Secara syariah (hukum
fiqh), wanita dikatakan perawan atau janda adalah pernah menjalani
persenggamaan atau belum. Meski sudah pernah menikah asalkan belum disenggamai maka
wanita tersebut masih dikatakan perawan.
والبكر اسم
لامرأة لم تجامع أصلا ويقال لها : بكر حقيقة فمن زالت بكارتها بوثبة أو حيض قوي أو
جراحة أو كبر فإنها بكر حقيقة ومثلها من تزوجت بعقد صحيح أو فاسد ولكن طلقت أو مات
عنها زوجها قبل الدخول والخلوة أو فرق بينهما القاضي بسبب كون زوجها عنينا أو مجبوبا
فإنها بكر حقيقة
Perawan adalah
istilah bagi wanita yang belum pernah menjalani persenggamaan sama sekali,
wanita yang demikian dinamakan perawan asli. Dan wanita yang hilang keperawanannya
akibat terjungkir, haid yang kuat, luka atau perawan tua juga dikategorikan
perawan asli. Begitu juga wanita yang telah menikah dengan ikatan yang sah atau
rusak tetapi ia telah ditalak atau ditinggal mati suaminya sebelum digauli dan
dicumbui, tergolong perawan. Atau wanita yang dipisahkan oleh seorang hakim
dari suaminya yang impoten atau terpotong alat kelelakiannya juga tergolong
perawan asli. (Lihat dalam al-Fiqh ‘ala Madzahib al-Arba’ah juz 4
halaman 23 dan al-Bajuri juz 2 halaman 109).
وقال الشافعية:
الثيب: من زالت بكارتها، سواء زالت البكارة بوطء حلال كالنكاح، أو حرام كالزنا، أو
بشبهة في نوم أو يقظة، ولا أثر لزوالها بلا وطء في القبل كسقطة وحدة طمث، وطول تعنيس
وهو الكبر، أو بأصبع ونحوه في الأصح، فحكمها حينئذ حكم الأبكار.
Kalangan
Syafi’iyyah mengartikan janda sebagai wanita yang telah hilang keperawanannya
sebab persenggamaan yang halal (seperti pernikahan) atau persenggemaan yang
haram (seperti akibat zina) atau persenggamaan yang syubhat (seperti saat tidur
atau terjaga). Maka tetap dikatakan ‘perawan’ yang bukan akibat persenggamaan
di alat kelaminnya, seperti akibat jatuh, kelancaran darah haid, atau lamanya
menjadi perawan tua. Bahkan menurut pendapat yang paling shahih bahwa akibat
jari jemari dan sejenisnya tidak merubah status ke-perawan-annya. (Lihat dalam al-Fiqh
al-Islam juz 9 halaman 198 dan al-Bajuri juz 2 halaman 109).
والبكر اصطلاحا
عند الحنفية : اسم لامرأة لم تجامع بنكاح ولا غيره ، فمن زالت بكارتها بغير جماع كوثبة
، أو درور حيض ، أو حصول جراحة ، أو تعنيس : بأن طال مكثها بعد إدراكها في منزل أهلها
حتى خرجت عن عداد الأبكار فهي بكر حقيقة وحكما
Perawan menurut
kalangan Hanafiyyah adalah istilah bagi wanita yang telah hilang keperawanannya
sebab pernikahan, bukan sebab lainnya. Wanita yang hilang keperawanannya akibat
selain persenggamaan seperti akibat terjungkir, haid yang kuat, akibat luka
atau perawan tua juga dikategorikan perawan asli baik secara hakikat maupun
hukumnya. (Lihat dalam Radd al-Mukhtar ‘ala ad-Durr al-Mukhtar juz 2
halaman 302, al-Bajuri juz 2 halaman 109 dan al-Mausu’ah al-Fiqhiyyah
juz 8 halaman 178).
وعرفها المالكية
: بأنها التي لم توطأ بعقد صحيح ، أو فاسد جرى مجرى الصحيح . وقيل : إنها التي لم تزل
بكارتها أصلا
Kalangan
Malikiyyah mengartikan perawan adalah wanita yang belum pernah senggama dengan
akad yang shahih ataupun akad yang rusak yang mendudukinya. Sebagian pendapat
menyatakan perawan adalah istilah dari wanita yang belum hilang keperawanannya
sama sekali. (Lihat dalam Hasyiyat ad-Dasuqiy ‘ala Syarh al-Kabir juz 2
halaman 281, al-Bajuri juz 2 halaman 109 dan al-Mausu’ah al-Fiqhiyyah
juz 8 halaman 178).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar