Home » » FENOMENA ZIARAH KUBUR

FENOMENA ZIARAH KUBUR

Written By MuslimMN on Minggu, 13 Februari 2011 | 18.03

FENOMENA ZIARAH KUBUR


Ziarah kubur termasuk bagian dari agama sebagaimana sabda Rasulullah SAW :

عَنْ ابْنِ مَسْعُودٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ r قَالَ كُنْتُ نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ الْقُبُورِ فَزُورُوهَا فَإِنَّهَا تُزَهِّدُ فِي الدُّنْيَا وَتُذَكِّرُ الْآخِرَةَ (أخرجه ابن ماجه)

Memang di masa awal Islam Rasulullah SAW pernah melarang ziarah kubur. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga akidah umat Islam. Sebab dalam kehidupan sebelumnya mereka terbiasa untuk meratapi makam. Rasulullah SAW khawatir kalau ziarah kubur diperbolehkan di masa itu, umat Islam akan percaya dan menjadi penyembah kuburan. Setelah akidah umat Islam kuat dan tidak ada kekhawatiran untuk berbuat syirik, setelah mereka mampu membedakan antara kesedihan sebagai wujud kasih sayang dan ratapan sebagai simbol ketidakrelaan atas keputusan Allah, Rasulullah SAW justru memerintahkan melakukan ziarah kubur karena ziarah kubur dapat membantu orang yang hidup untuk mengingat saat kematiannya.

Ziarah kubur dilakukan untuk beberapa tujuan diantaranya :

1. Ikhtibâr dan mengingat kematian guna mempertebal keimanan.
2. memperoleh pahala dengan membaca al-Fatihah dan memohonkan ampun untuk para penghuni kubur.
3. Tawassul dan mengharap berkah dari para penghuni kubur.



ADAB DALAM ZIARAH KUBUR

Ziarah ke makam seseorang yang telah meninggal dunia tidak jauh berbeda dengan mengunjungi rumah seseorang yang masih hidup. Oleh karena itu, seorang peziarah harus mengetahui dan mematuhi tata kesopanan yang berlaku di sana. Diantara adab kesopanan dalam berziarah kubur adalah :

Meluruskan Niat

Sebelum berziarah, kita harus menetapkan niat-niat yang baik. Imam al-Qurthûby (Tafsîr al-Qurthûby 20/171) berkata,

Hendaknya ketika berziarah seseorang berniat untuk menggapai keridlaan Allah, memperbaiki hati yang rusak atau memberi manfaat kepada mayit dengan membacakan al-Quran atau berdoa di makamnya.

Kehadiran Hati

Kehadiran hati merupakan kebutuhan mutlak di dalam berziarah. Tanpanya, seorang peziarah tak ubahnya seperti hewan-hewan yang bermain di areal pemakaman. Mereka tidak menyadari dan mengerti di mana mereka berada dan untuk apa.

Melalui kehadiran hati, kita dapat memetik pelajaran yang besar dari kematian. Ibn Mâjah ra. menyebutkan bahwa Sayyidina ‘Utsmân bin ‘Affân menangis hingga jenggotnya basah jika berdiri di depan sebuah makam.

Bersuci

Seorang peziarah hendaknya memasuki area pemakaman dalam keadaan suci dari hadats kecil, hadats besar, dan najis. Mengapa demikian ? Pertama, salah satu tujuan ziarah adalah untuk mendapatkan kelembutan hati. Sedangkan kesucian dlâhir (jasmani) merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan kesucian batin. Kedua, ketika kita berziarah dianjurkan untuk berdoa dan doa yang dipanjatkan dalam keadaan suci akan lebih terkabul.

Mengucapkan Salam

Ketika melewati atau masuk ke sebuah pemakaman kita disunnahkan untuk mengucapkan salam kepada penghuni kubur tersebut. Dalam Sunan an-Nasâ`I disebutkan bahwa rasulullah SAW jika memasuki area pemakaman beliau mengucapkan

السلام عليكم أهلَ الديار من المؤمنين والمسلمين وإنا إن شاء الله بكم لاحقون أنتم لنا فَرَطٌ ونحن لكم تَبَعٌ أسأل الله العافية لنا ولكم

Tidak Menginjak, Melangkahi, atau Duduk di Atas Sebuah Makam

Di pemakaman, hendaknya kita berlaku santun kepada para penghuninya. Rasulullah SAW bersabda,

لَأَنْ أمشِيَ على جَمْرَةٍ أو سيف أو أَخْصِفَ نعلي برجلي أحب إلي من أن أمشي على قبر (رواه ابن ماجه)

Sesungguhnya jika aku menginjak bara api atau pedang yang tajam atau menjahit alas kaki dengan kulit kakiku lebih kusukai daripada menginjak (melangkahi) sebuah makam. (HR Ibn Mâjah)

لَأَنْ يجلس أحدكم على جمرة فتَحرِقَ ثيابَه فتَخْلُصَ إلى جلده خير له من أن يجلس على قبر (رواه مسلم وأبو داود وغيرهما)

Sesungguhnya jika salah seorang diantara kalian duduk di atas bara api hingga membakar bajunya dan menembus kulitnya itu lebih baik dari pada duduk di atas sebauh makam (HR Muslim)



Menghadap Kepada yang Diziarahi

Ketika berziarah, sebaiknya kita menghadap ke makam dan membelakangi kiblat. Imam al-Qurthûby (Tafsîr al-Qurthûby 20/171) berkata,

Seorang peziarah hendaknya mendatangi makam yang dia kenal (yang dituju) dari arah wajahnya (membelakangi kiblat) dan segera mengucapkan salam kepadanya.Sebab menziarahi makam seseorang adalah seperti bercakap-cakap dengannya semasa hidup. Jika masih hidup, kita akan berbicara dengan menghadapkan wajah ke arahnya, maka setelah wafat hendaknya kita melakukan hal yang sama dalam menziarahinya.[1]



Mengantar Jenazah Sambil Membaca Tahlil (Lâ Ilâh Illâ Allah)

Tradisi yang berlaku di masyarakat kita biasanya mengiring jenazah ke kuburan sambil membaca lâ ilâh illâ Allah dan lain sebagainya. Menanggapi hal tersebut Syeikh ibn ‘Allân mengatakan :

فالذي أختاره أن شغل أسماعهم بالذكر المؤدي إلى ترك الكلام وتقليله أولى من استرسالهم في الكلام الدنيويّارتكابا بأخف الضررين

Pendapat yang aku pilih mengiringi jenazah dengan dzikir yang menyebabkan orang-orang tidak berbicara atau mempersedikit pembicaraan tentang dunia adalah lebih utama daripada membiarkan mereka bebas membicarakan masalah keduniawian. Sesuai dengan kaidah “memilih yang lebih kecil mafsadahnya.”[2]

Dari sini jelas bahwa membaca tahlil di belakang jenazah diperbolehkan karena tidak ada satu dalilpun yang melarang. Apalagi membaca kalimat lâ ilâh illâ Allah secara umum dianjurkan untuk selalu dibaca dan juga dapat menghindarkan kita dari bercakap-cakap urusan dunia yang tidak nggenah njluntrungnya.[3]



[1] Novel bin Muhammad Alaydrus, Op.Cit., hal. 80
[2] Muhammad bin ‘Allân as-Shiddîqy, Op.Cit., vol.IV, hal.183.
[3] Yûsuf Khaththâr Muhammad, Op.Cit., hal.322.
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

 
Meningkatkan Cinta Kita pada Sang Nabi
Copyright © 2011. PUSTAKA MUHIBBIN - Web Para Pecinta - All Rights Reserved
PROUDLY POWERED BY IT ASWAJA DEVELOPER
Themes by Maskolis.com | Published by Mas Template