Qathrun Nada; Mengenal Para Pakar Nahwu Karya Al-Imam Jamaluddin bin
Hisyam Al-Anshari
Nuhhat, para
pakar atau ahli ilmu nahwu dalam sejarah peradaban Islam bermunculan yang
intens dan menghasilkan banyak referensi dalam bidang nahwu, sharaf dan ragam
cabang ilmu bahasa Arab lainnya. Kitab Qathr an-Nada wa Ball ash-Shada adalah
salah satu referensi yang cukup terkenal mengenalkan para nuhhat itu.
Kitab ini karya al-Imam Jamaluddin bin Hisyam al-Anshari. Berikut ini adalah biografi
al-Imam Jamaluddin bin Hisyam al-Anshari disarikan dari tulisan DR. Emil Badi’
Ya'qub, editor kitab Syarh Qathr an-Nada wa Ball ash-Shada.
Nama dan Nasabnya
Beliau adalah al-Imam
al-Allamah Abdullah bin Yusuf bin Ahmad bin Abdullah bin Hisyam al-Anshari al-Mishri
al-Khazraji asy-Syafi’i al-Hanbali. Bergelar “Jamaluddin”, kunyahnya adalah Abu
Muhammad, dan Muhammad ini adalah anaknya yang paling besar.
Kelahiran dan Pertumbuhannya
Ibnu Hisyam
dilahirkan di Kairo pada bulan Dzul Qa’dah tahun 708 H/1306 M, dan tumbuh di
sana. Beliau mempelajari banyak ilmu pada masanya berupa nahwu, sharaf, fiqh, qiraat,
tafsir, adab dan lughat di hadapan para masyaikh pada zamannya dengan penuh
kesabaran. Beliau bersyair:
و من يصطبر للعلم يظفر
بنيله # و من يخطب الحسناء يصبر على البذل
و من لم يذل النفس في طلب
العلى # يسيرا يعش دهرا طويلا اخا ذل
“Siapapun yang
bersabar dalam menuntut ilmu, ia akan menggapai pencapaian. Siapapun yang ingin
meminang kebaikan, hendaklah bersabar dalam pengorbanan.
Siapapun yang
tidak menundukkan nafsunya dalam menggapai sesuatu yang mulia, maka ia akan
hidup lama sebagai orang yang hina.”
Setelah beliau
mendalami ilmu-ilmu ini kemudian beliau mengajar. Beliau mengajarkan ilmu
bahasa Arab di Mesir dan Mekkah. Awalnya beliau bermadzhab Syafi’i, kemudian 5
tahun sebelum wafatnya beliau beralih ke madzhab Hanbali.
Sifat dan Keilmuannya
Ibnu Hisyam
menonjol dengan dikaruniai kecerdasan yang luar biasa dan hafalan yang kuat.
Beliau sanggup melampaui kawan-kawannya pada banyak ilmu, seperti nahwu, fiqh, adab,
tafsir dan lughat, bahkan beliau melampaui para syaikh pada masanya itu. Beliau
menghafal Mukhtashar al-Kharaqi dalam tempo kurang dari 4 bulan.
Adapun dalam
aspek ilmu bahasa Arab, Ibnu Hisyam adalah seorang sastrawan, hanya saja beliau
banyak berbeda dengan Abu Hayyan, salah seorang ahli nahwu pada masanya.
Dalam segi
akhlaq, beliau dikenal tawadhu’, berbakti, penyayang, santun dan halus budi
bahasanya, menjaga diri, bagus perjalanan hidupnya, istiqamah dan sabar dalam
menuntut ilmu.
Para Guru dan Muridnya
Ibnu Hisyam
belajar kepada para ulama pada masanya dalam ilmu bahasa Arab, fiqh, hadits,
tafsir dan qiraat. Diantara guru-gurunya adalah:
1.
Syaikh
Syihabuddin Abdul Lathif bin al-Murahhal, kunyahnya adalah Abu Faraj (Ibnu
Hisyam melaziminya dalam ilmu nahwu).
2.
Syaikh
Syamsuddin Muhammad bin Muhammad bin Numair, yang dikenal dengan Ibnu as-Siraj (Ibnu
Hisyam belajar ilmu qiraah darinya).
3.
Syaikh Tajuddin
Ali bin Abdullah at-Tibrizi.
4.
Syaikh Tajuddin
Umar bin Ali al-Fakihani. (Ibnu Hisyam mempelajari syarah al-Isyarah
darinya, satu kitab yang membahas ilmu nahwu).
5.
Imam Ibnu Jama’ah,
salah seorang ahli hadits pada masanya. (Ibnu Hisyam belajar ilmu hadits darinya).
6.
Imam Abu Hayyan
an-Nahwi, seorang ahli nahwu yang unggul pada masanya.
Adapun
murid-murid Ibnu Hisyam diantaranya adalah:
1.
Muhibbuddin
Muhammad, putra Ibnu Hisyam.
2.
Syaikh
Jamaluddin Ibrahim bin Muhammad al-Lakhami.
3.
Sirajudin Umar
bin Ali.
4.
Ibrahim bin
Muhammad an-Nahwi.
Ibnu Hisyam
memiliki banyak murid, hanya saja kebanyakan dari mereka tidak dikenal dalam
sejarah.
Madzhab Ibnu Hisyam
Ibnu Hisyam
adalah seorang yang alim dan wara’. Beliau tidak tercela aqidahnya, agamanya
dan suluknya. Dahulu beliau bermadzhab Syafi’i, kemudian beralih ke madzhab
Hanbali. Ada yang berpendapat lain, seperti Syaikh Yusuf bin Taghri Bardi: “Ibnu
Hisyam pada awalnya seorang Hanafi, kemudian beralih menjadi Hanbali.”
Statement Para Ulama Tentang Ibnu Hisyam
Imam as-Subki
berkata: “Ibnu Hisyam adalah ahli nahwu zamannya.” Sedangkan Syaikh ad-Damamini
berkata kepada putra Ibnu Hisyam: “Andai saja Imam Sibawaih masih hidup,
pastilah ia akan berguru kepada ayahmu dan membaca kepadanya.”
Ibnu Khaldun
berkata: “Kami di Negeri Maroko, senantiasa mendengar kabar bahwa di Mesir
ada seseorang bernama Ibnu Hisyam yang alim dalam ilmu bahasa Arab, yang lebih
pakar dalam bidang nahwu melebihi Imam Sibawaih.”
Metodologinya dalam Bidang Nahwu
Para pakar yang
meneliti kitab-kitab karya Ibnu Hisyam mendapati bahwa manhaj/metodologinya
dalam ilmu nahwu dibangun atas asas-asas berikut:
1.
Menjadikan al-Quran
sebagai sumber pertama serta asas dalam membangun kaidah nahwu, dan mentashih
uslub-uslub bahasa Arab.
2.
Bersandar pada
sebagian qiraat untuk membangun sebagian kaidah nahwu.
3.
Berdalil dengan
hadits-hadits Nabi Saw. yang mulia.
4.
Berdalil dengan
syair-syair Arab. Catatan: di kalangan spesialis nahwu ada beberapa syair yang tidak bisa dijadikan hujjah. Adapun Ibnu
Hisyam terkadang membawakan beberapa syair semacam ini untuk menjelaskan
kekeliruan struktur kebahasaan dalam syair tersebut.
5.
Beliau tidak terikat
dengan madzhab nahwu tertentu. Dalam bidang nahwu dikenal madzhab besar;
Bashrah dan Kuffah, serta ada beberapa madzhab lainnya. Secara umum beliau
banyak bersandar pada madzhab Bashrah, hanya saja beliau juga mengambil madzhab
Kuffah, atau bahkan madzhab-madzhab lainnya manakala beliau memandang
dalil-dalil mereka lebih kuat dari dalil-dalil ulama-ulama madzhab Bashrah.
Karya-karya Ibnu Hisyam
Beliau menulis
sekitar 50-an kitab. Sebagian hanya dikenal namanya karena hilang dalam proses
peradaban sehingga tidak sampai ke tangan kita, sebagiannya lagi masih eksis
dan sudah diterbitkan. Karya-karya beliau diantaranya adalah:
1.
Al-I’rab ‘an
Qawa’id al-I’rab
2.
Qathr an-Nada
wa Ball ash-Shada
3.
Iqamat ad-Dalil
‘ala Shihat at-Tamtsil wa Fasadi Ta-wil
4.
Audhah al-Masalik
ila Alfiyah Ibni Malik
5.
Risalah fi
Ahkam Lau wa Hatta
6.
Kifayah Ta’rif
fi ‘Ilm at-Tashrif
7.
Al-Kawakib ad-Durriyyah
8.
Masa-il fi I’rab
al-Quran
9.
Syarh Qathr an-Nada
wa Ball ash-Shada
10. Dan lain-lain.
Wafatnya
Ibnu Hisyam al-Anshari
wafat pada hari Kamis malam Jum’at pada bulan Dzul Qa’dah tahun 761 H/1360 M.
Beliau dikebumikan setelah shalat Jum’at di pemakaman ash-Shufiyyah di luar Bab an-Nashr, Kairo.
Sya’roni As-Samfuriy, Cilangkap Jaktim 13 Maret 2014
0 komentar:
Posting Komentar