PANUTAN KITA
Sekilas Profil
Syekh KH. Sholeh Basalamah
Ustadz Sholeh Basalamah
lahir di Jatibarang, Brebes, Jawa Tengah 14 juli 1959 M. Putra kedua dari Syekh
Muhammad Basalamah, sejak kecil dibimbing langsung oleh kakeknya, ulama
kharismatik Syekh Ali bin Ahmad Basalamah.
Pengalaman belajar
yang beliau miliki sungguh tidak diragukan lagi, setelah lulus SLTP di
Jatibarang, beliau melanjutkan pendidikan di YAPI Bangil, Pasuruan, Jawa Timur.
Setelah itu beliau menjadi santri salah satu ulama terkemuka di dunia yaitu
Prof. DR.as-Sayyid Muhammad bin Alwiy al-Maliki al-Hasani Mekkah, yang
dimulai pada tahun 1978 sampai 1986. Pada tahun 1994 beliau mengikuti “Tadribuddu’at
al-Alamiyyah”, Training Dakwah Islam Internasional, di Universias al-Azhar Kairo Mesir. Pada tahun 2007 dan 2009 mengikuti Seminar Internasional tentang Tasawwuf
dan Thariqah atas undangan Raja Muhammad as-Sadis dari Maroko.
Selain dakwahnya yang lemah lembut beliau juga dikenal sebagai penulis yang sangat
produktif, ketika kami kami wawancarai keproduktifan beliau tentang dunia
tulis menulis, dengan senyuman yang khas beliau menjawab bahwa itu hanya
sekedar hobi. Sungguh sangat jarang sekali ada hobi yang bermanfaat bagi orang
banyak seperti hobi yang dimiliki oleh Ustadz Sholeh Basalamah. Diantara hasil
tulisan beliau yang telah diterbitkan adalah:
1.
Tabungan Hari Akhirat (koleksi Hadits-hadits
Amal)
2.
Pengantar Ilmu al-Quran
3.
Jurus-jurus Kehidupan (Pesan-pesan Moral)
4.
Detik-detik Penting Kehidupan Rasullulah Saw.
5.
Keampuhan Ayat-ayat Allah
6.
Keistimewaan Hari Jum’at
7.
Sebaiknya Anda Tahu
Syekh Sholeh Basalamah adalah pengasuh Pondok
Pesantren Darussalam. Pesantren yang beralamatkan di Desa Jatibarang Kidul Kecamatan
Jatibarang Kabupaten Brebes Provinsi Jawa Tengah.
Beliau merupakan pemuka tokoh ulama thoriqoh. Beliau
mewari silsilah thoriqoh Tijaniyah dari ayah dan kakeknya.
Sekarang beliau disamping aktif sebagai Muqoddam/Mursyid
Tijaniyah juga aktif sebagai Syuriyah PCNU Kabupaten Brebes. Diantara yang
mengenal dekat dengan beliau adalah Maulana al-Habib M. Luthfi bin Yahya
Pekalongan. Dulu Maulana al-Habib M. Lutfi bin Yahya lama berguru kepada kakek
beliau yaitu Syekh Ali Basalamah.
Basalamah itu marga Arab dari Hadhramaut tapi
bukan Habaib. Kebanyakan saat ini marga Basalamah di Indonesia berfaham al-Irsyad.
Maka keluarga besar KH. Sholeh Basalamah termasuk diantara marga Basalamah yang
tersisa atau langka yang tetap mengikuti faham para leluhurnya yaitu Aswaja ala
Nahdlatul Ulama.
Sekilas Tentang Pondok Pesantren Darussalam
Setiap kota memiliki ciri khas tersendiri,begitu juga kota kecil di
wilayah kabupaten Brebes tepatnya di Jatibarang. kota yang memiliki
history yang sangat kental dengan peninggalan Belanda. Di pusat kota, berdiri
kokoh bangunan-bangunan tua di area pabrik gula yang sudah beroperasi sejak
zaman penjajahan dan hingga kini masih eksis peroperasi mengahasilkan gula guna
memenuhi kebutuhan masyarakat. Tak hanya itu, kota ini juga
mencetak ulama dan pribadi-pribadi paripuna melalui perjuangan para ulama
dengan dakwahnya dan yang terbesar diantara semua adalah pondok pesantren
Darussalam di bawah asuhan KH. Sholeh Muhammad Basalamah.
Syekh Sholeh
Muhammad Basalamah, nama ini sungguh tidak asing lagi bagi masyarakat Brebes,
melalui perjuangan yang sangat melelahkan, beliau mendirikan sebuah yayasan Pendidikan
Islam Darussalam pada tahun 1988, seperti pendidikan islam kebanyakan, madrasah
ini dimulai dengan santri yang sedikit, tapi hal itu tidak pernah menyurutkan
semangat dan tekad Ustadz Sholeh untuk tetap berkhidmat kepada agama melalui
madrasah tersebut.
Berselang kurang lebih 11
tahun madrasah ini menjadi sebuah pondok pesantren yang besar yang
kemudian diberi nama Pondok Pesantren Darussalam, tepatnya pada tahun 1999
beliau yang akrab disapa Abuya oleh para santrinya, mulai menerima santri yang
ingin tinggal di Pondok Pesantren Darussalam, yang sebelumnya mereka tinggal di
rumah mereka masing-masing, layaknya perkembangan jaman, Pondok ini terus
berkembang. Baik secara
kualitas maupun kuantitas.
Jika kiita melihat rutinitas yang terdapat di
Ponpes Darussalam sungguh sangat berbeda dengan pondok-pondok lainnya,
kebanyakan pondok-pondok di Indonesia selalu memperhatikan kuantitas
santrinya, tapi tidak dengan Ponpes Darussalam, setiap tahunnya pondok
hanya menerima 20-30 santri baru yang kebanyakan dari mereka sudah
menyelesaikan pendidikan SMA/MA sederajat, hal ini dilakukan karena beberapa alasan, diantaranya beliau ingin mengenal lebih dekat para santrinya, selain itu pula Ustadz Sholeh memerintahkan
para santri untuk memanggil dirinya dengan sebutan Abuya yang artinta bapakku, karena beliau
beranggapan dengan panggilan Abuya akan menjadikan santri lebih takdzim dan lebih dekat kepada beliau,
Ponpes Darussalam
mendidik para santrinya dengan cara menerapkan tarbiyyatus salaf, yang dikolaborasiakan dengan kurikulum yang diadopsi dari pembelajaran
di Timur Tengah, seperti kebanyakan pondok salaf yang lain, pondok ini
juga tidak menyertakan pedidikan formal, seperti SD bahkan sampai Perguruan
Tinggi, akan tetapi ijazah yang dikeluarkan bisa digunakan untuk mendaftar ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi, baik di Indonesia bahkan di Timur
Tengah.
Jenjang pendidikan yang
ada di pondok ini di mulai dari ibtida, tsanawiy, dan aliyah. Untuk kegiatan
sehari-hari, santri wajib bangun dimulai dari jam tiga untuk melaksanakan
shalat Tahajjud bersama, dilanjutkan dengan shalat Shubuh berjamaah dan membaca
awrad (wirid-wirid), setelah melaksanakan shalat. Semua santri mengikuti
Kuliah Shubuh dengan sistem halaqoh sesuai dengan kelasnya masing-masing. Setelah
itu para santri beristirahat untuk mandi, sarapan pagi dan mempersiapkan diri
untuk masuk ke kelasnya masing-masing. Sebelum memasuki kelas mereka
masing-masing, para santri diwajibkan untuk melaksanakan shalat Dhuha, kemudian
kegiatan dilanjutkan dengan belajar mengajar yang dilaksanakan sampai pukul
13.00 WIB, dan dilanjutkan dengan shalat Dzuhur berjamaah. Untuk menyelingi
kepenatan belajar para santri diberikan waktu berolah raga setelah mereka
melaksanakan sholat Ashar berjamaah dan pembacaan surat al-Waqi’ah. Seusai sholat Maghrib berjamaah,
para santri melanjutkan pembelajaran yang sistemnya sama dengan pembelajaran di
pagi hari yaitu halaqoh yang disesuaikan dengan kelasnya masing-masing. Setiap malam
Rabu para santri dikumpulkan untuk mendengar taui’yah atau sejenis
diklat dari pengasuh pondok, kemudian pada malam Kamis para santri
melakukan tamrinan khitobah (latihan khutbah) yang bertujuan untuk
membiasakan diri mereka sebelum terjun ke masyarakat. Pada malam Jum’at digunakan untuk pembacaan Maulid Nabi Saw.
Selain kesibukan mengurus pondok pesantren, beliau juga memiliki kesibukan lain,diantaranya beliau
mengisi pengajian di beberapa kabupaten di Jawa Tengah dan Jawa Barat seperti
Indramayu, Pemalang,
Brebes, Tegal dan Pekalongan, bahkan sesekali beliau diundang untuk mengisi pengajian di luar pulau Jawa,
seperti Sumatra dan sekitarnya. Bahkan dengan
adanya pengajian ini memberikan bantuan yang sangat besar buat operasional pondok, karena sebagian besar pemasukan pondok ini didapat dari pengajian rutin tersebut, yang diambil dari swadaya
para simpatisan jamaah pengajian tersebut dengan cara menyumbang sebesar Rp. 1.000 di setiap
pengajian. Bukan dari situ saja, pemasukan pondok ini juga didapat dari koperasi dan
tempat cukur ber-AC yang sengaja
didirikan untuk membantu biaya operasional pondok.
Setiap pondok pesantren pasti memiliki visi dan misi, begitu juga halnya dengan
Pondok Pesantren Darussalam. Visi dan misi Pondok Pesantren Darussalam ialah
menjadikan seluruh santrinya bisa merangkul semua aliran dan juga bisa
mengimankan orang islam dan mengislamkan orang yang beriman, tutur Syekh Sholeh Basalamah.
Sya’roni as-Samfuriy 10 Dzul Hijah 1433 H
Disadur dari berbagai sumber.
0 komentar:
Posting Komentar