Halaman

Jumat, 14 Maret 2014

KH. MUHAMMAD SYAFI’I (MAMA EYANG CIJERAH)



Sang Kyai yang Membuat Gerah Para Penjajah dan Penjarah


Nama dan Nasabnya

Mama Eyang Cijerah bernama asli KH. Muhammad Syafi’i bin KH.Muhammad Amin (Mama Eyang Pasantren)  bin Ta’dzimuddin bin Zainal Arif (Eyang Agung Mahmud) bin Asmaddin bin Shamaddin bin Eyang Dalem Bojong bin Syaikh Abdul Muhyi Safarwadi Pamijahan Tasikmalaya binti Ratu Galuh dan seterusnya hingga bersambung nasabnya ke Rasulullah Saw.

Para Gur dan Muridnya

Diantara para guru Mama Eyang Cijerah adalah Mama Eyang Pesantren, sang ayah (KH. Muhammad Amin), Mama Ahmad Syatibi bin Sa’id Gentur Warung Kondang (ayah dari Mama Aang Nuh), Mama Sempur Tubagus Ahmad Bakri bin Tubagus Ahmad Sida Purwakarta dan para ulama lainnya.

Sedangkan para tokoh yang pernah menjadi murid Mama Eyang Cijerah diantaranya adalah:
1.      Mama Aang Nuh (KH. Abdul Haq Nuh bin Mama Ahmad Syatibi bin Said Gentur)
2.      Mama Sindangsari (yang menjadi murid kesayangan Mama Cijerah dan sahabat dekat Mama Aang Nuh
3.      KH. Ahmad Thaha bin KH. Hasan Mustawi Bojong Mahmud
4.      Mama Karawang (KH. Obay Hasan Bashri)
5.      Ir. Soekarno, Presiden RI pertama
6.      Mama Cibuntu PP Miftahul Jawami’ al-Lathifiyyah (KH. Bahrum)
7.      Mama Cikungkurak (KH. Salim) Cikungkurak
8.      Mama Singaparna Tasikmalaya (KH. Syujai)
9.      Mama Cibuntu Bandung (KH. Tafsir)
10.  Mama Cangkorah Batujajar  PP al-Bidayah (KH. Siradj)
11.  Mama Gelar Cianjur (KH. Abdus Shamad)
12.  Mama Babakan PP Babakan Tipar Sukabumi (KH. Abdullah Mahfudz)
13.  Mama Nakhrawi Tanah Baru Bogor
14.  Mama Burbalinggo PP Probolinggo Jawa Timur
15.  Dan masih banyak yang lainnya.

Karamah Mama Eyang Cijerah

Diantara karamah Mama Eyang Cijerah yang pernah diceritakan oleh H. Muhammad Abi Sufyan dari gurunya, yakni KH. Muhammad Thaha (Mama Sindangsari) bin KH. Muhammad Shawi (Mama Ujungberung) adalah sebagai berikut:

Sehari sebelum Belanda mengadakan penyerangan ke Pesantren Mama Eyang Cijerah, beliau sudah mengetahui dengan mata batinnya (firasat) akan hal itu. Dan benarlah firasatnya itu, tepat pada esok harinya sewaktu pengajian, berdatanganlah tentara Belanda menyerang pesantren Mama Eyang Cijerah. Mama Eyang Cijerah pun berkata kepada para muridnya: “Diamlah! Ada tentara Belanda.”

Murid-muridnya pun diam mengikuti titah sang guru. Setelah itu masuklah tentara Belanda untuk mengobrak-abrik pesantren. Namun tak dilihatnya seorang manusia pun di dalam pesantren itu. Yang ada dan dilihat tentara Belanda waktu itu hanyalah kera-kera. Akhirnya tentara Belanda pun pulang kembali.

Kisah lainnya diceritakan juga bahwa suatu hari pernah seekor kerbau masuk terjebak ke dalam embeul (lumpur mematikan). Datanglah Mama Eyang Cijerah menghampiri kerbau tersebut dan mengangkatnya dengan tongkat kepunyaannya. Seketika kerbau itu pun terbang ke atas dan selamat dengan izin Allah Swt.

Di waktu lain pernah KH. Muhammad Thaha (Mama Sindangsari) diajak bersilarurrahim oleh Mama Eyang Cijerah ke suatu tempat. Berangkatlah keduanya dengan menaiki andong (delman). Tiba-tiba di pertengahan jalan Mama Eyang Cijerah meminta sang kusir untuk melewati tempat para begal (perampok), yang sudah dikenal banyak orang pada saat itu

“Mama Eyang, saya tidak berani melewati jalan itu karena jalan itu banyak perampoknya!” protes sang kusir.

Mama Eyang Cijerah pun menjawab dengan tenang: “Biarlah, paling juga mereka ingin seikat pisang.”

Akhirnya kusir andong itu pun dengan terpaksa mengikuti keinginan Mama Eyang Cijerah. Sesampainya di jalan yang dituju, benarlah apa yang dikatakan sang kusir, mereka dihalang-halangi oleh para perampok. Para perampok dengan paksa menyuruh menurunkan semua barang bawaan yang ada di dalam dokar itu.

Lalu Mama Eyang Cijerah berkata kepada muridnya, KH. Muhammad Thaha: “Jang, kasih perampok itu seikat pisang!”

Maka dikasihlah para perampok itu seikat pisang. Tak lama kemudian tiba-tiba para perampok itu menyuruh jalan kembali tanpa ada barang satu pun yang diambil oleh mereka.

Nasehat-Petuahnya

“Elmu siar dunya tungtut usaha jeung usolli” (Carilah ilmu tiap waktu, dan berusahalah secara bertahap. Serta jangan lupa dirikanlah shalat).

“Di dalam berusaha manusia itu terdiri dari 3 unsur; kulit, daging dan tulang. Kulit artinya kuli (buburuh-bekerja dari orang lain). Daging artinya dagang (berwirausaha). Dan tulang artinya tani (bertani/berkebun ). Maka carilah kecocokanmu dari 3 unsur tersebut. Janganlah menjadi seorang ulama yang thama’ (selalu mengharapkan pemberian orang lain), karena thama’ hukumnya haram.”

“Kaya itu boleh, asal jangan terpikir dalam akal dan terbesit dalam hati.”

Sanad Keguruan

Sanad keguruan Mama Eyang Cijerah berikut bersumber dari sanad yang dicatat oleh muridnya, KH. Muhammad Thaha (Mama Sindangsari). Sanad berikut hanya kami cantumkan dua sanad keilmuan, fiqih dan thariqah (tasawuf).

Mama Cijerah belajar ilmu fiqh dari  leluhurnya urutan ke-4, yakni Syaikh Abdul Muhyi Pamijahan, dan urutan ke-27 dari Rasulallah Saw. Berikut adalah uraian sanadnya:

1.      Nabi Agung Muhammad Saw. bin Syaikh Abdullah
2.      Sayyidina Abdullah bin Umar Ra.
3.      Imam Nafi’ bin Hurmuz Ra.
4.      Imam Malik bin Anas Ra.
5.      Imam Syafi’i Ra.
6.      Imam Ibrahim al-Mazani.
7.      Imam Abu Sa’id al-Anbathi.
8.      Imam Abu Abbas bin Syuraij.
9.      Imam Ibrahim al-Maruzi.
10.  Imam Abubakar al-Qafal.
11.  Imam Abdullah bin Yusuf bin Muhammad al-Juwaini.
12.  Imam Haramain Abdul Malik bin Abdullah bin Yusuf bin Muhammad al-Juwaini.
13.  Imam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad al-Ghazali.
14.  Imam Muhammad bin Yahya.
15.  Imam al-Ardabili.
16.  Imam an-Nawawi.
17.  Imam ‘Atha-uddin al-Athari.
18.  Al-Hafidz Abdurrahim al-Iraqi.
19.  Al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqalani.
20.  Imam Zakariya al-Anshari.
21.  Imam Ahmad bin Hajar Al-Haitami.
22.  Syaikh Zainuddin al-Malibari.
23.  Syaikh Abdul Muhyi Pamijahan (Safarwadi Tasikmalaya).
24.  Syaikh Hasan Musthafa bin Utsman Mas Sastramanggala Karang Anyar Bandung.
25.  Syaikh Ahmad Syuja’i Gudang Kota Batik Tasikmalaya.
26.  Syaikh Ahmad Syathibi bin Said Gentur Warung Kondang Cianjur.
27.  Syaikh  Muhammad Syafi’i (Mama Eyang Cijerah) bin KH. Muhammad Amin (Eyang Pasantren)  bin Ta’dzimuddin bin Zainal Arif (Eyang Agung Mahmud) bin Asmaddin bin Shamaddin bin Eyang Dalem Bojong bin Syaikh Abdul Muhyi Safarwadi Pamijahan Tasikmalaya.

Adapun Mama Cijerah belajar Thariqah Sattariyyah urutan ke-4 dari leluhurnya, Syaikh Abdul Muhyi Pamijahan, dan urutan ke-27 dari Rasulullah Saw. Berikut adalah uraian sanadnya:

1.      Nabi Agung Muhammad Saw. bin Syaikh Abdullah.
2.      Sayyidina Ali bin Abi Thalib Kw.
3.      Sayyidina Husain bin Ali bin Abi Thalib Ra.
4.      Imam Ali al-Akbar Zainal Abidin as-Sajad bin Husain Ra.
5.      Imam Muhammad al-Baqir bin Ali Zainal Abidin Ra.
6.      Imam Ja’far ash-Shadiq bin Muhammad al-Baqir Ra.
7.      Imam Musa al-Kadzim bin Ja’far ash-Shadiq Ra.
8.      Imam Abul Hasan Ali ar-Ridha bin Musa al-Kadzim Ra.
9.      Syaikh Abu Mahfudz Ma’ruf Fairuz al-Karkhi Ra.
10.  Syaikh Abu Hasan Sari bin al-Mughallas as-Saqathi Ra.
11.  Syaikh Abu Yazid Thaifur bin Isa al-Bisthami Ra.
12.  Syaikh Muhammad al-Maghribi Ra.
13.  Syaikh Abu Yazid al-‘Isyqi Ra.
14.  Syaikh Abu Maulana Rumi ath-Thusi Ra.
15.  Syaikh Abul Hasan Ali al-Kharqani Ra.
16.  Syaikh Hud Qaliyyu Malurin Nahar Ra.
17.  Syaikh Muhammad Asyiqi Ra.
18.  Syaikh Muhammad Arif Ra.
19.  Syaikh Abdullah asy-Syathariyyah Ra.
20.  Syaikh Hadiyatullah Saramta Ra.
21.  Syaikh al-Haj al-Hudhuri Ra.
22.  Syaikh Muhammad Ghauts bin Hataradini Ra.
23.  Syaikh Wajhuddin Uluwi Ra.
24.  Syaikh Sibghatullah bin Ruhullah Ra.
25.  Syaikh Ibnu Mawahib Abdullah Ahmad bin Ali Ra.
26.  Syaikh Ahmad bin Muhammad Qishas Ra.
27.  Syaikh Abdurrrauf  bin Ali al-Fansuri Singkel Ra.
28.  Syaikh Abdul Muhyi Pamijahan (Safarwadi Tasikmalaya) Ra.
29.  Syaikh Hasan Musthafa bin Utsman Mas Sastramanggala Karang Anyar Bandung.
30.  Syaikh Ahmad Syuja’i Gudang Kota Batik Tasikmalaya.
31.  Syaikh Ahmad Syathibi bin Said Gentur Cianjur.
32.  Syaikh  Muhammad Syafi’i (Mama Eyang Cijerah) bin KH. Muhammad Amin (Eyang Pasantren)  bin Ta’dzimuddin bin Zainal Arif (Eyang Agung Mahmud) bin Asmaddin bin Shamaddin bin Eyang Dalem Bojong bin Syaikh Abdul Muhyi Safarwadi Pamijahan Tasikmalaya.



Sya’roni As-Samfuriy, Cilangkap Jaktim 14 Maret 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar