Daftar Isi:
1. Ketika Seorang Hamba Menghisab Tuhannya
2. Asal-usul Tarhim Menjelang Shubuh
3. Sekilas Biografi Syaikh Mahmud Khalil al-Husshariy
4. Teks dan Terjemahan Shalawat Tarhim
5. Link Download
1. Ketika Seorang Hamba Menghisab Tuhannya
كاَنَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم يَطُوْفُ فِي الْكَعْبَةْ فَرَأَى أَعْرَابِيًّا
يَطُوْفُ بِهاَ وَيَقُوْلُ: ياَ كَرِيْم, فَقَالَ النَّبِيُ صلى الله عليه وسلم وَرَاءَهُ:
ياَ كَرِيْم – فاَنْتَقَلَ الْأَعْرَابِيُّ اِلَى رُكْنِ الثَّانِيْ وقاَلَ: يا كريم,
فَقاَلَ النَّبِيُّ (صلى الله عليه وسلم) – فَقَالَ الْحَبِيْبُ (صلى الله عليه وسلم)
وَرَاءَهُ: يا كريم, فَانْتَقَلَ الْأَعْرَابِيُّ اِلَى الْحَجَرِ الْأَسْوَدِ فَقاَلَ:
يا كريم- فقال النبي (صلى الله عليه وسلم)
– فقال الحبيب (صلى الله عليه وسلم) وراءه: يا كريم, فَالْتَفَتَ الْأَعْرَاِبي فَقاَلَ:
أَتَمْزَحُوْنَنِيْ ياَ أَخَ الْعَرَبِ؟ وَاللهِ لَوْلاَ صَباَحَةُ وَجْهِكَ وَبَلَغَ
طاَ لِقَتكَ لَشَكَوْت اِلَى حَبِيْبِيْ مُحَمَّداً- فَقاَلَ لَهُ النَّبِيُّ صلى الله
عليه وسلم أَوَلاَ تَعْرِفُ نَبِيَّكَ يا أخ العرب؟ قَالَ وَاللهِ أَمَنْتُ بِهِ وَلَمْ أَرَهُ وَدَخَلْتُ
مَكَّةَ وَلَمْ أَلْقَهُ – قاَلَ لَهُ النَّبِيُّ (صلى الله عليه وسلم) اَنَا نَبِيُّكَ
يا أخ العرب – فَانْكَبَّ الأعرابي عَلى يَدِ النَّبِيِّ يُقَبِّلُهاَ وَيَقُوْلُ:
فِدَاكَ أَبِيْ وَأُمِّيْ ياَ حَبِيْبَ اللهِ – فَنَزَلَ جِبْرِيْلُ الْأَمِيْنُ عَلى
النَّبِيِّ وَقاَلَ لَهُ: ياَ حَبِيْبَ اللهِ (صلى الله عليه وسلم) – اللهُ يُقْرِئُكَ
السَّلاَمَ وَيَقُوْلُ لَكَ: قُلْ لِهَذاَ الأعرابي: أَيَظُنُّ إِنْ قاَلَ ياَ كَرِيْم
أَنَّناَ لاَ نُحاَسِبُهُ؟ فَقاَلَ الأعرابي: وَاللهِ ياَ نوْرَ الْعَيْنِ ياَ جَدَّ
الْحَسَنَيْنِ, لَوْ حَاسَبَنِيْ رَبِّيْ لَأُحاَسِبَنَّهُ – قَالَ لَهُ النَّبِيُّ
(صلى الله عليه وسلم): وَكَيْفَ تُحاَسِبُ رَبَّكَ يا أخ العرب؟ قاَلَ: لَئِنْ حاَسَبَنِيْ
عَلىَ ذَنْبِيْ حاَسَبْتُهُ عَلىَ مَغْفِرَتِهِ – وَإِنْ حاَسَبَنِيْ عَلىَ تَقْصِيْرِيْ
حاَسَبْتُهُ عَلىَ جُوْدِهِ وَكَرَمِهِ – فَقاَلَ جِبْرِيْلُ الْأِمِيْنُ: ياَ حَبِيْبَ
اللهِ, اللهُ يَقُوْلُ لَكَ – قُلْ لِهَذاَ الْأَعْرَابِيّ أَنْ لاَ يَحاَسِبَناَ وَلاَ
نُحاَسِبُهُ
Tatkala Rasulullah Saw. sedang asyik berthawaf di Ka’bah, terdengarlah
seseorang di hadapannya berthawaf sambil berdzikir: “Ya Karim.”
Lalu Rasulullah Saw. pun menirunya membaca “Ya Karim”.
Orang itu lalu berhenti di salah satu sudut Ka’bah dan berdzikir lagi: “Ya
Karim.”
Rasulullah Saw. yang berada di belakangnya mengikuti kembali dzikirnya “Ya
Karim”.
Merasa seperti
diolok-olokkan, orang itu menoleh ke belakang dan terlihat olehnya seorang
laki-laki yang gagah lagi tampan yang belum pernah dikenalinya. Orang itu lalu bertanya: “Wahai
orang tampan! Apakah Engkau memang sengaja memperolokku karena aku ini adalah
orang Arab Badui? Kalaulah bukan karena ketampananmu dan kegagahanmu, pasti Engkau
akan aku laporkan kepada kekasihku, Muhammad Rasulullah.”
Mendengar
kata-kata orang Badui itu, Rasulullah Saw. tersenyum, lalu bertanya: “Tidakkah
Engkau mengenali Nabimu, wahai orang Arab?”
“Belum,”
jawab orang itu.
“Jadi bagaimana
Engkau beriman
kepadanya?”
“Saya percaya dengan mantap atas kenabiannya sekalipun saya belum pernah
melihatnya, dan membenarkan kerasulannya sekalipun saya belum pernah bertemu
dengannya,” kata orang Arab Badui itu pula.
Rasulullah Saw.
pun berkata kepadanya: “Wahai orang Arab, ketahuilah aku inilah Nabimu di
dunia dan penolongmu nanti di akhirat.”
Melihat Nabi di
hadapannya dia tercengang, seperti tidak percaya kepada dirinya: “Tuan ini
Nabi Muhammad?!”
“Ya”,
jawab Nabi Saw.
Seketika robohlah orang itu di hadapan Nabi Saw. lalu diciuminya Rasulullah
Saw. Kemudian berkata: “Ibu dan bapakku menjadi tebusannya untukmu
wahai Rasulullah.”
Saat itu turunlah Malaikat Jibril As. membawa berita dari langit:
“Ya Rasulullah, Allah mengucapkan salam untukmu dan berfirman: “Katakanlah
kepada orang Arab itu, apakah dengan dzikirnya “Ya Karim” itu lalu Aku takkan
menghisabnya?”
Setelah disampaikan berita itu, maka orang Arab Badui itu pun berkata: “Demi
Allah, wahai permata hatiku, kakenda Hasan dan Husein, jika Tuhan akan
menghisabku maka aku pun akan menghisab (membuat perhitungan) denganNya!”
Lalu Rasulullah Saw. bertanya kepadanya: “Bagaimana caramu menghisab Tuhanmu?”
“Jikalau Tuhan menghisab atas dosa-dosaku, maka aku akan menghisabNya
dengan ampunanNya. Jika Ia menghisab atas kesalahanku, maka akau akan
menghisabNya dengan sifat kedermawanan dan kemuliaanNya!”, jawab orang itu dengan mantap.
Dalam riwayat lain disebutkan, mendengar ucapan
orang Arab Badui itu menangislah
Rasulullah Saw. mengingat betapa benarnya kata-kata orang Arab Badui itu. Air
mata Rasulullah Saw. menetes hingga
membasahi janggutnya.
Kemudian Malaikat Jibril As. datang lagi seraya berkata: “Ya Rasulullah, Allah
Swt. berfirman: “Katakan kepada temanmu itu, janganlah ia menghisabKu dan Aku
pun takkan menghisab dirinya.”
Dari riwayat hadits inilah konon oleh masyarakat Mesir sering dibaca dengan
lagu yang indah pada waktu menjelang Shubuh untuk Tarhim. Dan di Indonesia
sudah mulai banyak yang melantunkannya di acara-acara Maulid Nabi Saw.
2. Asal-usul Tarhim Menjelang Shubuh
Shalawat Tarhimnya Syaikh
Mahmud Khalil al-Khusshariy disebut dalam dua versi, memakai huruf ح (Tarhim) dan memakai huruf
خ (Tarkhim). Hal ini dapat
dimaklumi, karena sebagian orang terutama orang Jawa biasa mentransliterasikan
huruf ح menjadi “kh”. Namun, Kyai Mathari Mansur juga
membenarkan variasi penulisan “Tarkhim” sebagai transliterasi dari ترخيم
yang mengacu pada lantunan dzikir yang sama. Menurut beliau, Tarkhim
dengan huruf خ memiliki makna mengagungkan Allah Swt.
Tarhim sebelum Shubuh pertamakali dipopulerkan di Indonesia melalui Radio
Yasmara (Yayasan Masjid Rahmat), Surabaya pada akhir tahun 1960-an. Penggubahnya
adalah Syaikh Mahmoud Khalil al-Husshariy, ketua Jam’iyyatul Qurra’ di Kairo,
Mesir. Menurut Cak Nun Syaikh al-Husshariy pernah berkunjung ke Indonesia dan
diajak ke Lokananta, Solo untuk rekaman shalawat Tarhim ini.
3. Sekilas Biografi Syaikh Mahmud Khalil al-Husshariy
Syaikh Mahmud Khalil al-Husshariy, qari al-Quran terkenal dengan suara emasnya
yang fenomenal, adalah ulama lulusan Universitas al-Azhar dan merupakan salah
satu Qâri’ paling ternama di zamannya sampai ia diberi gelar Syaikh
al-Maqâri (Syaikhya Ahli Qira-ah). Syaikh al-Husshariy dikenal karena
kepiawaiannya dalam membaca al-Quran secara tartîl. Ia mengatakan: “Membaca al-Quran
bukan semata-mata tentang irama (lagu) atau seni bacaannya. Yang terpenting
adalah tartîl, memahami bacaan al-Quran dengan baik dan benar, yaitu melalui
studi kebahasaan (linguistik) dan dialek Arab kuno serta penguasaan teknik
pelafalan huruf maupun kata-perkata dalam al-Quran. Dengan begitu bisa dicapai
tingkat kemurnian (keaslian makna) yang tinggi dalam membaca al-Quran.”
Syaikh Mahmud al-Husshariy lahir di sebuah desa bernama an-Namla Shabra di
Tanta, Mesir pada tanggal 17 September tahun 1917 M. Mahmud memasuki sekolah al-Quran
pada usia empat tahun. Di usianya yang 8 tahun sudah berhasil menghafal al -Quran
secara keseluruhan. Dan pada usia 12 tahun ia mulai mempelajari sepuluh qiraah
(Qira-ah ‘Asyrah) di al-Azhar.
Ketika berumur 25 tahun ia pergi ke Tanta dan membuktikan dirinya sebagai
seorang qari. Akhirnya dia menjadi qari di Masjid Ahmadi dan terkenal di sana.
Sepuluh tahun kemudian, pada tahun 1944 M, ia pindah ke Kairo dan memasuki stasiun
radio resmi sebagai qari dimana ia membuat bacaan pertama pada 16 Februari 1944
M.
Pada tanggal 7 Agustus 1948 M, ia dinominasikan sebagai muadzin di Masjid
Sidi Hamza dan kemudian qari di masjid yang sama. Dia juga mengawasi pusat-pusat
bacaan provinsi al-Gharbia. Pada tahun 1949 M, Syaikh Mahmud Khalil al-Husshariy
diangkat menjadi qari Sidi Ahmed al-Badaoui Tanta, al-Ahmadi Masjid dan
kemudian al-Imam al-Husein Masjid di Kairo pada tahun 1955 M.
Di Kairo, Syaikh al-Husshariy juga belajar di Universitas al-Azhar. Dia dikenal
sebagai sarjana yang religius dan penulis banyak buku tentang berbagai aspek al-Quran.
Dia juga terlibat dalam pencetakan Azhari terbaru dari teks al-Quran.
Statusnya sebagai qari, ia memegang gelar Syaikh al-Maqâri (Scholar
dari reciters), dan pendapatnya sering diminta dan dikutip oleh berbagai media
masa. Dia juga disertai rektor al-Azhar pada perjalanan dan diundang untuk
berpartisipasi dalam Festival Dunia Islam di London (1976).
Rekaman Syaikh al-Husshary tersebar luas didistribusikan di luar Mesir.
Sebagai salah satu dari peringkat unggul 4 qari di Mesir, ia mencatat teks al-Quran
yang lengkap di kedua gaya bacaan, murattal (tartil) dan mujawwad (tajwid). Dan
ia juga yang pertama untuk merekam dan menyiarkan gaya murattal. Syaikh al-Husshariy
dikenal atas kebenaran bacaannya (tajwid), sehingga anaknya pun menjadi pembaca
al-Quran profesional.
Syaikh Mahmud Khalil al-Husshariy wafat pada hari Ahad tanggal 24 Nopember tahun
1980 M di Kairo, Mesir.
4.
Teks dan Terjemahan Shalawat Tarhim
الصلاة والسلام عليك
يا امام المجاهدين
يا رسول اللهالصلاة والسلام عليك
يا نا صرالهدى
يا خير خلق الله
الصلاة والسلام عليك
يا ناصر الحق يا رسول الله
الصلاة والسلام عليك
يامن اسرى بك المهيمن ليلا نلت ما نلت والانام نيام
وتقدمت للصلاة فصلى كل من في السماء وانت الامام
والي المنتهى رفعت كريما وسمعت النداء عليك السلام
يا كريم الاخلاق
يا رسول الله
صلي الله عليك
وعلي اليك واصحابك اجمعين
Ashshalâtu wassalâmu ‘alâik, yâ Imâmal
Mujâhidîn yâ Rasûlallâh
(Shalawat dan salam semoga tercurahkan padamu, duhai pemimpin
para pejuang, ya Rasulullah).
Ashshalâtu wassalâmu ‘alâik,
yâ Nâshiral Hudâ yâ Khaira Khalqillâh
(Shalawat dan salam semoga
tercurahkan padamu, duhai penuntun petunjuk Ilahi, duhai makhluk yang terbaik).
Ashshalâtu wassalâmu ‘alâik,
yâ Nâshiral Haqqi yâ Rasûlallâh
(Shalawat dan salam semoga
tercurahkan atasmu, duhai penolong kebenaran, ya Rasulullah).
Ashshalâtu wassalâmu ‘alâik,
yâ Man asrâ bikal Muhaiminu lailan
(Shalawat dan salam semoga
tercurahkan padamu, wahai Yang Memperjalankanmu di malam hari, Dialah Yang Maha
Melindungi).
Nilta mâ nilta wal anâmu niyâmu
(Engkau memperoleh apa yang kau peroleh, sementara
semua manusia tertidur).
Wataqaddamta lishshalâti fashallâ
(Dan engkau beranjak untuk
shalat, maka engkau pun melakukan shalat).
Kullu man fissamâ-i wa Antal Imâmu
(Semua penghuni langit melakukan shalat di
belakangmu, dan engkaulah yang menjadi imamnya).
Wa ilal muntahâ rufi’ta karîman
(Engkau diberangkatkan ke Sidratul Muntaha
karena kemulianmu).
Wasami’ta nidâ-an ‘alaikassalâm
(Dan engkau mendengar ucapan salam atasmu).
Yâ karîmal akhlâq, yâ Rasûlallâh
(Duhai yang paling mulia
akhlaknya, ya Rasulullah).
Shallallâhu ‘alaika, wa‘alâ
âlika wa ashhâbika ajma’în
(Semoga shalawat senantias
tercurah atasmu, keluargamu dan semua sahabatmu).
5. Link Download
a. Qashidah “Ya Karim”, KetikaHambaMenghisabTuhannya
b. Shalawat “Tarhim” MP3, SyaikhMahmudKhalilAlkhusshariy
c. Shalawat “Tarhim” video, SyaikhMahmoudKhalilAlkhusshariy
Sya’roni As-Samfuriy, Cilangkap Jaktim 08 Maret 2014
Syukron Sya’roni untuk artikel yang bagus ini.
BalasHapusLink Mp3 Qosidah Ya Karim dan Tarhim masih error ... bisa diperbaiki?
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusSaya sangat tenang ketika mendengar dan menirukan shalawat tarhim ini :')
BalasHapusTerimakasih
Ada satu kesalahan text Arabnya di bagian awal: يا رسول اللهالصلاة... Seharusnya: يا رسول الله الصلاة... Dan di bagian akhir:... وعلى اليك واصحابك.... Semestinya:
BalasHapus.وعلى ألك وأصحابك أجمعين...
He... He... He... Ghuluw Ghuluw..
BalasHapusBerarti orang arab badui itu lebih paham dari Rasulullah,mantab bener..
BalasHapusKeseringan ngaji di yutub nih, yang ngomong lebih paham juga siapa, oh ya abis ini udah gak mau komen lagi deh, biasanya kalau udah kayak gini pasti ngajak debat,
HapusAnonim gak usah direwes
BalasHapusSya orangnya suka khawatir ga jelas.
BalasHapusHati jadi suka ga tenang, tapi alhamdulillah dengan mendengarkan shalawat serta bacaan Al Quran hati jadi tenang,tentram dan damai. Subhannalloh..
gan sumbernya yang Ketika Seorang Hamba Menghisab Tuhannya dari mana ya?
BalasHapusIzin copy paste
BalasHapusBoleh gak min?
bro itu hadits di riwayatkan dari siapa yg judulnya hamba menghisab tuhannya
BalasHapushati2 situs memberi riwayat dan tdak jelas diriwayatkan dari siapa ...judulnya hamba menghisab tuhan lgi...
BalasHapus