بسم
الله الرحمن الرحيم
Alhamdulillah, berkat taufiq, hidayah, i’anah dan ‘inayahNya, Bangsa
Indonesia telah selesai melaksanakan agenda
kenegaraan yang sangat penting, yakni Pemilihan Umum (Pemilu) legislatif pada
tanggal 9 April 2014. Kendati di sana-sini masih terdapat
berbagai kekurangan dan kelemahan yang perlu dibenahi di masa-masa mendatang,
namun secara umum Pemilu telah berlangsung dengan aman dan damai.
Tiga
bulan setelah selesainya Pemilu Legislatif, tepatnya pada tanggal 9 Juli 2014
bertepatan dengan bulan Ramadlan 1435 H, Bangsa Indonesia kembali
menyelenggarakan agenda kenegaraan yang tak kalah pentingnya, yakni Pemilihan
Umum Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia (Pilpres). Agar supaya Pilpres berlangsung dengan
aman dan lancar serta menghasilkan pemimpin yang terbaik bagi bangsa, negara
dan agama, maka Pengurus Besar Nahdlatul Ulama menganggap perlu untuk menyampaikan
taushiyah berikut ini:
1.
Keikutsertaan secara aktif warga negara dalam pilpres merupakan perwujudan
dari rasa tanggung jawab akan kelangsungan hidup Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang sudah menjadi kesepakatan kita bersama untuk menjaganya.
2.
Bahwa partisipasi dalam pilpres
dapat dianggap sebagai bentuk ibadah, selama hal itu dilakukan dengan cara-cara
yang baik dan benar, yang mengindahkan nilai-nilai agama dan moral. Sebaliknya,
manakala partisipasi itu dilakukan dengan menghalalkan segala cara (al-ghayah
tubarrir al-wasilah), maka hal itu merupakan bentuk kedurhakaan (maksiat)
kepada Allah Swt. dan pengkhianatan terhadap bangsa dan negara.
3.
Bahwa money politics yang terbukti telah terjadi dalam pemilu legislatif
yang lalu, baik yang melibatkan para calon anggota legislatif (caleg), tim
sukses dan masyarakat pemegang hak pilih maupun aparat penyelenggara pemilu,
tidak boleh berulang kembali pada pilpres yang akan datang. Money
politics adalah bentuk suap (risywah). Ia merupakan risywah siyasiyyah
(suap yang berdimensi politik), sehingga baginya berlaku sabda Nabi Saw.:
الرَّاشِي وَالْمُرْتَشِي فِي النَّارِ - رواه
الطبراني
لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ الرَّاشِيَ وَالْمُرْتَشِيَ وَالرَّائِشَ يَعْنِي: الَّذِي يَمْشِي بَيْنَهُمَا
- رواه أحمد
ثَلاَثَةٌ لاَ يَنْظُرُ اللَّهُ إِلَيْهِمْ
يَوْمَ القِيَامَةِ، وَلاَ يُزَكِّيهِمْ، وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ،... وَرَجُلٌ
بَايَعَ إِمَامًا لاَ يُبَايِعُهُ إِلَّا لِدُنْيَا، فَإِنْ أَعْطَاهُ مِنْهَا رَضِيَ،
وَإِنْ لَمْ يُعْطِهِ مِنْهَا سَخِطَ - رواه البخاري
4.
Mengimbau kepada warga NU khususnya dan masyarakat serta bangsa
Indonesia pada umumnya, untuk melakukan istighatsah, memohon pertolongan Allah Swt. agar pilpres
nanti dapat berlangsung dengan aman, damai dan lancar. Semoga Presiden dan
Wakil Presiden yang terpilih nanti benar-benar merupakan sosok pemimpin yang
amanah, yang mendahulukan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan
pribadi, kelompok dan golongan. Pemimpin yang memiliki kemampuan untuk membawa
bangsa Indonesia menuju kehidupan yang adil, makmur dan bermartabat.
5.
Mengimbau kepada warga NU khususnya dan segenap anak bangsa pada umumnya
untuk menjaga ikatan tali persaudaraan (ukhuwwah), kendati terjadi
perbedaan pilihan dan dukungan di antara mereka. Kita wajib bersama-sama
menciptakan iklim dan suasana damai, jauh dari hiruk pikuk provokasi dan
agitasi yang mengancam keutuhan bangsa dan negara.
Semoga
Allah Swt. berkenan
mengabulkan harapan kita dan memberikan yang terbaik bagi bangsa dan negara. Amin
ya Mujibassailin. Wa
akhiru da’wana ‘anil-hamdu lillahi Rabbil-‘alamin, wallahul muwaffiq ila
aqwamith thariq.
Jakarta, 30
Jumadal-Akhirah 1435 H/30
April 2014 M
·
Dr. KH. A. Mustofa Bisri
(Pj. Rais Aam)
·
Dr. KH. A. Malik Madaniy,
MA (Katib Aam)
·
Dr. KH, Said Aqil Siroj, MA
(Ketua Umum)
·
Dr. H. Marsudi Syuhud
(Sekretaris Jenderal)
Sumber: NU Online
0 komentar:
Posting Komentar