Halaman

Kamis, 13 Maret 2014

AL-IMAM JAMALUDDIN BIN HISYAM AL-ANSHARI, IMAM AHLI NAHWU



Qathrun Nada; Mengenal Para Pakar Nahwu Karya Al-Imam Jamaluddin bin Hisyam Al-Anshari


Nuhhat, para pakar atau ahli ilmu nahwu dalam sejarah peradaban Islam bermunculan yang intens dan menghasilkan banyak referensi dalam bidang nahwu, sharaf dan ragam cabang ilmu bahasa Arab lainnya. Kitab Qathr an-Nada wa Ball ash-Shada adalah salah satu referensi yang cukup terkenal mengenalkan para nuhhat itu. Kitab ini karya al-Imam Jamaluddin bin Hisyam al-Anshari. Berikut ini adalah biografi al-Imam Jamaluddin bin Hisyam al-Anshari disarikan dari tulisan DR. Emil Badi’ Ya'qub, editor kitab Syarh Qathr an-Nada wa Ball ash-Shada.

Nama dan Nasabnya

Beliau adalah al-Imam al-Allamah Abdullah bin Yusuf bin Ahmad bin Abdullah bin Hisyam al-Anshari al-Mishri al-Khazraji asy-Syafi’i al-Hanbali. Bergelar “Jamaluddin”, kunyahnya adalah Abu Muhammad, dan Muhammad ini adalah anaknya yang paling besar.

Kelahiran dan Pertumbuhannya

Ibnu Hisyam dilahirkan di Kairo pada bulan Dzul Qa’dah tahun 708 H/1306 M, dan tumbuh di sana. Beliau mempelajari banyak ilmu pada masanya berupa nahwu, sharaf, fiqh, qiraat, tafsir, adab dan lughat di hadapan para masyaikh pada zamannya dengan penuh kesabaran. Beliau bersyair:

و من يصطبر للعلم يظفر بنيله # و من يخطب الحسناء يصبر على البذل
و من لم يذل النفس في طلب العلى # يسيرا يعش دهرا طويلا اخا ذل

“Siapapun yang bersabar dalam menuntut ilmu, ia akan menggapai pencapaian. Siapapun yang ingin meminang kebaikan, hendaklah bersabar dalam pengorbanan.
Siapapun yang tidak menundukkan nafsunya dalam menggapai sesuatu yang mulia, maka ia akan hidup lama sebagai orang yang hina.”

Setelah beliau mendalami ilmu-ilmu ini kemudian beliau mengajar. Beliau mengajarkan ilmu bahasa Arab di Mesir dan Mekkah. Awalnya beliau bermadzhab Syafi’i, kemudian 5 tahun sebelum wafatnya beliau beralih ke madzhab Hanbali.

Sifat dan Keilmuannya

Ibnu Hisyam menonjol dengan dikaruniai kecerdasan yang luar biasa dan hafalan yang kuat. Beliau sanggup melampaui kawan-kawannya pada banyak ilmu, seperti nahwu, fiqh, adab, tafsir dan lughat, bahkan beliau melampaui para syaikh pada masanya itu. Beliau menghafal Mukhtashar al-Kharaqi dalam tempo kurang dari 4 bulan.

Adapun dalam aspek ilmu bahasa Arab, Ibnu Hisyam adalah seorang sastrawan, hanya saja beliau banyak berbeda dengan Abu Hayyan, salah seorang ahli nahwu pada masanya.

Dalam segi akhlaq, beliau dikenal tawadhu’, berbakti, penyayang, santun dan halus budi bahasanya, menjaga diri, bagus perjalanan hidupnya, istiqamah dan sabar dalam menuntut ilmu.

Para Guru dan Muridnya

Ibnu Hisyam belajar kepada para ulama pada masanya dalam ilmu bahasa Arab, fiqh, hadits, tafsir dan qiraat. Diantara guru-gurunya adalah:
1.      Syaikh Syihabuddin Abdul Lathif bin al-Murahhal, kunyahnya adalah Abu Faraj (Ibnu Hisyam melaziminya dalam ilmu nahwu).
2.      Syaikh Syamsuddin Muhammad bin Muhammad bin Numair, yang dikenal dengan Ibnu as-Siraj (Ibnu Hisyam belajar ilmu qiraah darinya).
3.      Syaikh Tajuddin Ali bin Abdullah at-Tibrizi.
4.      Syaikh Tajuddin Umar bin Ali al-Fakihani. (Ibnu Hisyam mempelajari syarah al-Isyarah darinya, satu kitab yang membahas ilmu nahwu).
5.      Imam Ibnu Jama’ah, salah seorang ahli hadits pada masanya. (Ibnu Hisyam belajar ilmu hadits darinya).
6.      Imam Abu Hayyan an-Nahwi, seorang ahli nahwu yang unggul pada masanya.

Adapun murid-murid Ibnu Hisyam diantaranya adalah:
1.      Muhibbuddin Muhammad, putra Ibnu Hisyam.
2.      Syaikh Jamaluddin Ibrahim bin Muhammad al-Lakhami.
3.      Sirajudin Umar bin Ali.
4.      Ibrahim bin Muhammad an-Nahwi.

Ibnu Hisyam memiliki banyak murid, hanya saja kebanyakan dari mereka tidak dikenal dalam sejarah.

Madzhab Ibnu Hisyam

Ibnu Hisyam adalah seorang yang alim dan wara’. Beliau tidak tercela aqidahnya, agamanya dan suluknya. Dahulu beliau bermadzhab Syafi’i, kemudian beralih ke madzhab Hanbali. Ada yang berpendapat lain, seperti Syaikh Yusuf bin Taghri Bardi: “Ibnu Hisyam pada awalnya seorang Hanafi, kemudian beralih menjadi Hanbali.”

Statement Para Ulama Tentang Ibnu Hisyam

Imam as-Subki berkata: “Ibnu Hisyam adalah ahli nahwu zamannya.” Sedangkan Syaikh ad-Damamini berkata kepada putra Ibnu Hisyam: “Andai saja Imam Sibawaih masih hidup, pastilah ia akan berguru kepada ayahmu dan membaca kepadanya.”

Ibnu Khaldun berkata: “Kami di Negeri Maroko, senantiasa mendengar kabar bahwa di Mesir ada seseorang bernama Ibnu Hisyam yang alim dalam ilmu bahasa Arab, yang lebih pakar dalam bidang nahwu melebihi Imam Sibawaih.”

Metodologinya dalam Bidang Nahwu

Para pakar yang meneliti kitab-kitab karya Ibnu Hisyam mendapati bahwa manhaj/metodologinya dalam ilmu nahwu dibangun atas asas-asas berikut:
1.      Menjadikan al-Quran sebagai sumber pertama serta asas dalam membangun kaidah nahwu, dan mentashih uslub-uslub bahasa Arab.
2.      Bersandar pada sebagian qiraat untuk membangun sebagian kaidah nahwu.
3.      Berdalil dengan hadits-hadits Nabi Saw. yang mulia.
4.      Berdalil dengan syair-syair Arab. Catatan: di kalangan spesialis nahwu ada beberapa syair  yang tidak bisa dijadikan hujjah. Adapun Ibnu Hisyam terkadang membawakan beberapa syair semacam ini untuk menjelaskan kekeliruan struktur kebahasaan dalam syair tersebut.
5.      Beliau tidak terikat dengan madzhab nahwu tertentu. Dalam bidang nahwu dikenal madzhab besar; Bashrah dan Kuffah, serta ada beberapa madzhab lainnya. Secara umum beliau banyak bersandar pada madzhab Bashrah, hanya saja beliau juga mengambil madzhab Kuffah, atau bahkan madzhab-madzhab lainnya manakala beliau memandang dalil-dalil mereka lebih kuat dari dalil-dalil ulama-ulama madzhab Bashrah.

Karya-karya Ibnu Hisyam

Beliau menulis sekitar 50-an kitab. Sebagian hanya dikenal namanya karena hilang dalam proses peradaban sehingga tidak sampai ke tangan kita, sebagiannya lagi masih eksis dan sudah diterbitkan. Karya-karya beliau diantaranya adalah:
1.      Al-I’rab ‘an Qawa’id al-I’rab
2.      Qathr an-Nada wa Ball ash-Shada
3.      Iqamat ad-Dalil ‘ala Shihat at-Tamtsil wa Fasadi Ta-wil
4.      Audhah al-Masalik ila Alfiyah Ibni Malik
5.      Risalah fi Ahkam Lau wa Hatta
6.      Kifayah Ta’rif fi ‘Ilm at-Tashrif
7.      Al-Kawakib ad-Durriyyah
8.      Masa-il fi I’rab al-Quran
9.      Syarh Qathr an-Nada wa Ball ash-Shada
10.  Dan lain-lain.

Wafatnya

Ibnu Hisyam al-Anshari wafat pada hari Kamis malam Jum’at pada bulan Dzul Qa’dah tahun 761 H/1360 M. Beliau dikebumikan setelah shalat Jum’at di pemakaman ash-Shufiyyah  di luar Bab an-Nashr, Kairo.

Sya’roni As-Samfuriy, Cilangkap Jaktim 13 Maret 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar