Home » , , » PERHATIAN KIAI SAHAL TERHADAP KEMISKINAN DAN PENGANGGURAN

PERHATIAN KIAI SAHAL TERHADAP KEMISKINAN DAN PENGANGGURAN

Written By MuslimMN on Kamis, 12 November 2015 | 07.37


Islam itu tidak melulu berbicara masalah halal-haram saja, melainkan kondisi yang sedang dialami masyarakatnya perlu diberikan sebuah solusi nyata. Setelah Muktamar 1984, Kiai Sahal Mahfudh memberanikan diri di tengah-tengah forum Syuriah NU: "Sekarang ini kita perlu mengurangi pembicaraan tentang masalah-masalah yang hanya menjawab halal dan haram!"

Hal itu bukan berarti Kiai Sahal tidak menyutujuinya. Maksud beliau, kalau sudah menyetujuinya sebagai yang halal, juga harus membicarakan pendekatan konseptualnya untuk umat. Kalau haram, diharuskan membicarakan bagaimana pemecahannya agar umat tidak menyimpang dari nilai-nilai Islam. Untuk itu perlu konsep. Konsep seperti apa? Kalau konsep itu bersifat individual tentu tidak mungkin diterapkan secara massal, sebelum diterima umum.

Kemiskinan dan pengangguran adalah salah satu faktor penting yang harus dibicarakan secara serius. Masalah kemiskinan sangat terkait dengan masalah lingkungan. Sebelum berbicara soal lingkungan menurut konsepsi Islam, lebih dahulu harus diklasifikasi masalah lingkungan dari segi fisik dan non-fisik. Dari segi fisik, manusia harus menggunakan dan memanfaatkan apa yang ada di alam ini, disertai upaya melestarikan lingkungan hidup. Penggunaan alam harus didasarkan pada manfaat dan maslahat. Sedangkan dari segi non-fisik, ajaran Islam memang tidak menghendaki terjadinya kerusakan, katakanlah kerusakan moral.

Sudah jelas, Islam mendorong orang untuk bekerja dan tidak menganggur. Ada hadits Nabi yang mengatakan:

أشد الناس عذابا يوم القيامة المغفي الباطل

"Siksaan paling berat pada hari kiamat adalah orang yang hanya mau dicukupi orang lain dan hidup menganggur!"

Pun dalam al-Quran, Allah berfirman: "Apabila kamu telah selesai menunaikan shalat Jum'at, menyebarlah untuk mencari rizki Tuhanmu." (QS. al-Jum'ah ayat 10).

Ada banyak hal yang menyebabkan pengangguran. Faktor pendidikan yang rendah, keterampilan kurang memadai, disamping kemampuan untuk menciptakan lapangan kerja terbatas. Anak-anak sekarang hanya menunggu pekerjaan, bukan mencari dan menciptakan pekerjaan.

"Yang saya maksudkan menunggu pekerjaan adalah, mencari pekerjaan pada lapangan kerja yang sudah mapan dan jelas. Sedangkan mencari kerja adalah, orang tidak hanya terfokus pada satu sasaran pekerjaan, namun berusaha secara kreatif menciptakan lapangan kerja. Dalam mengatasi kemiskinan dan menciptakan lapangan kerja, himbauan saya kepada kelompok muda adalah, jangan cepat putus asa. Sebab dengan putus asa, kreativitas mandeg. Bagaimana kecilnya kreativitas itu, ia akan selalu tumbuh dan berkembang." Kata Kiai Sahal Mahfudh dalam bukunya, Nuansa Fiqih Sosial.

Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

 
Meningkatkan Cinta Kita pada Sang Nabi
Copyright © 2011. PUSTAKA MUHIBBIN - Web Para Pecinta - All Rights Reserved
PROUDLY POWERED BY IT ASWAJA DEVELOPER
Themes by Maskolis.com | Published by Mas Template