Home » , , , , , , » POIN-POIN PENTING KONFERENSI ULAMA INTERNASIONAL DI SITUBONDO (HARI PERTAMA)

POIN-POIN PENTING KONFERENSI ULAMA INTERNASIONAL DI SITUBONDO (HARI PERTAMA)

Written By MuslimMN on Sabtu, 29 Maret 2014 | 17.34



Acara konferensi Internasional yang dilaksanakan dalam rangka memeriahkan perayaan satu Abad Pondok Pesantren Salafiyah-Syafi’iyah Sukorejo Situbondo, akan dilaksanakan selama dua hari muali tanggal 29-30 Maret 2014 M.

Acara konferensi internasional ini dibuka oleh Diktat Kementerian Agama RI, Dr. Machasin. Pada kesempatan itu juga di isi dengan sambutan  yang disampaikan oleh Perwakilan Mentri Luar Negeri, Esti Adayani. Yang pertama, untuk tetap menjujung tinggi pilar Islam. Yang kedua, kerja sama untuk mempererat solidaritas.

Sedangkan di akhir dari pembukaan konferensi Internasional itu diselenggrakan Tahlilan singkat yang dipimpin oleh KH. Hariri, Wakil Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah-Syafi’iyah Sukorejo Situbondo. Kemudian ditutup dengan doa oleh Syaikh Wahbah az-Zuhaili dan Syaikh Abdul Karim ad-Dibaghi.

A.    Pesan Damai

KHR. Ahmad Azaim Ibrahimy, Pengasuh keempat Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo, menyampaikan bahwa Konferensi Internasional yang mulai dilaksanakan pada hari Sabtu 29 Maret 2014 di Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo memiliki tujuan yang mulia. Konferensi yang dihadiri oleh para ulama dari penjuru dunia itu, membawa misi perdamaian dunia. Pesantren sebagai pusat peradaban Islam menawarkan perdamaian kepada negara Islam yang saat ini terbelenggu dalam konflik.

KH. Azaim Ibrahimy juga menyampaikan dalam sambutannya, sejarah Indonesia tidak akan lepas dari pesantren khususnya pesantern Salafiyah-Syafi’iyah Sukorejo yang terbukti oleh perjuangan para ulama yang dilaksanakan malalui pesantren. Sejarah perjuangan ulama dan pesantren jangan sampai terlepas dari catatan sejarah, dan seratus tahun Pondok Pesantren Sukorejo telah dilalui oleh para pendiri dan pengasuh dalam menyumbangkan pemikiran serta perjuangan mereka melalui pesantren untuk bangsa dan ummat.

Pada konferensi internasional itu juga menghadirkan para ulama dan pemikir Islam dari negara konflik, seperti Syria, Mesir dan Libya. Ulama-ulama itulah nanti yang akan menggambarkan secara utuh keadaan negara Islam yang saat ini sedang mengalami konflik.

Sedangkan Sekjen ICIS dan mantan Ketua Umum PBNU, Dr. KH. Hasyim Muzadi, menyampaikan bahwa sudah saatnya agama dan negara saling bersinergi. Negara melindungi agama, dan agama mensuport negara.

Ulama-ulama Timur Tengah yang hadir dalam acara itu antara lain:
1.      Syaikh Wahbah az-Zuhaili (Syria)
2.      Syaikh Abdul Karim ad-Dibbaghi (Aljazair)
3.      Syaikh Mahdi bin Ahmad as-Shumaidai (Mufti Irak)
4.      Syaikh Amr Syakir (Irak)
5.      Syaikh Muhammad Jabr al-Mannai (Qatar)
6.      Syaikh Khalid Shahin al-Ghanim (Qatar)
7.      Syaikh Hammad Jasm Nashir (Iraq)
8.      Syaikh Mundzir Ismail Dakhil (Iraq)
9.      Syaikh Ismail Sulaiman (Irak)

B.     Kenalkan Pancasila

KH. Hasyim Muzadi juga menyampaikan dan membeberkan serta mengenalkan para ulama internasional soal Pancasila, yang menjadi dasar negara Indonesia. “Di Pondok Pesantren inilah, NU pertama kali mengakui Pancasila sebagai dasar negara. Saat itu, di pesantren ini digelar Muktamar NU pada tahun 1984,” ucap beliau.

Sekretaris Jenderal Konferensi, KH. Hasyim Muzadi, juga mengatakan bahwa radikalisme dan terorisme harus dilawan karena bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Ia pun mengkritik cara pemerintah yang hanya mengutamakan menangkap para teroris. Sementara deradikalisasi dinomorduakan. “Saat ini perlu disambungkan pemikiran moderat itu untuk seluruh dunia bukan hanya di Indonesia, karena Negara-negara Islam ini juga banyak terkena penyakit radikalisme dan terorisme sehingga membuat perpecahan di kalangan negara Islam itu sendiri. Yang aktual kan begini, sebenarnya radikalisme dan terorisme itu baru ada di Indonesia 12 tahun belakangan ini. Sebelumnya gak pernah ada,” kata KH. Hasyim Muzdi.

C.    Tentang Gerakan Khilafah Islam

Saat ditanya perihal keharusan mendirikan khilafah Islam dan negara Islam oleh akademisi STAI Sunan Drajat Lamongan, Lujeng Luthfiyah, Syaikh Wahbah az-Zuhaili menjawab bahwa upaya pendirian khilafah Islam dan negara Islam hanya didengungkan oleh mereka yang tidak mengerti Islam. Gerakan ini kerap memicu kekerasan dan konflik di tengah umat. Gerakan ini hanya didukung oleh kelompok ekstremis. Upaya pendirian khilafah Islam lahirkan banyak teroris.

Indikasi Islam ekstrem adalah kelompok yang meyakini dirinya sebagai satu-satunya kebenaran. Meyakini cara yang ia tempuh sebagai agama, bukan lagi sekedar teori pemahaman. Sementara nilai-nilai yang harus dipedomani umat Islam adalah nilai-nilai moderat al-Quran dan keislaman, bukan nilai-nilai kemanusiaan murni. Karena, nilai kemanusiaan murni hanya lahir dan dibawa oleh misi dari sisa-sisa Perang Salib.

D.    Waspadai Disintegrasi Bangsa

Konferensi Ulama Internasional di Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, meminta pemerintah Indonesia mewaspadai dan menindak tegas siapa saja yang melakukan upaya-upaya disintegrasi bangsa.

KH. Lutfi Bashori yang didaulat membacakan hasil rekomendasi diskusi hari pertama konferensi, mengemukakan bahwa para ulama dari berbagai negara menyepakati agar mewaspadai berbagai faham dan gerakan yang jauh dari Islam moderat. Umat Islam juga harus mewaspadai faham maupun gerakan yang jauh dari ajaran Islam yang ramah. Kelompok ini sebagai kalangan ekstrem yang sering menggunakan kekerasan dalam menyampaikan pendapat dan gagasan.

Selain pemerintah, umat Islam juga diharapkan mewaspadai aliran-aliran lain yang cenderung ekstrem karena akan mencederai Islam yang “rahmatan lil ‘alamin” (menjadi rahmat bagi seluruh alam). Para ulama menyepakati agar umat Islam tidak tergoda dengan pandangan Barat yang mengusung liberalisme sehingga cenderung mencampuradukkan ajaran dan pesan agama. Kami sepakat dan kukuh dengan pandangan Hadhratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari (pendiri Nahdlatul Ulama) dan juga seperti pandangan dari Pesantren Salafiyah Syafi’iyah ini yang membawa Islam yang ramah. Apa yang telah disampaikan Hadhratus Syaikh KH. Hasyim Asy'ari sebagai manifestasi dari Islam yang dulunya dibawa oleh Walisongo.

E.     Ulama-ulama Dunia Doakan Indonesia Menjadi Lebih Baik

Para ulama sedunia dalam konferensi internasional bertema “Konsolidasi Jaringan Ulama Intenasional Meneguhkan Kembali Nilai-nilai Islam Moderat” itu mendoakan masa depan Indonesia yang tengah bersiap hadapi pemilu legislatif pada 9 April dan pemilihan presiden pada Juli 2014. Mereka berharap agar pemilu di Indonesia berlangsung damai dan menghasilkan pemimpin yang mampu membawa Indonesia lebih baik. Tampil yang memimpin doa pada acara tersebut adalah Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaily (Syria), Syaikh Mahdi as-Shumaidai (Irak) dan Syaikh Abdul Karim ad-Dibaghi (Aljazair).

Konferensi ulama tingkat dunia itu diprakarsai mantan Ketua Umum PBNU, KH Hasyim Muzadi. Dalam jadwal, kegiatan tersebut digelar selama dua hari, Sabtu dan Minggu ini. Terlihat, ratusan ulama dan kiai hadir sebagai peserta dalam konferensi ini. KH. Hasyim Muzadi menegaskan, konferensi tersebut membahas banyak hal terkait masalah dalam negeri dan luar negeri. Untuk dalam negeri, terkait perang di sejumlah negara Timur Tengah dan kondisi Indonesia pasca reformasi. Beliau berharap konferensi itu menghasilkan konsep perdamaian di berbagai belahan dunia.

Sya’roni As-Samfuriy, Cilangkap Jaktim 30 Maret 2014

Berita terkait silakan baca di:


Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

 
Meningkatkan Cinta Kita pada Sang Nabi
Copyright © 2011. PUSTAKA MUHIBBIN - Web Para Pecinta - All Rights Reserved
PROUDLY POWERED BY IT ASWAJA DEVELOPER
Themes by Maskolis.com | Published by Mas Template