Seorang
murid pernah bertanya kepada Syaikh Ali Jum’ah, Mufti Mesir: “Syaikh, dalam
buku Anda tertulis bahwa membaca shalawat adalah satu-satunya ibadah yang pasti
diterima oleh Allah. Apakah benar demikian? Mohon penjelasannya.”
Syaikh
Ali Jum’ah menjawab: “Ya benar, saya menulis demikian. Bershalawat Nabi adalah
amalan yang pasti diterima oleh Allah. Jika kamu bersedekah, dan kamu ingin dipuji,
maka sedekahmu sia-sia. Begitu pula jika kamu shalat karena ingin diperhatikan
manusia, shalatmu tanpa pahala. Tapi jika kamu bershalawat, walaupun kamu riya,
kamu tetap akan mendapatkan pahala, karena shalawat berhubungan dengan Nabi
Allah yang agung, yaitu Nabi Muhammad Saw.”
Shalawat,
Satu-satunya Ibadah yang Pasti Diterima
Dalam
kitab al-Fawaid al-Mukhtarah, Syaikh Abdul Wahab asy-Sya’roni
meriwayatkan bahwa Abul Mawahib Imam asy-Syadzili berkata:
رَأَيْتُ
سَيِّدَ الْعَالَمِيْنَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فَقُلْتُ يَا رَسُوْلَ اللهِ صَلاَةُ
اللهِ عَشْرًا لِمَنْ صَلَّى عَلَيْكَ مَرَّةً وَاحِدَةً هَلْ ذَلِكَ لِمَنْ حَاضَرَ
الْقَلْبَ؟ قَالَ لاَ، بَلْ هُوَ لِكُلِّ مُصَلٍّ عَلَيَّ وَلَوْ
غَافِلاً
“Aku
pernah bermimpi bertemu Baginda Nabi Muhammad Saw. Aku bertanya, “Ada hadits
yang menjelaskan sepuluh rahmat Allah diberikan bagi orang yang berkenan
membaca shalawat, apakah dengan syarat saat membaca harus dengan hati hadir dan
memahami artinya?” Nabi Saw. menjawab, “Bukan, bahkan itu diberikan bagi
siapa saja yang membaca shalawat meski tidak faham arti shalawat yang ia baca.”
Allah
Swt. memerintahkan para malaikatNya untuk senantiasa memohonkan doa kebaikan
dan ampunan bagi orang tersebut (yang membaca shalawat). Terlebih jika ia
membaca dengan hati yang hadir, pasti pahalanya sangat besar, hanya Allah yang
mengetahuinya. Bahkan, ada sebuah keterangan apabila kita berdoa tidak dimulai
dengan memuja Allah Swt., tanpa membaca shalawat, kita disebut sebagai orang
yang terburu-buru.
عن
فَصَالَةَ بن عُبَيدْ رضى الله عنهما قَالَ سَمِعَ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم
رَجُلاً يَدْعُوْ فِىْ صَلاَتِهِ لَمْ يَحْمَدِ اللهَ تَعَالَى وَلَمْ يُصَلِّ عَلَى
النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم عَجَّلَ هَذَا. ثُمَّ دَعَاهُ فَقَالَ لَهُ اَوْ لِغَيْرِهِ اِذَا
صَلَّى اَحَدُكُمْ فَلْيَبْدَأْ بِتَحْمِيْدِ رَبِّهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى وَالثَّنَاءِ
عَلَيْهِ ثُمَّ يُصَلِّى عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ يَدْعُوْ
بَعْدُ بِمَا شَاءَ، رواه ابو داود والترمذى وقال حديث صحيح.
Baginda
Nabi Saw. mendengar ada seseorang yang sedang berdoa tapi tidak dibuka dengan
memuja Allah Swt. dan tanpa membaca shalawat, Nabi Saw. bersabda, “Orang ini
terburu-buru.” Kemudian Nabi mengundang orang itu, lalu ia atau orang
lainnya dinasehati, “Jika diantara kalian berdoa, maka harus diberi pujian
kepada Allah Swt., membaca shalawat, lalu berdoalah sesuai dengan apa yang
dikehendaki.” (HR. Abu Daud dan at-Tirmidzi).
Apalagi
jika bertepatan dengan hari Jum’at, maka perbanyaklah membaca shalawat di
dalamnya. Karena Nabi Saw. bersabda dalam sebuah hadits:
قال
رسول الله صلى الله عليه وسلم إِنَّ مِنْ اَفْضَلِ اَيَّامِكُمْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ
فَاَكْثِرُوْا عَلَيَّ مِنَ الصَّلاَةِ فِيْهِ فَاِنَّ صَلاَتَكُمْ مَعْرُوْضَةٌ عَلَيَّ
رواه ابو داود.
“Hari
yang paling mulia adalah hari Jum’at, maka perbanyaklah shalawat di hari itu,
karena shalawat kalian dihaturkan kepadaku.”
Ulama
sepakat bahwa shalawat pasti diterima, karena dalam rangka memuliakan
Rasulullah Saw. Ada penyair yang berkata:
أَدِمِ الصَّلاَةَ عَلَى مُحَمَّدٍ # فَقَبُوْلُهَا حَتْمًا بِغَيْرِ تَرَدُّدٍ
أَعْمَالُنَا بَيْنَ الْقَبُوْلِ وَرَدِّهَا # اِلاَّ الصَّلاَةَ عَلَى النَّبِيِّ مُحَمَّدٍ
“Senantiasalah
membaca shalawat, sebab shalawat pasti diterima. Adapun amal yang lain mungkin
saja diterima atau ditolak, kecuali shalawat pasti diterima.”
Shalawat
Penghantar Ma’rifat
واعلموا
أن العلماء إتفقوا على وجوب الصلة والسلام على النبي صلى الله عليه وسلم , ثم اختلفوا
في تعيين الواجب فعند مالك تجب الصلوة والسلام في العمر مرة وعند الشافعي تجب في التشهد
الأخير من كل فرض, وعند غيرهما تجب في كل مجلس مرة وقيل تجب عند ذكره وقيل بجب الإكثار
منها من غير تقييد بعدد, وبالجملة فالصلاة على النبي أمرها عظيم وفضلها جسيم. وهي أفضل الطاعات وأجل القربات حتى قال بعض ال عارفين
إنها توصل إلى الله تعالى من غير شيخ لأن الشيخ والسند فيها صاحبها ولاأنها تعرض عليه
ويصلي على المصلي بخلاف غيرها من الأذكار فلا بد فبها من الشيخ الارف و لا دخلها الشيطان ولم ينتفع صاحبها بها.
“Ketahuilah
bahwa sesungguhnya para ulama telah sepakat atas diwajibkannya membaca shalawat
dan salam untuk Baginda Nabi Muhammad Saw. Kemudian mereka berselisih pendapat
mengenai kapan kewajiban ini harus dilakukan. Menurut Imam Malik, cukup satu
kali dalam seumur hidup. Menurut Imam Syafi’I, wajib dibaca pada waktu tasyahud
akhir dalam setiap shalat fardhu. Menurut ulama lainnya, wajib dibaca satu kali
dalam setiap majelis. Ada juga ulama yang berpendapat wajib membaca shalawat setiap
kali mendengar nama Nabi Saw. disebut. Dan ada juga yang mengatakan untuk
memperbanyak shalawat tanpa dibatasi bilangan tertentu. Secara umum, membaca shalawat
kepada Nabi Saw. merupakan hal yang sangat agung dan keutamaannya sangat banyak.”
“Membaca
shalawat merupakan bentuk ibadah yang paling utama dan paling besar pahalanya.
Sampai-sampai sebagian kaum ‘arifin mengatakan: “Sesungguhnya shalawat itu
bisa mengantarkan pengamalnya untuk ma’rifat billah meskipun tanpa guru
spiritual (mursyid). Karena guru dan sanadnya langsung melalui Nabi Saw.”
Ingat, setiap shalawat yang dibaca seseorang selalu diperlihatkan kepada Nabi
Saw. dan beliau Saw. membalasnya dengan doa serupa. Hal ini berbeda dengan dzikir-dzikir
(selain shalawat) yang harus melalui guru spiritual (mursyid), yang sudah
mencapai maqam ma’rifat. Jika tidak demikian maka akan dimasuki setan dan
pengamalnya tidak akan mendapat manfaat apapun.” (Hasiyah ash-Shawi ‘ala al-Jalalain
juz 3 hlm. 287).
Abdurrahman
bin Samrah meriwayatkan sebuah hadits yang dituturkan oleh Sa’id bin al-Musayyab,
bahwa Nabi Saw bersabda, “Kulihat seorang dari umatku berjalan di atas
shirath, kadang merangkak-rangkak dan kadang bergelantung. Kemudian datanglah
shalawat (yang diucapkannya dahulu ketika hidup di dunia) lalu membangunkannya
hingga dapat berdiri dan berjalan dengan kakinya, lalu ia diselamatkan oleh
shalawatnya.” (HR. Abu Musa al-Madini dalam at-Targhib wa at-Tarhib,
hadits hasan jiddan).
Wasiat-Nasehat
Para Ulama tentang Shalawat
Imam
Abul Hasan asy-Syadzilli pernah berkata, “Di akhir zaman tidak ada amalan
yang lebih baik daripada bershalawat kepada Rasulullah Saw.”
Imam
Ibnu Hajar al-Asqalani menyatakan, “Tidak tertolak shalawat atas Nabi Saw.”
Al-Hafidz
asy-Syaraji berkata, “Semua dzikir tidak diterima kecuali dengan khusyuk dan
hadir hatinya kecuali shalawat, maka akan diterima meskipun tanpa khusyuk dan hadirnya
hati. Karena itu Abul Hasan al-Bakri berpesan: “Seharusnya tiap hari seseorang
jangan kurang membaca shalawat dari 500 kali.”
Syaikh
Abdul Qadir al-Jailani pernah berwasiat, “Dengan membaca shalawat, seorang
hamba dapat meraih keridhaan Allah Swt., memperoleh kebahagiaan dan restu Allah
Swt., berkah-berkah yang dapat dipetik, doa-doa yang terkabulkan, bahkan dia
bisa naik ke tingkatan derajat yang lebih tinggi, serta mampu mengobati
penyakit hati dan diampuni dosa-dosa besarnya.”
Adapun
Syaikh Ibn Athaillah as-Sakandari berkata, “Siapa yang (merasa) tidak
memiliki amalan shalat dan puasa yang banyak untuk menghadap Allah di hari
kiamat, maka hendaknya ia perbanyak membaca shalawat serta salam kepada Nabi
Muhammad Saw.”
Al-Quthb
al-Imam al-Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad menyebutkan bahwasanya para ulama
berkata, “Satu shalawat dari Allah cukup untuk seorang hamba, dunia dan
akhirat.”
As-Sayyid
Muhammad bin Alawi al-Maliki pernah berpesan, “Jangan tinggalkan membaca
shalawat kepada Rasulullah Saw. Karena bacaan shalawat itu merupakan kunci
segala kebaikan dan pintu segala keutamaan untuk agama, dunia dan akhirat.”
Al-Habib
Umar bin Hafidz mengatakan, “Sesungguhnya apabila engkau melakukan ketaatan
kepada Allah seumur hidupmu, bahkan Allah berikan di atas umurmu adalah umurnya
seluruh manusia untuk digunakan dalam ketaatan kepadaNya, maka sesungguhnya
lebih hebat satu shalawat dari Allah Swt.” (*Ibj)
Yaa Sayyidi yaa Rasulalllah
BalasHapusAlhamdulillah, Engkau pujaanku yaa Rasulullah
BalasHapusAllahumma shalli wa sallim wa barik 'Alaa sayyidinaa Muhammad wa 'alaa aalihi wa azwajihi wa dzurriyyatihi wa shahabatihi ajma'iin.
BalasHapus