan beliau anaknya yang bernama Ubaidillah dan ketiga cucunya Alwi, Jadid dan Basri. Imam Ahmad al-Muhajir wafat pada tahun 345 Hijriyah, dan dikarunia keturunan:

1. Muhammad ( Keturunannya tersebar di negri Baghdad )
2. Abdullah / Ubaidillah ( Abu Alawy ).

12. Ubaidillah bin Ahmad.

Imam Ubaidillah bin Ahmad mempunyai tiga orang anak, yaitu: Alwi, Jadid dan Basri. Salah satu keturunan dari Sayid Basri adalah al-Arif billah Syaikh Salim bin Basri, meninggal di Tarim tahun 604 Hijriyah dikuburkan sebelum maqam Alwi bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam. Di antara keturunan dari Sayid Jadid adalah al-Imam al-Muhaddits al-Faqih al-Hafidz Abi Jadid Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin Ali bin Jadid meninggal di Mekkah tahun 630 Hijriyah.

Keturunan Sayid Jadid dan sayid Basri terputus pada awal-awal kurun ke tujuh hijriyah. Sedangkan Sayid Alwi, keturunannya tersebar di Hadramaut yang sekarang dikenal dengan keluarga Abi Alawy dimana nama tersebut dinisbahkan kepada nama kakeknya.

13. Alwi bin Ubaidillah.

Beliau dilahirkan di Hadramaut, dan yang pertama kali dinamakan Alwi. Keturunannya tersebar ke penjuru negeri, sedangkan keturunan saudaranya terputus pada awal kurun ke tujuh hijriyah. Imam Alwi bin Ubaidillah hanya mempunyai satu orang anak bernama Muhammad.

14. Muhammad bin Alwi.

Beliau dilahirkan di Sumul pada tahun 390 Hijriyah. Dari Sumul beliau pindah ke Bait Jubair dan mempunyai tanah pertanian yang luas. Beliau seorang yang alim, soleh, menguasai ilmu fiqih, hadits dan tasawuf. Imam Muhammad bin Alwi wafat pada umur 56 tahun di bait Jubair dan dikarunia satu orang anak yang bernama Alwi.

15. Alwi bin Muhammad.

Imam Alwi bin Muhammad lahir di Bait Jubair yang mempunyai hawa yang sejuk dan air yang segar. Beliau adalah seorang yang soleh, alim dan berjalan pada rel Alquran dan Hadits. Imam Alwi wafat di Bait Jubair tahun 512 Hijriyah dan dikarunia dua orang anak: Salim (tidak mempunyai keturunan) dan Ali (yang dikenal dengan Khali' Qasam).

16. Ali Khali' Qasam bin Alwi.

Imam Ali diberi gelar Khali' Qasam sebagai nisbah kepada negeri Qasam yang merupakan tempat mereka di negeri Basrah, di mana dari tempat itu ia mendapat harta dan membeli tanah di dekat kota Tarim di Hadramaut dengan harga 20.000 dinar dan ditanami pohon kurma untuk mengenang kota Qasam di Basrah yang pada awalnya dimiliki oleh kakeknya al-Imam al-Muhajir Ahmad bin Isa. Beliau adalah orang yang pertama dimakamkan di perkuburan Zanbal, Tarim dan dikaruniai tiga orang anak: Abdullah dan Husin ( tidak mempunyai keturunan) serta Muhammad ( dikenal dengan Shahib Mirbath ).

17. Muhammad Shahib Mirbath.

Yang pertama kali dijuluki 'shahib marbat' adalah al-Imam Waliyullah Muhammad bin Ali bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad al-Muhajir. Soal gelar 'Shahib Mirbat' , karena beliau bermukim di suatu tempat yang disebut Mirbat di Dhafar setelah pindah dari Tarim. Sedangkan kata shahib yang sinonimnya kata 'maula' berarti seseorang yang bermukim atau berkuasa di suatu tempat. Waliyullah asy-syaikh al-Imam Muhammad Shahib Marbat dilahirkan di kota Tarim. Dikaruniai 4 orang anak laki-laki. Masing-masing bernama Abdullah, Ahmad, Alwi dan Ali. Abdullah dan Ahmad tidak menurunkan keturunan beliau. Sedangkan Alwi dan Ali yang menurunkan keturunan beliau (akan dijelaskan lebih lanjut). Sebagaimana disebut oleh penulis buku al-Masyra' al-Rawy, Sayyid Muhammad bin Ali adalah Syaikh Masyayikhil Islam (guru besar luar biasa ilmu agama Islam) dan 'Ilmul-'Ulama al-A'lam (Ilmunya kaum ulama kenamaan). Selanjutnya penulis buku tersebut mengatakan: " Seorang ulama ahli syariat dan thariqat dan guru besar terkemuka bagi kaum penghayat ilmu hakikat, ahli fiqih dan mufti negeri Yaman, seorang penasihat berbagai cabang ilmu dan pengetahuan agama di negeri itu …". Menyusul kemudian dua orang putera Sayyid Muhammad bin Ali yang pertama ialah Ali, ayah al-Ustadz al-A'dham al-Faqih al-Muqaddam dan yang kedua ialah Alwi, yang terkenal dengan sebutan 'Ammul al-Faqih al-Muqaddam. Dua orang itulah yang menjadi pangkal keturunan semua Sayyid kaum Alawiyin. Waliyullah al-Imam Muhammad Shahib Marbat wafat di Marbad pada tahun 556 hijriah.

18. Alwi (Ammu al-Faqih)

Waliyullah asy-syaik al-Imam Alwi bin Muhammad Shahib Marbat dijuluki 'Ammi al-Faqih' karena beliau adalah paman dari waliyullah al-Ustadz al-Mu'adzom Muhammad al-Faqih al-Muqaddam (satu-satunya anak lelaki dari Imam Ali bin Muhammad Shahib Marbad). Imam Alwi bin Muhammad Shahib Marbad dilahirkan di kota Tarim. Dikaruniai 4 orang anak lelaki, masing-masing bernama:

1. Abdul Malik, yang keturunannya hanya berada di India dikenal dengan al-Azhamat Khan, yang menurunkan leluhur Wali Songo di Indonesia.
2. Abdullah
3. Abdurahman.
4. Ahmad.

Waliyullah Imam Alwi bin Muhammad Shahib Marbad wafat di kota Tarim pada th 613 Hijriyah.

19. Ali Bin Muhammad Shahib Mirbath.

Waliyullah Asy-syaikh al-Imam Ali bin Muhammad Shahib Marbad dilahirkan di Tarim Hadramaut. Beliau hanya dikarunia seorang anak lelaki yaitu al-Ustadz al-Mu'adzom Muhammad al-Faqih al-Muqaddam. Dari satu-satunya anak lelaki beliau tersebut dapat menurunkan keturunan beliau sebanyak kurang lebih 75 leluhur Alawiyin. Waliyullah Imam Ali bin Muhammad Shahib Marbad wafat di kota Tarim pada tahun 593 hijriah.

20. Muhammad Bin Ali (al-Faqih al-Muqaddam)

Yang pertama kali dijuluki 'al-Faqih al-Muqaddam' adalah waliyullah Muhammad bin Ali bin Muhammad Shahib Marbad. Soal gelar yang disandangnya, karena waliyullah Muhammad bin Ali seorang guru besar yang menguasai banyak sekali ilmu-ilmu agama diantaranya ilmu fiqih. Salah seorang guru beliau Ali Bamarwan mengatakan, bahwa beliau menguasai ilmu fiqih sebagaimana yang dikuasai seorang ulama besar yaitu al-Allamah Muhammad bin Hasan bin Furak al-Syafi'i', wafat tahun 406 Hijriah. Sedangkan gelar al-Muqaddam di depan gelar al-Faqih yang berasal dari kata Qadam yang berarti lebih diutamakan, dalam hal ini waliyullah Muhammad bin Ali sewaktu hidupnya selalu diutamakan sampai setelah beliau wafat maqamnya yang berada di Zanbal Tarim sering diziarahi kaum muslimin sebelum menziarahi maqam waliyullah lainnya.Waliyullah Muhammad bin Ali dilahirkan di kota Tarim, beliau anak laki satu-satunya dari Imam Ali bin Muhammad Shahib Marbad yang menurunkan 75 leluhur kaum Alawiyin, sedangkan Imam Alwi bin Muhammad Shahib Marbad menurunkan 16 leluhur Alawiyin. Sayyid Muhammad bin Ali yang terkenal dengan nama al-Faqih al-Muqaddam ialah sesepuh semua kaum Alawiyin. Beliau dilahirkan pada tahun 574 H di Tarim. Beliau seorang yang hafal al-quran dan selalu sibuk menuntut berbagai macam cabang ilmu pengetahuan agama hingga mencapai tingkat sebagai mujtahid mutlak. Mengenai Imam al-Faqih al-Muqaddam Muhammad bin Ali, Sayyid Idrus bin Umar al-Habsyi dalam kitabnya Iqdul Yawaqiet al-Jauhariyah mengatakan: " Dari keistimewaan yang ada pada Sayyidina al-Faqih al-Muqaddam adalah tidak suka menonjolkan diri, lahir dan batinnya dalam kejernihan yang ma'qul (semua karya pemikiran) dan penghimpun kebenaran yang manqul (nash-nash Alquran dan Sunnah). Penulis buku al-Masyra' al-Rawy berkata: "Beliau adalah seorang mustanbith al-furu' min al-ushul (ahli merumuskan cabang-cabang hukum syara' yang digali dari pokok-pokok ilmu fiqih. Ia adalah Syaikh Syuyukh al-syari'ah (mahaguru ilmu syari'ah) dan seorang Imam ahli hakikat, Murakiz Dairah al-Wilayah al-Rabbaniyah, Qudwah al-'Ulama al-Muhaqqiqin (panutan para ulama ahli ilmu hakikat),Taj al-A'imah al-'Arifin (mahkota para Imam ahli ma'rifat) dan dalam segala kesempurnaannya beliau berteladan kepada Amir al-Mukminin (Imam Ali bin Abi Thalib). Thariqahnya adalah kefakiran yang hakiki dan kema'rifatan yang fitrah." Imam al-Faqih al-Muqaddam Muhammad bin Ali, wafat di kota Tarim tahun 653 hijriah.
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

 
Meningkatkan Cinta Kita pada Sang Nabi
Copyright © 2011. PUSTAKA MUHIBBIN - Web Para Pecinta - All Rights Reserved
PROUDLY POWERED BY IT ASWAJA DEVELOPER
Themes by Maskolis.com | Published by Mas Template