Tulisan ini
perlu kami sampaikan kepada khalayak umum. Sebuah koreksi dari Ustadz Antoe Djibrel
(Khadim Majelis Taklim Kwitang), yang mana di fp (fanpage) tertentu telah
memberitakan sejarah tentang “Dibongkarnya Makam Mufti Betawi”. Di fp itu disebutkan
bahwa saat makam Mufti Betawi itu dibongkar, jasad dan kain kafan Habib Utsman
masih utuh, bersih dan semerbak mewangi.
Maaf
sebelumnya saya ingin luruskan sejarah. Perluasan jalan di Jakarta, terjadi di zaman Gubernur Ali
Sadikin dan itu sebelumnya diminta pendapatnya kepada para ulama dan habaib.
Pada waktu itu banyak yang menentang dan pasang
badan di depan maqam sang Mufti Betawi yang kuburannya terkena perluasan jalan,
dan bukan hanya makam Mufti Betawi saja, banyak juga maqam auliya dan ulama yang
terkena perluasan jalan.
Karna
banyak yang menentang akhirnya diputuskan bernegoisasi antara Gubernur dan para
habaib, diantaranya al-Habib Muhammad bin Ali al-Habsyi Kwitang dan beberapa
para pembesar ulama pada waktu itu.
Pada
akhirnya disepakati, seluruh makam yang ada dipindahkan dan itu termasuk makam al-Habib
Utsman bin Yahya Mufti Betawi. Namun pihak keluarga memutuskan memindahkan sendiri dan
itu dilakukan di malam hari sebelum hari pembongkaran. Pada waktu dipindahkan
oleh keluarga yang dipimpin oleh al-Habib Umar bin Utsman Banahsan dan keluarga
besarnya serta al-Habib Utsman bin Alwi bin Utsman bin Yahya dan keluarga Habib
Utsman lainnya.
Saat
makam beliau digali, keluarlah bau yang wangi dan itu tidak umum, sampai pada
dingding ari-arinya pun masih utuh. Namun setelah dinding ari-arinya dibuka
yang nampak hanya bau wangi, tanah yang bersih dan jasadnya tidak ada serta tidak
ada bekasnya termasuk kafannya pun tidak ada. Lalu pihak keluarganya pun memutuskan
tanah yang sekitar dinding ari-ari dikeruk dan itu yang dipindahkan di Sawah Barat
Pondok Bambu.
Banyak
para wali waktu itu mengatakan bahwa Habib Utsman bin Yahya pindah sendiri, dan
KH. Zaini Abdul Ghani (Guru Ijai) dari Martapura Kalimantan mengatakan bahwa
Habib Utsman jasadnya pindah dengan sendirinya di Sawah Barat.
Dan
sekarang saksi-saksi sejarah tentang itu hanya tinggal beberapa saja. Peristiwa
itu sudah menjadi rahasia umum di kalangan para orang tua terdahulu, dan peristiwa
tersebut bisa dikonfirmasikan kepada pihak keluarga Habib Utsman bin Yahya. Demikian yang dapat kami utarakan dan semoga menjadi bahan
revisi.
Sya’roni
As-Samfuriy, Cipayung 03 Nopember 2013
Salam. Saya kira ada hal kesalahan keterangan yg cukup prinsip. Kuburan wakaf Tanabang bukan dibongkar untk perluasan jalan. Tetapi diambil alih oleh Pemuda DKI kala itu yg Gubernurnya Ali Sajikan. Tdk ada yg namanya Ali Sajikan beruntung dng Ulama. Yg ada justru perlawanan baik secara Dakwah maupun fisik dilarang. Tapi yahh yg menang tentu saja Pemda
BalasHapusMaksudnya..? Siapa ali sajikan..? Gubernur DKI gak ada nama ali sajikan
BalasHapus