Rasulullah Saw.
diutus sebagai rahmatan lil ‘alamin. Sifatnya bukan lokal, tapi untuk
semua manusia. Dakwah global ini menunjukkan Allah mengkhususkan, memberikan
kekuatan lebih kepada Nabi Muhammad Saw. dari nabi-nabi lainnya. Diantara nabi-nabi
terdahulu ada yang berdakwah sampai 350 tahun, 400 bahkan 950 tahun, tapi Nabi kita hanya 23 tahun. Dalam waktu yang singkat tapi sempurna dalam menyampaikan risalahnya, umat merasakan faidahnya hingga saat ini.
Pertama, Nabi
Saw. berdakwah secara rahasia selama 3 tahun. Makna dakwah secara rahasia atau internal
ini sebenarnya adalah suatu ajaran Rasulullah Saw. menjaga dakwah tersebut agar
tidak frontal menghadapi kekuatan-kekuatan yang dahsyat sehingga bisa mengancam
keberlangsungan dakwah. Juga untuk menjaga nafsu-nafsu masyarakat agar secara
perlahan menerima dakwah itu. Dalam kurun ini diterima oleh individu-individu yang
jumlahnya tidak bnyak. Dari merekalah kemudian menyebar sedikit demi sedikit di
awal dakwah ini. Kalau menerima maka terus, kalau tidak ya sudah ditutup saja. Dan
ini juga upaya untuk menutup problem-problem yang dapat menghambat nantinya.
Sahabat Abu Bakar
adalah orang yang istimewa. Satu-satunya orang kala itu yang menerima dengan
lapang dada, beriman begitu saja tanpa keraguan. Melalui beliaulah banyak yang
masuk Islam, seperi sahabat Utsman bin Affan, Abdurrahman bin Auf, Said bin
Zaid, Thalhah bin Ubaidillah, dan sahabat-sahabat yang masuk dalam 10 sahabat
utama yang diberitakan surganya Allah Swt.
Setelah 3
tahun, baru kemudian diperintahkan untuk dakwah secara terang-terangan. Karena di
awal dakwah banyak yang menolak, maka amalan (yang dilakukan) Rasulullah Saw. dan
para sahabat adalah dakwah secara rahasia. Mengisyaratkan tentang dakwah secara
individual dan terang-terangan. Sebuah metode dakwah.
Permasalahanya
bukan pada menyembunyikan sebuah ajaran itu secara terang-terangan, tapi apa
sih yang disembunyikan dari ajaran itu? Sebab diantara mereka yang menerima Islam,
ada yang ingin mengumumkan Islamnya secraa terang-terangan dan rela diganggu serta
diteror. Namun suatu hal yang perlu digarisbawahi, Nabi Saw. tidak pernah memerintahkan
dan mengisyaratkan mereka yang masuk Islam baik secara sembunyi maupun terang-terangan,
untuk mengganggu ayah-ibunya, orang lain dan non-Muslim lainnya. Siapa yang
mengklaim dirinya berdakwah secara sembunyi, dengan menyembunyikan ideologi yang
diajarkan tapi mengajarkannya kepada jamaahnya untuk menanam kebencian kepada
orangtua, kerabatnya dan orang lain, maka alibi yang bagaimana mengikuti dakwah
Nabi Saw.?
Tolok ukurnya
adalah, sesuatu yang dirahasiakannya itu untuk dirahasiakan agar bisa
memberikan kebaikan kepada orang lain dan menyelamatkan diri dari keburukan.
Bukan menyembunyikan keburukan yang diperuntukkan untuk orang lain.
Setelah Rasulullah
Saw. menyosialisasikan dakwahnya secara terang-terangan beliau banyak diganggu,
diteror, ditentang dan dicaci-maki, tapi tak pernah sekalipun Rasulullah Saw.
membalasnya. Diantara orang-orang kafir yang paling dahsyat gangguan, kedengkian
dan permusuhannya terhadap Rasulullah Saw. adalah Abu Jahal, pamannya sendiri.
Dan diantara upaya orang ini untuk melampiaskannya adalah dengan menggali
lobang di jalan yang biasa dilalui Rasulullah Saw., kemudian menutupinya dengan
sesuatu supaya Nabi tak melihat lubang di bawahnya dan terperosok ke dalamnya.
Di suatu hari
digalinya lobang yang cukup besar dan dalam, dengan tujuan ketika Nabi Saw. terperosok
ke dalamnya akan kesulitan naik ke atas. Tapi dia lupa. Maka Abu Jahal sendirilah
yang terperosok. Dia menjerit-jerit supaya ada orang yang mau menolongnya. Tapi
ternyata yang lewat adalah Rasulullah Saw.
Mendengar ada
suara minta tolong, maka Rasulullah Saw. pun menghampiri sumber suara terbut.
Setelah dilihat ternyata musuhnya yang paling besar ada di dalam lobang
tersbeut. “Kenapa kamu bisa ada di dalam lubang ini?” Tanya Rasulullah
Saw.
Jawab Abu
Jahal, “Orang-orang yang kurang ajar, jahat dan bejat, mereka usil menggali
lobang sehingga membuat orang menjadi celaka dan terperosok!”
Padahal Nabi Saw.
mengetahui Abu Jahal sendiri yang telah menggali lobang tersebut. Tapi Nabi Saw.
sama sekali tidak mencaci ataupun meninggalkannya di dalam lobang. Justeru Nabi
Saw. mengulurkan tangannya dan mengeluarkan dia dari lobang. Sungguh benar
firman Allah Swt. tentang Rasulullah Saaw. bahwa:
وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ
خُلُقٍ عَظِيمٍ
“Dan
sesungguhnya kamu (Nabi Muhammad) benar-benar berakhlak dengan akhlak yang tinggi
dan agung.” (QS. al-Qalam ayat 4).
(*IBJ. Bersambung ke pembahasan “Relevansi Dakwah Nabi dengan Dakwah
Saat ini”. Talk Show atau Dialog Eksklusif Habib Umar bin Hafidz bersama
Habib Jindan bin Novel bin Jindan dan KH. Abdi Kurnia Djohan, di saluran Nabawi
TV 01 Nov. 2016. Videonya bisa disimak di sini: https://youtu.be/kOkxcmjD1J0 atau di Fp Nabawi
TV).
0 komentar:
Posting Komentar