A.
Belajar
dari “Tragedi Monas”, Hentikan Demo Ahmadiyah
KedermawananNya
Swt. semoga selalu menaungi hari-hari Anda dengan kesejahteraan. Saudara-saudariku
muslimin muslimat yang kumuliakan, dengan semakin padatnya desakan terhadap saya
lewat email, forum web ini, surat, fax dll untuk memberi tanggapan dan
penjelasan permasalahan apa yang diperbuat Majelis Rasulullah Saw. terhadap
Tragedi Monas, maka dengan ini saya menyampaikan sekilas singkat saja tindakan
Majelis Rasulullah Saw. atas hal ini.
Saudara-saudariku
muslimin muslimat yang kumuliakan, jumlah pengikut Ahmadiyyah di Nusantara ini
tidak mencapai 250.000 personil saja. Mereka sudah ada sebelum Indonesia
merdeka, jumlah mereka sangat sedikit masa itu. Namun yang menyebabkan perkembangan
mereka bukanlah kehebatan dakwah mereka, namun penyebabnya adalah kegelapan
ummat atas iman dan pemahaman akan akidah Islam. Jumlah mereka tak mencapai 1%
muslimin di muka bumi. Sedangkan yang mesti kita benahi bukan hanya Ahmadiyah,
namun juga saudara-saudara kita muslimin yang terjebak narkoba, miras,
perzinahan, perjudian, kriminal, korupsi, penipuan, kemalasan melakukan hal yang
fardhu, seperti meninggalkan shalat lima waktu, tidak mau puasa Ramadhan,
wanita muslimah yang tak mau menutup auratnya, maraknya aliran sesat seperti
Lia Eden, Ahmad Mushoddiq, dan sangat banyak lagi dan diantaranya adalah Ahmadiyah.
Penyebabnya satu saja, yaitu kerusakan iman.
Maka janganlah
kita terpaku hanya pada Ahmadiyah satu saja yang tak mencapai 1% dari jumlah
muslimin di Indonesia, sedangkan kerusakan ummat yang lain kita lupakan
sedangkan jumlahnya jauh lebih banyak, merusak anak-anak kita, keluarga dan
sahabat kita yang terus berjatuhan pada kemurkaan Allah Swt. setiap detiknya. Ahmadiyyah
dibubarkan atau tidak oleh pemerintah kita, itu bukan tolak ukur bagi kita. Karena
pembubaran itu akan bersifat semu jika akidah dan iman ummatnya tidak dibenahi,
dan pembubaran itu hanya akan menutup satu golongan, yang kemudian timbul
ratusan lagi aliran sesat yang membingungkan ummat.
Kita jangan
terpaku pada pemerintah untuk membubarkan Ahmadiyah atau tidak, kita muslimin
muslimat berjuang membenahi anggota Ahmadiyah agar kembali kepada al-Haqq. Maka
pemerintah membubarkannya atau tidak, memeranginya atau tidak, kita tetap
bergerak tanpa harus menunggu dahulu pemerintah yang melakukannya. Kita lihat
sendiri betapa dahsyatnya kerusakan akidah muslimin, saat bangkit saudara kita
mengkontra Ahmadiyah, namun muslimin lainnya bangkit pula mendukung Ahmadiyah dan
membelanya.
Saudaraku muslimin
muslimat yang kumuliakan, hentikan Demo Ahmadiyah, hentikan kekerasan atas Ahmadiyah,
hentikan tuntutan untuk pembubaran atas Ahmadiyah. Karena dengan perbuatan
saudara-saudara kita yang memerangi Ahmadiyah dengan kasar dan menuntut dengan
desakan keras pada pemerintah untuk pembubaran Ahmadiyah justru bukanlah
membuat Ahmadiyah sirna, justru sebaliknya!
Bagaimana?
Subhanallah... inilah yang sangat menakutkan dan berbahaya, justru bukan
Ahmadiyahnya yang tak mencapai 1% jumlah muslimin, namun justru Muslimin yang
membela dan melindungi Ahmadiyah berubah menjadi jutaan banyaknya! Pendukung Ahmadiyah
semakin banyak, yang mendukungnya kini bukan hanya Negara Adikuasa musuh Islam,
namun kini jutaan muslimin muslimat menaruh simpatik dan iba terhadap Ahmadiyah.
Mungkin sebagian muslimin yang awam kini akan memberi infak besar dan rela
melindungi Ahmadiyah dari kejaran muslimin karena tak tega melihat mereka
dikejar-kejar dan didzalimi. Inilah dampak yang sangat buruk dari kekerasan
sebagian saudara kita muslimin.
Saudara-saudariku
yang kumuliakan, bangkitlah, kembalilah pada kelembutan Nabi Saw., pada akhlak
beliau Saw., pada kesantunan beliau Saw. Dengan itu anggota-anggota Ahmadiyah
akan luntur dan kembali pada iman dan Islam. Undang dan ajak mereka ke majelis-majelis
ta’lim, ajak mereka makan bersama, undang mereka saat acara-acara Islami, ajak
anak-anak mereka hadir acara-acara Islami, bantu mereka yang susah, selalulah
berlemah-lembut pada mereka, namun tetap bahwa kita tak sefaham dengan mereka
dalam masalah akidah. Sungguh mereka akan mulai merasa bahwa merekalah yang
salah, karena merasa beda sendiri dari muslimin lainnya, terpuruk dan membenci
orang muslimin banyak, sedangkan orang-orang muslim ternyata baik pada mereka. Mereka
akan malu sendiri dan menemukan kebenaran.
Dan ingat,
bukan hanya Ahmadiyah, tapi seluruh lapisan masyarakat yang terkena ajaran
sesat, seperti Lia Eden, Mushoddiq, dll, juga saudara-saudara kita yang
terjebak narkotika, perzinahan, perjudian, miras, dll janganlah dikasari dan
dicaci-maki dan dimusuhi. Rangkullah mereka untuk berbaur dengan orang yang
baik-baik hingga mereka mengenal hal yang baik-baik bersama orang yang baik dan
ramah pada mereka.
Mengenai
pemerintah, maka hati-hatilah, memang Negara Adikuasa sangat menginginkan
muslimin bisa diadu-domba dengan pemerintahnya sendiri. Maka tak perlu negara musuh-musuh
Islam itu turun tangan menghancurkan simpul-simpul kekuatan Islam, namun
biarlah pemerintah di negeri mereka masing-masing yang menghantam mereka, sehingga
muslimin saling hantam dengan pemerintahan di negaranya masing-masing, mereka
kuffar bertepuk tangan atas kejadian ini. Media terus meliput kekerasan dan
anarkis beberapa gelintir para pemuda peci putih dan pakaian sunnah, namun itu
membuat pakaian sunnah dibenci dan identik dengan kekerasan, bukan kedamaian. Inilah
harapan besar para negara musuh Islam, agar muslimin yang awam menjadi benci
pada pakaian Islami, atau malu memakai pakaian Islami, karena takut dituduh
anarkisme.
Maka setelah
bulan Maulid yang diberkahi Allah Swt. di negeri kita dengan semakin dahsyatnya
gerakan perayaan Maulid yang semarak dan menarik perhatian muslimin yang awam
untuk memperbaiki diri dan bernaung di bawah sunnah, di saat Jakarta dan
wilayah wilayah lainnya mulai terang benderang dengan muslimin yang memakai
peci putih, sarung, dll, kini berubahlah mereka pada kemunduran. Semua asesoris
Islami didentikkan dengan kekerasan dan terorisme.
Selama ini
ketika misalnya naik beberapa pemuda bepeci putih, berbaju putih dan berbusana Islami
ke sebuah Bus umum misalnya, maka masyarakat awam akan simpatik dan tenang, “Wah...
pasti anak baik-baik, harapan bangsa, pasti dari maulidan atau pengajian.” Alhamdulillah,
keberadaan mereka membuat sejuknya jiwa manusia di sekitarnya.
Namun kini
ketika naik sekelompok pemuda berbusana muslim, peci putih, baju putih, maka
orang orang awam mencibir benci, atau risau dan takut, “Jangan-jangan mau
swiping, jangan-jangan mau merusak, jangan-jangan anggota gerakan anarkis.”
Mereka sudah takut dan benci dengan pakaian Islami. Jika masuk sekelompok anak
muda dengan busana muslim ke sebuah pasar atau pertokoan, maka para satpam
tidak lagi merasa aman, mereka langsung curiga dan bermuka masam. Muslimin yang
awam kini merasa lebih aman jika melihat orang berbusana kuffar, wanita yang
bercelana pendek, pria beranting dan memakai cincin besi di hidung dan
bibirnya, mereka merasa lebih aman dengan itu daripada pemuda berbusana sunnah
Rasul Saw. Inilah kemauan dan tujuan musuh-musuh Islam.
Saudara-saudariku
yang kumuliakan, bangkitlah, bersatulah, lupakan seluruh atribut kita, kita
akan bangkit di hari kiamat di bawah satu pimpinan, yaitu Sayyidina Muhammad Saw.
Tidak ada panji kelompok, panji organisasi dan panji partai, yang akan berkibar
di sana hanya bendera Muhammad Rasulullah Saw. yang akan ditegakkan, dan panji
ummat-ummat sebelum beliau dengan nabinya masing-masing.
Maka bersatulah,
satukan niat, ingatlah sebidang tanah kubur kita yang sudah menanti tubuh kita
di belahan bumi ini. Mereka sudah diberi kepastian bahwa fulan bin fulan akan
bersemayam di bawah mereka. Ketika engkau mengingat kepastian saat-saat tubuhmu
diturunkan pelahan ke dalam bumi, lalu kain penutup wajahmu dilepas, lalu kau
dihadapkan ke kanan, wajahmu diciumkan ke tanah dinding kubur yang lembab, dan
punggungmu diganjal batu bata agar kau tak lepas dari mencium dinding tanah
kuburmu, lalu kayu-kayu papan disusunkan satu persatu menutupmu, lalu mulailah
tanah ditimbunkan padamu, diiringi tangis keluarga dan sahabat-sahabatmu, lalu
suasana gelap gulita…
Sebagaimana sabda
Nabi Saw. riwayat Shahih Bukhari, bahwa kau akan mendengar langkah-langkah
para penguburmu yang berderap menjauh meninggalkan kuburmu. Inilah nasib semua
manusia, inilah akhir dari segala kehidupan, segala karya, usaha, pemikiran,
pendapat, perjuangan, kekayaan, kemiskinan, kenikmatan, kesedihan, jabatan,
kesibukan dan semua aktifitas yang dilakukan manusia di muka bumi, inilah
puncak dan akhir dari semuanya. Tinggallah kau sendiri dengan Allah, bagaimana
Allah akan memperlakukan kita? Cukupkah amal-amal kita?
Sabda
Rasulullah Saw.: “Barangsiapa yang tak mengasihani orang, maka Allah tak
mengasihaninya.” (Shahih Bukhari). Maka bersatulah dan saling
mengasihilah. Kita doakan semua saudara-saudara muslim kita yang teraniaya
sebab masalah ini agar diberi kesembuhan dan kesabaran. Dan saudara-saudara
kita yang bermasalah dengan fihak yang berwajib agar segera dibebaskan. Dan semoga
Allah Swt. segera memadamkan api fitnah permusuhan antara sesama muslimin. Dan agar
Allah Swt. segera membantu kita untuk mentauhidkan mereka yang dalam kerusakan
akidah. Aamiin… aamiin... aamiin.
Demikian
saudaraku yang kumuliakan, semoga sukses dengan segala cita-cita, semoga dalam
kebahagiaan selalu. Akhir kata, mari kita benahi iman ummat ini, maka
terkikislah Ahmadiyah, narkoba, perzinahan, korupsi, dan seluruh aliran sesat
dan perbuatan sesat. Allah menumpahkan kekuatan dan kemudahan padaku dan kalian
dalam perjuangan ini, Aamiin. Wallahu a’lam. (Al-Habib Mundzir bin Fuad
Almusawa Pimpinan Majelis Rasulullah Saw.,
04 Juni 2008).
B.
Awal-Mula
Sejarah Demo
Dan hal penting
bagi kita adalah janganlah kita berpecah-belah. Karena jika sudah mulai banyak perpecahan
dan perselisihan pendapat maka kehancuaran akan datang kepada umat Islam. Namun
jika banyak yang mengalah maka Islam akan semakin meluas. Disebutkan dalam
riwayat Shahih Bukhari bahwa Sayyidina Ali bin Abi Thalib ketika dihujat
oleh Khawarij beliau berkata: “Putuskanlah apa yang hendak kalian putuskan,
karena aku membenci perpecahan dan perbedaan pendapat, aku menginginkan
persatuan. Dan jika tidak maka aku lebih memilih untuk wafat menyusul para
sahabatku.” Dan itulah awal sejarah demo yang banyak terjadi di zaman
sekarang ini, maka janganlah menjadi pengikut ajaran orang-orang yang mendemo Sayyidina
Ali bin Abi Thalib.
Kemudian Sayyidina
Hasan bin Ali bin Abi Thalib Kw. ketika menerima khilafah setelah ayahnya
wafat, maka khilafah pun ia serahkan kepada Mu’awiyah bin Abi Sufyan demi
menghindari perpecahan diantara kaum muslimin. Maka dalam hal ini Sayyidina Hasan
lebih memilih untuk mengalah dan menyerahkan kekuasaan demi menjaga agar tidak
terjadi pertumpahan darah diantara kaum muslimin.
Kemudian Sayyidina
Husain bin Ali bin Abi Thalib Kw. yang datang untuk memenuhi undangan. Namun setelah
beliau tiba di Karbala, disampaikan kepada Yazid bin Mu’awiyah bahwa Sayyidina Husain
datang untuk berperang dan merebut kepemimpinan. Sungguh sebuah kedustaan yang
nyata, karena jika Sayyidina Husain datang untuk berperang atau untuk merebut
kepemimpinan maka beliau tidak akan membawa serta istri dan anak-anaknya serta keluarganya
bersamanya. Sehingga Sayyidina Husain bin Ali bin Abi Thalib dibantai di padang
Karbala.
Dan sampai pada
keturunannya, al-Imam Ahmad al-Muhajir, dimana ketika di Baghdad banyak terjadi
khilaf, pecah-belah dan perebutan kekuasaan, maka al-Imam Ahmad bin Isa al-Muhajir
bersama keluarganya pindah ke Tarim Hadhramaut. Karena di daerah tersebut ada
penguasa Tarim seorang muslim yang membela Sayyidina Ali bin Abi Thalib. Dan
banyak orang yang mengecam al-Imam Ahmad al-Muhajir, sehingga ada seorang alim
yang bermimpi Rasulullah Saw. dan ia berkata: “Wahai Rasulullah, al-Imam
Ahmad telah meninggalkan kami dan pindah ke Hadhramaut, sedangkan kami berada
dalam pertikaian dan perselisihan.” Maka Rasulullah Saw. menjawab: “Aku
gembira dengan apa yang telah diperbuat oleh Ahmad bin Isa.”
Sehingga al-Imam
Ahmad menetap di Hadhramaut dan terus memiliki keturunan hingga sampai pada
masa al-Faqih al-Muqaddam Muhammad bin Ali Ba’alawi. Beliau mematahkan
pedangnya di hadapan keluarga dan para sahabatnya seraya berkata: “Keluargaku
dan para sahabatku serta orang-orang yang mengikutiku, sejak saat ini aku tidak
lagi akan berdakwah dengan kekerasan.”
Oleh sebab itu
jalan dakwah para habaib adalah dengan kedamaian. Sehingga dari Hadhramaut
muncullah para penyeru ke jalan Islam menuju Gujarat yang akhirnya sampai ke
pulau Jawa. Mereka datang dengan jalan kedamaian seperti yang dicontohkan oleh
para leluhurnya. Dan kita kenal 9 orang yang berhasil menyebarkan Islam di
Nusantara ini, mereka tidak memiliki pasukan, senjata atau kekuatan lainnya. Namun
mereka dapat menyebarkan Islam di segala penjuru nusantara sehingga penduduk
Indonesia mengenal kalimat “Laa ilaaha illaa Allah”, dan jadilah Indonesia
ini negara muslimin terbesar di dunia, karena kedamaian yang disebarkan melalui
para penyebar dakwah di tanah air.
Agama Islam
adalah agama kedamaian, dan nabi Muhammad Saw. adalah manusia yang paling
menyukai kedamaian dan paling berlemah-lembut dari segala makhluk Allah Saw.,
bahkan lebih lembut dari malaikat. Ketika Malaikat Jibril melihat Nabi Muhammad
Saw. disiksa dan dianiaya oleh penduduk Thaif dengan melempari kaki beliau Saw.
dengan batu, ketika terjatuh beliau disuruh untuk berdiri dan kemudian kembali
dilempari dengan batu. Namun demikian beliau Saw. berdoa: “Ya Allah,
sesungguhnya aku mengadukan kepadaMu kelemahan upayaku, dan kurangnya usahaku, dan
hinanya aku di kalangan manusia. Wahai Yang Maha Mengasihi, Engkaulah Tuhan
golongan yang lemah, dan Engkaulah Tuhanku, kepada siapa Engkau serahkan aku.
Jika Engkau tidak murka kepadaku maka aku tidak peduli.”
Dan beliau Saw.
berdoa: “Wahai Allah berilah petunjuk kepada kaumku, sesungguhnya mereka
tidak mengetahui.”
Penduduk Thaif
yang menyakiti dan menyiksanya, justru beliau anggap sebagai kaum beliau Saw. dan
didoakan agar diberi hidayah oleh Allah Swt. Demikianlah kelembutan makhluk
yang paling berlemah-lembut sehingga Malaikat Jibril datang dan berkata: “Wahai
Rasulullah, izinkanalah malaikat penjaga gunung itu mengangkat gunung tersebut dan
menjatuhkannya di atas Thaif.” Namun Rasulullah Saw. berkata: “Jangan,
biarkan mereka hidup jika bukan mereka yang mendapat hidayah dan beriman,
barangkali keturunan mereka kelak yang akan beriman.” Demikianlah indahnya
budi pekerti Sayyidina Muhammad Saw. (Al-Habib Mundzir bin Fuad Almusawa).
C.
Seruan
Guru Mulia Habib Umar bin Hafidz “Melarang Demo”
“Hadirin-hadirat
yang dimuliakan Allah. Sebelum saya akhiri majelis ini dengan munajat, saya
ingin menyampaikan tentang semakin semaraknya perpecahan antara muslimin. Di sini
kita mendapatkan perintah dari Guru Mulia kita al-Hafidz al-Musnid al-Habib
Umar bin Hafidz, untuk tidak melibatkan diri dalam demo. Apakah demo damai atau
demo anarkis, beliau mengatakan semua demo damai atau anarkis sama saja dan
jangan dilakukan, karena itu akan memanaskan daripada perpecahan muslimin. Jadi
mereka yang berdemo silakan saja, tapi Majelis Rasulullah Saw. mau menghindari.
Seruan beliau (Habib
Umar) disampaikan untuk para ulama dan para kyai, seraya berkata: “Sampaikan pada
kyai-kyai kita dan para ulama kita dan semua orang-orang yang mengenalku,
katakan bahwa Umar mengatakan hal ini, untuk menarik diri, “la yatada’ul
biha lil-amr” mundur dari segala acara seperti itu. Tugas kita adalah “ittaqullah
wa da’wah ilallah la ghaira dzalik” tugas kita adalah taqwa kepada Allah
dan memperluas dakwah Allah Swt., tidak lebih dari itu dari gerakan-gerakan
muslimin.
Demikian
intruksi langsung dari beliau. Oleh sebab itu saya mohon hadirin-hadirat menahan
diri untuk berangkat, acara apapun mengatasnamakan demo atau unjuk rasa. Jadi mereka
yang akan berangkat saya harap jangan pakai atribut Majelis Rasulullah Saw.,
jangan sampai terlihat ada bendera Majelis Rasulullah Saw. (Al-Habib Mundzir Almusawa,
Pimpinan Majelis Rasulullah
Saw.)
Syaroni As-Samfuriy, Tegal 13 November 2014
0 komentar:
Posting Komentar