Hadits riwayat Ibnu Umar Ra.
bahwa kaum Yahudi Bani Nadhir dan Bani Quraidhah selalu memerangi Rasulullah
Saw., sehingga Rasulullah pun lalu mengusir Bani Nadhir dan membiarkan Bani
Quraidhah sekaligus membebaskan mereka. Namun setelah itu Bani Quraidhah juga
ikut memerangi, maka beliau pun lalu membunuh kaum lelaki mereka serta
membagikan kaum wanita, anak-anak kecil berikut harta benda mereka di antara
kaum muslimin. Kecuali mereka yang meminta perlindungan kepada Rasulullah Saw.,
maka beliau pun memberikan keamanan kepada mereka sehingga berimanlah mereka.
Rasulullah Saw. juga mengusir orang-orang Yahudi Madinah seluruhnya, yaitu;
Bani Qainuqa’ (kaum Abdullah bin Salam), Yahudi Bani Haritsah dan setiap orang
Yahudi yang berada di Madinah. (Shahih Muslim no. 3312)
“Yahudi dan Nasrani Mengaku Anak Allah”
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani mengatakan: “Kami ini adalah anak-anak
Allah dan kekasih-kekasihNya.” (QS.al-Maidah ayat 18).
Namun Allah menolak pernyataan mereka.
Di Madinah, sekelompok orang
Ahli Kitab datang kepada Nabi Muhammad Saw. Lalu beliau menyeru mereka agar
masuk Islam dan meninggalkan kekufuran, tetapi mereka berkata:“Ya Muhammad, apakah kamu menakut-nakuti
kami dengan siksaan Allah? Kami adalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasihNya.”
Maka turunlah ayat ini:“Orang-orang Yahudi dan Nasrani mengatakan:
“Kami ini adalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasihNya.” (QS. al-Maidah ayat
18). Siapakah yang dimaksud dengan orang-orang Yahudi dan Nasrani di sini?
Istilah Yahudi berasal dari
kata hada, hudan, yahuda. Kata hada berarti bertaubat, karena mereka,
umat Nabi Musa As., bertaubat dari kesalahannya menyembah anak unta dan kembali
kepada kebenaran(QS.al-A’raf ayat 156).
Perkataan Yahuda dinisbatkan kepada anak-cucu
Yahudza, anak tertua Nabi Ya’qub As., yang kemudian huruf dzal diganti dengan dal,
sehingga menjadi Yahuda.
Namun kemudian mereka menyimpang
dari kebenaran, dan sejak saat itulah kata Yahudi berkonotasi negatif, yakni
menyimpang dari aturan-aturan yang ditetapkan Allah, baik aturan yang dibawa
Nabi Musa As. maupun aturan yang dibawa Nabi Muhammad Saw.
Makna lain kenapa disebut
Yahudi? Karena mereka bersikap lemah lembut dan gemetar pada saat membaca kitab
suci Taurat. Bahkan ada yang mengatakan, bumi dan langit bergetar ketika Allah Swt.
memberikan Taurat kepada Nabi Musa As.
Nama lain orang-orang Yahudi
adalah Israil. Kata Israil berasal dari bahasa Ibrani yang terdiri dari dua
kata: Isra’, yang berarti “hamba”
atau “kekasih”, dan Il, yang berarti
“Allah”, sehingga Israil berarti “hamba Allah” atau “kekasih Allah”. Dan yang
dimaksud dengan Israil pertamakali adalah Nabi Ya’qub As., seorang Nabi yang
ikhlas berjuang di jalan Allah untuk mencapai ridhaNya.
Namun keturunan Nabi Ya’qub
tidak semuanya bertindak sebagai kekasih Allah. Mereka lebih banyak yang ingkar
kepada perintah Allah daripada menaatiNya.
Lalu apa yang disebut
Nasrani? Kata nashraniberarti
“penolong”, yaitu mereka (kaum hawariyyun, para pengikut setia) yang, ketika
ditanya Nabi Isa As.apakah bersedia menolong agama Allah, mereka menjawab:“Kamilah penolong-penolong agama Allah
(nahnu ansharullah).”(QS.ash-Shaff ayat 14).
Pendapat lain, mengapa
mereka dinamakan Nasrani, karena mereka tinggal di daerah Nashiri, tempat Nabi
Isa As. ketika berdakwah. Jadi, mereka adalah orang-orang dari Nashiri.
Semua betul kalau
dikombinasikan, yaitu Nasrani semula adalah istilah untuk para pengikut setia
Nabi Isa As. yang tinggal di daerah Nashiri. Mereka bersumpah setia sanggup
menolong agama Allah.
Namun mereka kemudian
mengaku sebagai anak Allah dan kekasih Allah, suatu kesesatan mereka dalam
menafsirkan syari’at Allah yang diberikan kepada mereka.
“Orang-orang Yahudi berkata: “’Uzhair itu putra Allah.” Dan orang-orang
Nasrani berkata: “Al-Masih itu putra Allah.” Demikian itulah ucapan mereka
dengan mulut mereka, mereka meniru perbuatan orang-orang kafir terdahulu.
Mereka dilaknat Allah, bagaimana mereka sampai berpaling?”(QS.at-Taubah ayat 30).
Itulah jawaban mengapa
mereka mengaku menjadi anak Allah dan kekasihNya. Mereka mengingkari nabi-nabi mereka
dan apa yang telah difirmankan Allah dalam kitab-kitabNya (Taurat dan Injil).
Mereka mengikuti tradisi kaum kafir sebelum mereka, yaitu tradisi bangsa Mesir
dan bangsa Yunani dan Romawi, yang dalam sistem ketuhanan mereka ada bapak dan
anak. Karena itulah mereka dilaknat Allah.
Mengapa mereka bisa tersesat
begitu jauh? Sebab, “Mereka menjadikan
orang-orang alim dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah, dan (mereka
juga mempertuhankan) al-Masih putra Maryam, padahal mereka hanya disuruh
menyembah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada Tuhan selain Dia. Maha Suci Allah dari
apa yang mereka persekutukan.”(QS.at-Taubah ayat 31).
Sedang para alim dan rahib
itu juga telah menyesatkan mereka dari jalan Allah. Yaitu kesesatan dengan
perbuatan syirik, menganggap ada tuhan selain Allah.
Kembali pada ayat pertama,
yaitu tentang pengakuan orang-orang Yahudi dan Nasrani bahwa mereka adalah
anak-anak Allah dan kekasih-kekasih Allah. Masih dalam ayat yang sama, Allah
membalik logika mereka: “Katakanlah (hai
Muhammad): “Mengapa Allah menyiksa kamu atas dosa-dosa kamu? (Kamu bukanlah
anak-anak Allah dan kekasih-kekasih Allah) tetapi kamu adalah (manusia) biasa
diantara orang-orang yang diciptakanNya. Dia mengampuni siapa yang
dikehendakiNya. Dan kepunyaan Allah lah kerajaan langit dan bumi serta apa yang
ada di antara keduanya. Dan kepada Allah lah kembali (segala sesuatu).”(QS.al-Maidah
ayat 18).
Logisnya, kalau mereka
anak-anak Allah dan kekasih-kekasih Allah, tentu mereka akan disayang dan
dilindungi, tetapi mengapa mereka malah disiksa? Berarti anggapan mereka salah
total.Mereka disiksa Allah karena mereka telah banyak berbuat salah kepada
Allah, telah ingkar dari perintah Allah.
Dosa-dosa kaum Yahudi diantaranya
adalah menyembah anak lembu ketika ditinggal Nabi Musa As. di Gunung Thursina,
tidak mau berperang dalam konteks bahwa saat itu mereka harus berperang karena
perintah agama, membunuh para nabi, serta keingkaran-keingkaran lain kepada
Allah dalam berbagai perbuatan. Begitu juga kaum Nasrani, mereka disiksa Allah
atas dosa-dosa mereka, seperti menuhankan Nabi Isa As.
Allah masih menantang
mereka, khususnya kaum Yahudi: “Katakanlah
(hai Muhammad): “Hai orang-orang yang menganut agama Yahudi, jika kamu
menyatakan bahwa sesungguhnya kamu sajalah kekasih Allah bukan manusia yang
lain, harapkanlah kematian, jika kamu adalah orang-orang yang benar.”(QS.al-Jumu’ah
ayat 6).
Logikanya, kalau kaum Yahudi
itu kekasih Allah, cepatlah minta mati, supaya mereka nanti diberi surga di
akhirat, daripada hidup dunia yang penuh penderitaan dan kesulitan. Namun nyatanya
mereka takut mati, antara lain terbukti bahwa, sebagaimana disebut di atas,
mereka takut berperang.
Wallahu A’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar