Latest Post

Tampilkan postingan dengan label Irsyadul Ibad. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Irsyadul Ibad. Tampilkan semua postingan

Dzikir Fida’ atau Fidaan (Dzikir Tebusan)

Written By MuslimMN on Rabu, 03 September 2014 | 10.51





Fidaan berasal dari kata fida’ (الفداء) yang berarti tebusan. Banyak juga yang menyebutnya Dzikir Fida’. Jika ditelusuri, dzikir fida’ ini bermacam-macam, diantaranya: membaca kalimat tahlil sebanyak 70.000 atau 71.000, membaca surat Ikhlas sebanyak 1.000 atau 100.000, dan lain sebagainya. Secara garis besar, Dzikir Fida’ terbagi atas 2 macam: Shugra dengan membaca kalimat Tahlil (La Ilaha Illallah) sebanyak 70.000 kali, dan Kubra dengan membaca surat al-Ikhlas sebanyak 100.000 kali.

Dzikir Fida’ bisa dilaksanakan untuk sendiri atau orang lain, dan dapat dilaksanakan dalam satu majelis atau dicicil. Adapun dasar amaliah ini diterangkan dalam banyak kitab, diantaranya:

1.      Tafsir ash-Shawi juz 4 halaman 498, karya Syaikh Ahmad Shawi al-Maliki:

ومنها: اَنَّ مَنْ قَرَأَهَا مِائَةَ أَلْفِ مَرَّةٍ فَقَدِ اشْتَرَى نَفْسَهُ مِنَ اللهِ, وَنَادَى مُنَادٍ مِنْ قِبَلِ اللهِ تَعَالَى فِىْ سَمَوَاتِهِ وَفىِ أَرْضِهِ: اَلاَ إِنَّ فُلاَناً عَتِيْقُ اللهِ, فَمَنْ كَانَ لَهُ قَبْلَهُ بِضَاعَةً فَلْيَأْخُذْهَا مِنَ اللهِ غَزَّ وَجَلَّ, فَهِيَ عَتَاقَةٌ مِنَ النَّارِ لَكِنْ بِشَرْطِ اَنْ لاَ يَكُوْنَ عَلَيْهِ حُقُوْقٌ لِلْعِبَادِ أَصْلاً, اَوْ عَلَيْهِ وَهُوَ عَاجِزٌ عَنْ أَدَائِهَا.

Sebagian dari keutamaan surat al-Ikhlas: Sesungguhnya orang yang membacanya 100.000 kali berarti dia telah membeli dirinya sendiri dari Allah Swt. Dan malaikat akan menyerukan di langit dan di bumi: “Ketahuilah, sesungguhnya si fulan adalah hamba yang dimerdekakan oleh Allah. Siapa saja yang mempunyai hak yang ditanggung fulan maka mintalah dari Allah.” Surat al-Ikhlas itu akan memerdekakan orang yang membacanya dari neraka, tetapi dengan syarat tidak mempunyai tanggungan pada orang lain, atau punya tanggungan tapi tidak mampu membayarnya.

2.      Khazinat al-Asrar halaman 157, 159 dan 188, karya as-Sayyid Muhammad Haqqi an-Nazili:

وَأَخْرَجَ مُسْلِمٌ وَغَيْرُهُ وَفِي رِوَايَةٍ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ قَرَأَ سُوْرَةَ اْلاِخْلاَصِ بِإِخْلاَصٍ حَرّمَ اللهُ جَسَدَهُ عَلَى النّارِ اهـ.

Imam Muslim dan lainnya meriwayatkan bahwa dalam sebuah riwayat, Rasulullah Saw. bersabda: “Barangsiapa membaca surat al-Ikhlas dengan hati yang ikhlas, Allah mengharamkan jasadnya dari api neraka.”

وَيقولُ الفَقِيْرُ أَعْتَقَهُ اللهُ مِنَ السَّعِيْرِ اِنِّي رَأَيْتُ شَيْخًا فىِ المَسْجِدِ الْحَرَامِ فىِ رَمَضَانَ سَنَةَ اِثنَتَيْنِ وَسِتِّيْنَ وَمِائَتَيْنِ وَاَلْفٍ يَقْرَأُ سُوْرَةَ اْلاِخْلاَصِ عِنْدَ بَابِ الدَّاوُدِيَةِ لَيْلاً وَنَهَارً كُلَّ رَمَضَانَ فَقَبَّلْتُ يَدَهُ فَقُلْتُ يَا سَيِّدِى وَمَوْلاَيَ اِنِّىْ اَرَاكَ كُلَّ يَوْمٍ تَقْرَأُ قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ أَخْبِرْنِىْ عَنْ فَوَائِدِهِ وَأَسْرَارِهِ فَقَالَ أَعْتَقْتُ رَقَبَتىِ مِنَ النَّارِ يَا وَلَدِىْ وَشَارَ بِيَدِهِ اِلىَ عُنُقِهِ فَقُلْتُ أَجِزْنِيْهَا فَأَجَازَنِىْ وَأَذِنَ لِىْ وَدَعَا لِىْ بِالْبَرَكَةِ فِيْهِ وَفَّقَنِيَ اللهُ وَاِيَّاكُمْ لِقِرَائَتِهَا اَلْفَ مَرَّةٍ وَبِهَا اْلاِجَازَةُ لِمَنْ قَرَأَهَا بِالخَطِّ وَالكِتَابَةِ بَارَكَ اللهُ لَناَ وَلَكُمْ وَفَتَحَ عَلَيْنَا وَعَلَيْكُمْ جَعَلَنِيَ اللهُ وَاِيَّاكُمْ مِنَ اْلمُخْلِصِيْنَ بِحُرْمَةِ اْلاِخْلاَصِ.

Penyusun kitab berkata (semoga Allah memerdekakannya dari neraka Sa’ir): “Saya melihat seorang syaikh di Masjidil Haram pada bulan Ramadhan tahun 1.261 H sedang membaca surat al-Ikhlas di sebelah pintu Daudiyyah setiap malam dan harinya selama Ramadhan. Kemudian aku mengecup tangannya dan meminta: “Wahai Tuanku, aku melihatmu setiap hari membaca surat Ikhlas, beritahukanlah padaku tentang faedah dan rahasianya.”

Kemudian dia menjawab: “Aku ingin memerdekakan jasadku dari neraka wahai anakku”, sembari dia mengangkat tangan ke lehernya.

Aku berkata: “Berilah aku ijazah.”

Kemudian beliau mengijazahiku dan memberi izin padaku serta mendoakan barakah. Semoga Allah memberimu pertolongan untuk bisa membacanya sebanyak 1.000 kali. Ini merupakan ijazah melalui tulisan bagi orang yang mau membacanya. Semoga Allah memberi barakah pada kita dan membukakan rahmatNya. Mudah-mudahan Allah menjadikan kita termasuk golongan orang-orang yang selamat sebab kemuliaan surat al-Ikhlas.

وَاَيْضًا قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ قَالَ لاَاِلهَ اِلاَّ اللهُ أَحَدًا وَسَبْعِيْنَ اَلْفًا اِشْتَرَى بِهِ نَفْسَهُ مِنَ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ رَوَاهُ اَبُوْ سَعِيْدٍ وَ عَائِشَةٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا وَكَذَا لَوْ فَعَلَهُ لِغَيْرِهِ أَقُوْلُ وَلَعَلَّ هَذَا الْحَدِيْثَ مُسْتَنَدُ السَّادَةِ الصُّوْفِيَّةِ فىِ تَسْمِيَّةِ الذِّكْرِ كَلِمَةَ التَّوْحِيْدِ بِهَذَا اْلعَدَدِ عَتَاقَةً جَلاَلِيَّةً وَاشْتَهَرَتْ فىِ ذَلِكَ حِكَايَةٌ ذَكَرَهَا الشَّيْخُ اْلاَكْبَرُ عَنِ اْلاِمَامِ أَبِي اْلعَبَّاسِ اْلقُطْبِ اْلقَسْطَلاَنِى نَقْلاً عَنِ الشَّيْخِ أَبِي الرَّبِيْعِ الْمَالِكِى دَالَّةً عَلىَ صِدْقِ هَذَا الْخَبَرِ بِطَرِيْقِ اْلكَشْفِ اهـ.

Rasulullah Saw. bersabda: “Barangsiapa membaca kalimat ‘La Ilaha Illallah’ sebanyak 71.000 maka berarti dia telah membeli dirinya sendiri dari Allah Swt.” (Riwayat Abu Sa’id dan Aisyah Ra.). Begitu juga kalau dia melakukan untuk orang lain. Hadits ini adalah sebagai sandaran dasar para ulama sufi untuk menamakan dzikir dengan kalimat tauhid dengan jumlah hitungan tersebut dengan nama ‘Ataqah Jalaliyyah. Cerita tentang kebenaran dzikir ini sudah sangat masyhur, diantaranya yang dituturkan oleh asy-Syaikh al-Akbar dari Imam Abi al-Abbas al-Quthbi al-Qasthalani dari Syaikh Abi Rabi’ al-Maliki untuk menunjukkan kebenaran hadits ini dengan cara mukasyafah.

وَقَدْ نَقَلَهَا أَبُوْ سَعِيْدِ الْخَادِمِى فِى الْبَرِيْقَةِ شَرْحِ الطَّرِيْقَةِ الْمُحَمَدِيَّةِ وَغَيْرُهُ مِنَ الثِّقَاةِ اْلاِثْبَاتِ عَلىَ اَنَّ الْحَدِيْثَ الضَّعِيْفَ يُعْمَلُ بِهِ فِيْ فَضَائِلِ اْلاَعْمَالِ , لاَ سِيَّمَا وَهُوَ مُخَالِفٌ لِلْقِيَاسِ.

Demikian itu juga dikutip oleh Abu Sa’id al-Khadimi dari para wali itsbat yang terpercaya yang disebut dalam kitab al-Bariqah Syarh ath-Thariqat al-Muhamadiyyah dan lainnya, bahwa hadits dhaif boleh diamalkan dalam hal fadhailul ‘amal (keutamaan amal) meskipun tidak sesuai dengan qiyas.

3.      Irsyad al-‘Ibad halaman 4, karya Syaikh Zainuddin Abdul Aziz al-Malibari:

وَحُكِىَ اَيْضًا فِيْهِ عَنِ الشَّيْخِ أَبِي يَزِيْدَ الْقُرْطُبِى قَالَ سَمِعْتُ فِى بَعْضِ اْلأَثاَرِ أَنَّ مَنْ قَالَ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ سَبْعِيْنَ اَلْفَ مَرَّةٍ كَانَتْ لَهُ فِدَآءً مِنَ النَّارِ.

Dikisahkan dari Syaikh Abi Yazid al-Qurthubi: “Saya mendengar dari sebagian atsar (perkataan sahabat): “Barangsiapa mengucapkan kalimat ‘La Ilaha Illallah’ sebanyak 70.000 kali, maka kalimat tersebut menjadi tebusan baginya dari api neraka.”

KHUSYUKNYA SAYYIDINA ALI RA. HINGGA DIBEDAH SAAT SHALAT TIDAK TERASA

Written By MuslimMN on Rabu, 26 Februari 2014 | 05.27





وروي عن عليّ بن أبي طالب رضي الله عنه: أنه في بعض الحروب الجهادية أصيب بسهم ثم جذب السهم من عضوه الشريف، وبقي النصل فيه فقالوا: إذا لم يجرح العضو لا يمكن استخراج النصل منه، ونخاف من إيذاء أمير المؤمنين وقطع عضوه؛ فقال رضي الله عنه: إذا اشتغلت بالصلاة فاستخرجوه، فافتتح الصلاة وهم قطعوا أم جرحوا العضو، واستخرجوا النصل وهو رضي الله عنه لم يتغير في صلاته، فلما فرغ قال: لم لم تستخرجوه؟ فقالوا: قد استخرجناه

Diriwayatkan dari Sayyidina Ali bin Abi Thalib Ra. bahwa tatkala dalam suatu peperangan, beliau terkena panah pada salah satu anggota tubuhnya. Lalu panah itu berusaha dicabut namun anak panahnya masih tertinggal di dalam bagian tubuhnya. Para sahabat mengusulkan jika hendak mengelurkan anak panah itu dari tubuh beliau maka sebagian tubuhnya harus dibedah. Jika tidak maka anak panah itu tidak bisa diambil.

Akhirnya Sayyidina Ali bin Abi Thalib Ra. berkata: “Bila aku tengah menjalankan shalat maka keluarkanlah anak panahnya.”

Kemudian Sayyidana Ali shalat dan para sahabat pun segera membedah anggota tubuhnya untuk mengeluarkan anak panah itu. Namun Sayyidina Ali bin Abi Thalib Ra. tidak bergerak sedikit pun dalam shalatnya (saat dibedah). Usai shalat bahkan Sayyidina Ali bertanya: “Mengapa kalian belum mengeluarkan anak panah itu?”

Para sahabat pun serentak menjawab: “Sungguh sudah kami keluarkan anak panahnya.” (Syaikh Zainuddin al-Malibari dalam Irsyad al-‘Ibad ila Sabil ar-Rasyad halaman 51).

https://www.facebook.com/syaroni.assamfury/posts/627952577255655

MENERAWANG REBO WEKASAN (RABU PUNGKASAN BULAN SHAFAR)

Written By MuslimMN on Minggu, 29 Desember 2013 | 21.04



A.    Kabar Ghaib

Bermula dari kabar ghaib sebagian orang-orang yang ma’rifat kepada Allah menyebutkan bahwa dalam setiap tahun akan turun 320.000 malapetaka. Semuanya terjadi pada Rabu terakhir bulan Shafar. Sehingga hari tersebut menjadi hari tersulit dalam hari-hari tahun itu. (Imam ad-Dairabiy dalam Na’t al-Bidayat wa Tausyifu Nihayat  halaman 195 atau lebih dikenal Mujarrabat ad-Dairabiy al-Kabir, Syaikh al-Buni dalam al-Firdaus, Syaikh Nawawi al-Bantani dalam Nihayat az-Zain halaman 63, Syaikh al-Kamil Faridudin dalam Jawahir al-Khamsi halaman 50-51, Syaikh Imam Hamid al-Quds mufti sekaligus Imam Masjidil Haram Mekah dalam kitabnya Kanz an-Najah wa as-Surur, dan beberapa ulama lainnya).

Ada dua kemungkinan sebab orang yang menolak kabar ghaib tersebut, karena tidak mempercayai karomah dan atau belum menemukan dasar dalilnya. Mengenai karomah, Ahlussunnah wal Jama’ah tidak menyangsikan lagi akan kebenaran dan keberadaannya pada hamba-hamba Allah yang terkasih (Auliya’). Namun bagi sebagian orang (tetangga sebelah) ada yang sama sekali menolak dan tidak mempercayainya. Padahal kalau kita ambil warning dari panutan utama mereka, yakni Ibnu Taimiyah, kita akan temukan beliau termasuk ulama yang sangat mempercayai adanya karamah:

ومن أصول أهل السنة : التصديق بكرامات الأولياء وما يجري الله على أيديهم من خوارق العادات في أنواع العلوم والمكاشفات

“Diantara prinsip Ahlussunnah adalah mempercayai karamah para wali dan apa yang dijalankan oleh Allah melalui tangan-tangan mereka berupa perkara yang menyalahi adat dalam berbagai macam ilmu pengetahuan dan mukasyafah.” (Al-‘Aqidah al-Wasithiyyah).

Adapun dari segi dasar dalilnya, Ibn Abbas Ra. Meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ: آخِرُ أَرْبِعَاءَ فِي الشَّهْرِ يَوْمُ نَحْسٍ مُسْتَمِرٍّ.

“Rabu terakhir dalam sebulan adalah hari terjadinya sial terus.” (HR. Waki’ dalam al-Ghurar, Ibn Mardawaih dalam at-Tafsir, al-Khathib al-Baghdadi, al-Hafidz Jalaluddin as-Suyuthi dalam al-Jami’ ash-Shaghir juz 1 halaman 4 dan al-Hafidz Ahmad bin ash-Shiddiq al-Ghumari dalam al-Mudawi li-‘Ilal al-Jami’ ash-Shaghir wa Syarhai al-Munawi juz 1 halaman 23).

Hadits di atas kedudukannya memang dha’if (lemah). Tetapi meskipun hadits tersebut lemah, posisinya tidak dalam menjelaskan suatu hukum, tetapi berkaitan dengan bab targhib dan tarhib (anjuran dan peringatan), yang disepakati otoritasnya di kalangan ahli hadits sejak generasi salaf.

B.     Shalat Rebo Wekasan

Setiap Rabu terakhir bulan Shafar, sebagian besar kaum Muslimin Nusantara melakukan shalat sunnah memohon kepada Allah Swt. agar dijauhkan dari berbagai malapetaka. Namun ada pula yang menentang amaliah shalat sunnah Rebo Wekasan tersebut dengan berlandaskan pada pernyataan Syaikh Zainuddin al-Malibari dalam kitab Irsyad al-‘Ibad yang mengatakan bahwa hal itu termasuk bid’ah madzmumah (tercela). Sebenarnya kalau kita mau telaah lagi, shalat sunnah Rebo Wekasan tidak bertentangan sama sekali dengan pernyataan Syaikh Zainuddin al-Malibari.

Akan tetapi, demi tidak memperpanjang pembahasan, sebagai jalan keluarnya bagi orang yang ingin melaksanakan shalat tersebut adalah sesuai dengan tuntunan Syaikh al-Kamil Fariduddin dalam kitab Jawahir al-Khamis. Beliau menyarankan hendaknya dalam shalat tersebut diniati melaksanakan shalat sunnah mutlak. Dimana shalat mutlak adalah shalat yang tidak dibatasi oleh waktu, sebab dan bilangannya.

Begitupula menurut KH. Bisyri Mustofa, beliau mengetengahkan solusi mendamaikan dua kutub yang bertentangan ini yakni niat shalatnya adalah niat shalat muthlaq. Hal ini juga berlaku dalam shalat-shalat lain yang tidak ada dalil al-Quran dan al-Hadits seperti shalat sunnah Anisul Qabri.

C.    Amaliah Rebo Wekasan

1.      Sholat Rebo Wekasan

Adalah shalat 4 rakaat yang dilaksanakan pada Rabu terakhir bulan Shafar yang bertujuan meminta kepada Allah agar diselamatkan dari malapetaka pada hari itu dan hari-hari selanjutnya sampai setahun yang akan datang. Shalat ini dilaksanaan setelah shalat Isya dan sebelum shalat Witir. Tatacara pelaksanaannya adalah:

Niat shalatnya adalah shalat sunnah mutlak, atau bisa dengan niat khusus berikut ini:

أُصَلِّى سُنَّةً لِيَوْمِ اْلأَ خِرِ مِنْ شَهْرِ الصَّفَرِ لِدَفْعِ اْلبَلاَء ِرَكْعَتَيْنِ لِلَّهِ تَعَالَى أَللهُ أَكْبَرْ

“Aku niat shalat sunnah hari terakhir bulan Shafar sebanyak dua rakaat agar dijauhkan dari malapetaka karena Allah Ta’ala.”

Setelah selesai membaca al-Fatihah pada tiap-tiap rakaat membaca surat al-Kautsar 17 kali, surat al-Ikhlas 5 kali dan surat al-Mu’awwidzatain 1 kali. Setelah salam membaca bacaan berikut ini masing-masing sebanyak 70 kali:

سُبْحَانَ اللهِ وَاْلحَمْدُ لِلَّهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ باِللهِ اْلعَلِيِّ اْلعَظِيْمِ
إِياَّكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ

Lalu membaca doa shalat sunnah Rebo Wekasan sebagai berikut:

أَللَّهُمَّ يَا شَدِيْدَ اْلقَوِىِّ وَيَاشَدِيْدَ اْلمِحَالِ يَا عَزِيْزُ ذَلَّلْتَ بِعِزَّتِكَ جَمِيْعَ خَلْقِكَ إِكْفِنِىْ مِنْ جَمِيْعِ خَلْقِكَ يَامُحْسِنُ يَا مُجَمِّلُ يَا مُتَفَضِّلُ يَا مُنْعِمُ يَا مُكْرِمُ يَا مَنْ لاَإِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ أَللَّهُمَّ بَسِّرْ اْلحَسَنَ وَأَخِيْهِ وَجَدِّهِ وَأَبِيْهِ إِكْفِنِىْ شَرَّ هَذَا اْليَوْمِ وَمَا يَنْزِلُ فِيْهِ يَا كَافِيَ الْمُهِمَّاتِ يَا دَافِعَ اْلبَلِيَاتِ فَسَيَكْفِيْكَهُمُ اللهُ وَهُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ وَحَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ اْلوَكِيْلُ وَلاَحَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلَّابِاللهِ اْلعَلِيِّ اْلعَظِيْمِ   اَللَّهُمَّ إِعْصِمْنَا مِنْ جَهْدِ اْلبَلاَءِ وَدَرْكِ الشَّقَاءِ وَسُوْءِ اْلقَضَاءِ وَشَمَاتَةِ اْلأَعْدَاءِ وَمَوْتِ اْلفُجْأَةِ وَمِنْ شَرِّ السَّامِ وَالْبَرْسَامِ وَالْحُمَى وَاْلبَرَصِ وَاْلجُذَامِ وَاْلأَسْقَامِ وَمِنْ جَمِيْعِ اْلأَمْرَاضِ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ وَصَلَّى اللهُ عَلَى َسِّيدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمْ .

Tata cara shalat Rebo Wekasan menurut fersi lain adalah pertama berniat shalat sunnah mutlak:

أُصَلِّى سُنَّةً مطلقة ركعتين مأموما / إماما لله تعالى الله أكبر

“Aku niat shalat sunah Mutlak dua rakaat menjadi makmum/imam karena Allah Ta’ala.”

Rakaat pertama setelah al-Fatihah membaca surat al-Falaq 10 kali. Pada rakaat kedua setelah al-Fatihah membaca surat an-Nas 10 kali. Setelah salam membaca:

أستغفر الله العظيم  x 10
اللهم صل على سيدنا محمد x 10

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Sayyidatuna Fathimah Ra. bahwa Nabi Saw. bersabda:

مَنْ صَلىَّ لَيْلَةَ اْلأَرْبِعَاءِ رَكْعَتَيْنِ يَقْرَاءُ فِى اْلأُوْلَى فَاتِحَةَ اْلكِتَابِ وَقُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ اْلفَلَقْ عَشْرَ مَرَّاتٍ وَفِى الثَّانِيَّةِ قُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ النَّاسِ عَشْرَ مَرَّاتٍ ثُمَّ إِذَا سَلَمَ أَسْتَغْفِرُ اللهَ عَشْرَمَرَّاتٍ ثُمَّ يُصَليِّ عَلَى مُحَمَّدٍ عَشْرَمَرَّاتٍ نَزَلَ مِنْ كُلِّ سَمَاءٍ سَبْعُوْنَ أَلْفَ مَلَكٍ يَكْتُبُوْنَ ثَوَابَهُ إِلَى يَوْمِ اْلقِيَامَةِ

Barangsiapa yang berkenan mengerjakan shalat 2 rakaat di malam Rabu, pada rakaaat pertama membaca surat al-Fatihah dan al-Falaq 10 kali dan pada rakaat kedua membaca al-Fatihah dan an-Nas 10 kali, kemudian setelah salam membaca istighfar 10 kali dan shalawat 10 kali maka 70 malaikat turun dari langit yang bertugas mencatatkan pahalanya sampai hari kiamat.”

Menurut sebagian ulama: “Balak atau malapetaka yang ditakdirkan oleh Allah Swt. akan terjadi selama satu tahun itu semuanya diturunkan dari Lauhul Mahfudz ke langit dunia pada malam Rabu terakhir bulan Shafar. Maka barangsiapa yang bersedia menulis 7 ayat di bawah ini kemudian dilebur dengan air lalu diminum, maka orang tersebut akan dijauhkan dari  malapetaka. Ayatnya adalah sebagai berikut :

سَلَامٌ قَوْلًا مِنْ رَبٍّ رَحِيمٍ , سَلَامٌ عَلَى نُوحٍ فِي الْعَالَمِينَ , سَلَامٌ عَلَى إِبْرَاهِيمَ , سَلَامٌ عَلَى مُوسَى وَهَارُونَ
سَلَامٌ عَلَى إِلْ يَاسِينَ , سَلَامٌ عَلَيْكُمْ طِبْتُمْ فَادْخُلُوهَا خَالِدِينَ , سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ.

Atau lazimnya ayat-ayat tersebut dikombinasikan dengan bentuk sesuai dengan yang ada pada gambar di atas.

Wallahu Al-Musta’an A’lam.

Sya’roni As-Samfuriy, Cilangkap Jaktim 2013


 
Meningkatkan Cinta Kita pada Sang Nabi
Copyright © 2011. PUSTAKA MUHIBBIN - Web Para Pecinta - All Rights Reserved
PROUDLY POWERED BY IT ASWAJA DEVELOPER
Themes by Maskolis.com | Published by Mas Template