Home » » KH. MAKSUM JAUHARI/GUS MAKSUM ALAYDRUS ( JAWA TIMUR)

KH. MAKSUM JAUHARI/GUS MAKSUM ALAYDRUS ( JAWA TIMUR)

Written By MuslimMN on Sabtu, 19 Maret 2011 | 00.44

KH. MAKSUM JAUHARI/GUS MAKSUM ALAYDRUS ( JAWA TIMUR)

Pondok Pesantren dulunya tidak hanya mengajarkan ilmu agama dalam
pengertian formal-akademis seperti sekarang ini, semisal ilmu tafsir, fikih,
tasawuf, nahwu-shorof, sejarah Islam dan seterusnya. Pondok pesantren juga
berfungsi sebagai padepokan, tempat para santri belajar ilmu kanuragan dan
kebatinan agar kelak menjadi pendakwah yang tangguh, tegar dan tahan uji.
Para kiainya tidak hanya alim tetapi juga sakti. Para kiai dulu adalah
pendekar pilih tanding.
Akan tetapi belakangan ada tanda-tanda surutnya ilmu bela diri di pesantren.
Berkembangnya sistem klasikal dengan materi yang padat, ditambah eforia
pembentukan standar pendidikan nasional membuat definisi pesantren kian
menyempit, melulu sebagai lembaga pendidikan formal.
Para ulama-pendekar merasa gelisah. KH. Suharbillah, seorang pendekar dari Surabaya yang gemar berorganisasi menemui KH Mustofa Bisri dari Rembang dan menceritakan kekhawatiran para pendekar. Mereka lalu bertemu dengan KH. Agus Maksum Jauhari Lirboyo alias Gus Maksum yang memang sudah masyhur di bidang bela diri. Nama Gus Maksum memang selalu identik dengan “dunia persilatan”.
Pada tanggal 12 Muharrom 1406 M bertepatan tanggal 27 September 1985
H berkumpulah mereka di pondok pesantren Tebuireng Jombang, Jawa Timur, untuk membentuk suatu wadah di bawah naungan Nahdlatul Ulama (NU) yang khusus mengurus pencak silat. Musyawarah tersebut dihadiri tokoh-tokoh pencak silat dari daerah Jombang, Ponorogo, Pasuruan, Nganjuk, Kediri, serta Cirebon,
bahkan dari pulau Kalimantan pun datang.
Musyawarah berikutnya diadakan pada tanggal 3 Januari 1986, di Pondok
Pesantren Lirboyo Kediri, Jawa Timur, tempat berdiam Sang Pendekar, Gus
Maksum. Dalam musyawarah tersebut disepakati pembentukan organisasi pencak
silat NU bernama Ikatan Pencak Silat Nahdlatul Ulama “Pagar Nusa” yang
merupakan kepanjangan dari “Pagarnya NU dan Bangsa”. Kontan para
musyawirin pun menunjuk Gus Maksum sebagai ketua umumnya. Pengukuhan Gus
Maksum sebagai ketua umum Pagar Nusa itu dilakukan oleh Ketua Umum PBNU KH. Abdurrahman Wahid dan Rais Aam KH. Ahmad Sidiq.
Gus Maksum lahir di Kanigoro, Kras, Kediri, pada tanggal 8 Agustus 1944 M. merupakan salah seorang cucu pendiri Pondok Pesantren Lirboyo, KH. Manaf Abdul Karim.
Semasa kecil ia belajar kepada orang tuanya KH. Abdullah Jauhari di
Kanigoro. Ia menempuh pendidikan SD di Kanigoro (1957) lalu melanjutkan ke
Madrasah Tsanawiyah Lirboyo, namun tidak sampai tamat. Selebihnya, ia lebih
senang mengembara ke berbagai daerah untuk berguru ilmu silat, tenaga dalam,
pengobatan dan kejadugan (dalam “Antologi NU” terbitan LTN-Khalista
Surabaya*).
Sebagai seorang kiai, Gus Maksum berprilaku 'nyeleneh' menurut adat
kebiasaan orang pesantren. Penampilannya nyentrik, berambut gondrong,
jenggot dan kumis lebat, kain sarungnya hampir mendekati lutut, selalu
memakai bakiak. Lalu, seperti kebiasaan orang-orang “jadug” di pesantren,
Gus Maksum tidak pernah makan nasi alias 'ngerowot'. Uniknya lagi, dia suka
memelihara binatang yang tidak umum. Hingga masa tuanya Gus Maksum
memelihara beberapa jenis binatang seperti berbagai jenis ular dan unggas,
buaya, kera, orangutan dan sejenisnya.
Di kalangan masyarakat umum, Gus Maksum dikenal sakti mandraguna. Rambutnya tak mempan dipotong (konon hanya ibundanya yang bisa mencukur rambut Gus Maksum), mulutnya bisa menyemburkan api, punya kekuatan tenaga dalam luar biasa dan mampu mengangkat beban seberat apapun, mampu menaklukkan jin, kebal senjata tajam, tak mempan disantet, dan seterusnya. Di setiap medan laga (dalam dunia persilatan juga dikenal istilah sabung) tak ada yang
mungkin berani berhadapan dengan Gus Maksum, dan kehadirannya membuat para
pendekar aliran hitam gelagapan. Kharisma Gus Maksum cukup untuk
membangkitkan semangat pengembangan ilmu kanuragan di pesantren melalui
Pagar Nusa.
Sebagai jenderal utama “Pagar NU dan Pagar Bangsa”, Gus Maksum selalu sejalur dengan garis politik Nahdlatul Ulama, namun dia tak pernah terlibat politik
praktis, tak kenal dualisme atau dwifungsi. Saat kondisi politik memaksa
warga NU berkonfrontasi dengan PKI Gus Maksum menjadi komandan penumpasan
PKI beserta antek-anteknya di wilayah Jawa Timur, terutama karesidenan
Kediri. Ketika NU bergabung ke dalam PPP maupun ketika PBNU mendeklarasikan
PKB, Gus Maksum selalu menjadi jurkam nasional yang menggetarkan podium.
Namun dirinya tidak pernah mau menduduki jabatan legislatif ataupun
eksekutif. Pendekar 'ya' pendekar! Gus Maksum wafat di Kanigoro pada 21
Januari 2003 lalu dan dimakamkan di pemakaman keluarga Pesantren Lirboyo
dengan meninggalkan semangat dan keberanian yang luar biasa.

Beliau lama belajar silat dan kejadugan di Cirebon & Bangil Kalau di Cirebon beliau belajar di Buntet. Guru beladiri Gus Maksum ada di 4 Kota, yaitu Bangil, Buntet, Banten & Banyuwangi. Dari keterangan yang dituturkan KH.Maksum Jauhari, beliau menjelaskan bahwa Ilmu Bela diri dari Bangil mengarah kepada model bela diri Sunan Ampel. Sedangkan yang dari Buntet dan Banten merujuk pada model jurus Syarif hidayatullah Sunan Gunung Jati. Sementara yang di Banyuwangi mengarah kepada Jurus yang dikembangkan oleh leluhur Sunan Kudus dan Sunan Giri.
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

 
Meningkatkan Cinta Kita pada Sang Nabi
Copyright © 2011. PUSTAKA MUHIBBIN - Web Para Pecinta - All Rights Reserved
PROUDLY POWERED BY IT ASWAJA DEVELOPER
Themes by Maskolis.com | Published by Mas Template