SELAMAT BERPISAH WAHAI BULAN MULIA RAMADHAN
“Saduran Taushiyah Al-Habibana Mundzir bin Fuad Al-Musawa 2 Malam Terakhir
Ramadhan”
1. Penjelasan Tentang Zakat dan Tujuh Golongan yang
Berhak Menerimanya
Malam hari ini
khatam salah satu khalaqaturrasul ,
semoga Allah Swt. melimpahkan kepada kelompok ini kemuliaan dan keluhuran dan
kebahagiaan dari cahaya kemuliaan al-Quran di dunia dan akhirat, dibimbing
dengan akhlak al-Quran, dibimbing dengan cahaya kemuliaan al-Quran.
Bagi kita semua
yang turut menyaksikan khataman ini maka tentunya kebagian pahala dari
amal-amal seseorang sama seperti kita mengamalkannya, sebagaimana sabda Rasul
Saw. riwayat Shahih Muslim: “Barangsiapa
yang mengucapkan doa (min dzahiri qalb) dengan suara ,yaitu dari dasar hatinya
ia keluarkan doa itu. Ia ucapkan untuk mendoakan temannya, saudara muslimnya,
maka malaikat berkata (Aamiin walaka mitslu) Aamiin dan bagimu sebagaimana
doamu untuk saudaramu.”
Sebagaimana kita mendoakan
para khatim al-Quran, maka Allah Swt. melimpahkan (semoga kepada kita) pahala
khatim al-Quran, Aamiin Allahumma Aamiin.
Hadirin dan
hadirat, kita telah berada di pembahasan zakat. Zakat itu untuk menutupi
bolong-bolongnya amalan dari tubuh ini dan menutupi dosa-dosanya dan
aib-aibnya. Yang berhak menerima zakat itu tujuh, dulu delapan sekarang udah
nggak ada lagi, jadi tujuh. Mereka adalah:
1. Fuqara’
2. Masakin (orang-orang miskin)
3. Al-‘Amiilin
‘alaiha
4. Muallaf
5. Orang-orang yang
berhutang
6. Mujahidin
7. Ibnu Sabil
1. Fuqara’ (orang-orang fakir), yaitu orang
yang penghasilannya tidak mampu mencukupi kebutuhan pokoknya setiap bulan,
dimana penghasilan setiap bulannya hanya mampu mencukupi kebutuhan hidupnya
sebesar 50% saja.
2. Orang-orang miskin,
yaitu orang yang hanya penghasilannya setiap bulan mampu memenuhi sebesar 80%
dari kebutuhan pokoknya.
3. ‘Amiilin (pengurus zakat), yaitu
orang-orang yang bekerja mengumpulkan zakat dan membaginya kepada orang-orang
yang berhak menerimanya dengan Tauqil dan dengan Lafadznya: “Saya titipkan zakat ini kepadamu atas nama
saya dan istri saya dan anak-anak saya.” “Saya terima” kata si
Amiilin/pengurus zakat. Semua orang sudah tahu ini.
4. Muallaf, yaitu orang-orang yang baru masuk
Islam).
5. Orang-orang
berhutang yang tak sanggup membayar hutangnya.
6. Para Mujahidin fi Sabilillah, yaitu
orang-orang yang berperang di jalan Allah dengan suka rela dan tiada mendapat
gaji dari pemerintah.
7. Ibnu Sabil, orang yang pergi menuntut ilmu
pengetahuan dan mengembara untuk mensyiarkan agama Allah. Atau orang yang kecopetan,
mau pulang tapi tidak ada biaya.
Ada delapan
golongan orang yang berhak mendapatkan zakat, dapat dilihat pada al-Quran surat
at-Taubat ayat 60.
Sebelum kita
bersalam, kita tetap memegang keputusan dengan menunggu keputusan Kementerian Agama
dari sidang itsbat (penetuan 1 Syawal) dengan peralatan lengkap dan orang-orangnya
yang tsiqah.
Hadirnya rasa sedih
di hatimu ketika Ramadhan akan pergi, menandakan bahwa segala amalanmu di bulan
Ramadhan diterima di hadapan Allah Swt. Jangan sampai terlintas di hatimu
lintasan setan, Ramadhan buru-buru, Ramadhan buru-buru jalan deh, dah nggak
repot lagi. Jangan terlintas seperti itu, tapi sebaliknya kita harus sedih
dengan berangkatnya Ramadhan meninggalkan kita, semoga…
Para ‘arif billah
mereka sudah pada ketakutan pada hari-hari terakhir mau Idul Fithri, mau
takbiran, sudah ketakutan. Kenapa? Kalau di luar bulan Ramadhan, Allah Swt.
kasih sayangnya tidak sebesar seperti di bulan selain Ramadhan. Maka kita minta
kepada Allah supaya Allah tetap kasih sayang kepada kita di bulan Ramadhan dan
di selain bulan Ramadhan supaya Allah Swt. samakan kasih sayangnya.
2. Himbauan untuk Mengikuti Keputusan Pemerintah
Hari hari terakhir Ramadhan adalah
malam-malam tangis sedih bagi hamba-hambaNya Swt. Mereka sangat sedih berpisah
dengan Ramadhan, seraya merintih:
Selamat berpisah wahai Bulan
Sujud...
Selamat berpisah wahai Bulan
Puasa...
Selamat berpisah wahai Bulan
Taubat...
Selamat berpisah wahai Bulan
al-Quran...
Selamat berpisah wahai Bulan Ahlul Badr...
Selamat berpisah wahai Bulan Fatah
Makkah...
Selamat berpisah wahai Bulan Nuzulul
Quran...
Selamat berpisah wahai Bulan
Sabar...
Selamat berpisah wahai Bulan
Syukur...
Selamat berpisah wahai Bulan
Pengampunan...
Selamat berpisah wahai Bulan Rahmat Nya
Swt...
Selamat berpisah wahai Bulan
Pelepasan dari Api Neraka...
Ahlussunnah wal Jama’ah bersujud
setiap malamnya dalam shalat Tarawih sebanyak 40 kali sujud, sebagaimana
seluruh madzhab Ahlussunnah wal Jama’ah, berupa madzhab Syafi’i, Maliki, Hanbali
dan Hanafi kesemuanya menjalankan Tarawih paling sedikit sebanyak 20 rakaat yang
berarti paling sedikit mereka 40 kali bersujud setiap malamnya. Dan dalam
sebulan penuh Ramadhan mereka menyempurnakan paling sedikit 1.200 kali sujud
pada Allah Swt. Inilah malam-malam ribuan sujud ummat Muhammad Saw. Dan Rasul Saw.
telah bersabda: “Allah mengharamkan api
neraka untuk membakar anggota sujud.” (Shahih Muslim). Ya Rabb jadikan kami
ahlussujud.
`
Berakhir di penghujung Ramadhan, 1 Syawal
1432 H, saya menghimbau seluruh muslimin untuk bersatu dalam shaf Ahlussunnah
wal Jama’ah, jangan memisahkan diri dari kelompok besar muslimin Arba’a Madzahib (4 madzhab besar),
bersatulah. Sungguh Rasul Saw. bersabda: “Jika
kalian melihat hal yang tak kalian senangi pada penguasa kalian, maka
bersabarlah. Sungguh barangsiapa yang keluar sejengkal dari jamaah muslimin lalu
ia wafat, maka ia akan mati dalam kematian jahiliyah.” (Shahih Bukhari).
Jangan pisahkan dirimu dari Ahlussunnah
wal Jama’ah. Sungguh keempat madzhab besar dimuka bumi ini memperbolehkan
Maulid Nabi Muhammad Saw. Sungguh keempat madzhab besar ini bertawassu. Sungguh
keempat madzhab besar ini berziarah kubur. Sungguh keempat madzhab besar ini
bertabarruk pada shalihin. Sungguh keempat madzhab besar ini tak ada yang
melakukan Tarawih 11 rakaat, mereka bersujud paling tidak 40 kali setiap
malamnya dalam Tarawih.
Dan kita mengikuti pengumuman
pemerintah kita, kita bukan budak pemerintah, namun kita bukan pula pemberontak.
Kita adalah ummat Sayyidina Muhammad Saw. Dan Rasulullah Saw. telah
menginstruksikan untuk jangan berpisah dari jamaah Muslimin, dan bersabar atas
kesalahan penguasa kita. Dan kita diinstruksikan untuk taat selama tak
diperintah untuk bermaksiat.
Sungguh imam-imam kita telah berbuat
demikian, mereka tak memberontak pada pemerintahan dan penguasa, padahal penguasa
masa lalu sangatlah keji. Banyak imam-imam yang disiksa, dibantai, dicambuk,
namun imam-imam kita lebih menyukai kedamaian dan membangun generasi mulia.
Saya pernah bertanya kepada Mufti
Tarim al-‘Allamah al-Musnid al-Habib Ali al-Masyhur bin Hafidz (Hadhramaut,
Yaman), mengenai: “Bagaimana kalau
ternyata yang benar dalam memutuskan Idul Fithri itu justru yang memisahkan
diri dari jamaah muslimin?”
Beliau menjawab: “Berpuasa di hari Idul Fithri demi mengikuti
jamaah muslimin jauh lebih afdhal daripada berbuka namun memisahkan diri dari
jamaah muslimin dan menyebabkan perpecahan muslimin.”
Demikian pendapat yang sama oleh al-‘Allamah
Mufti Madinah al-Munawwarah al-Musnid al-Habib Zein bin Ibrahim bin Smith.
Karena menyebabkan kebingungan muslimin, perpecahan dan memisahkan diri dari
jamaah muslimin telah diancam mati dalam kekufuran oleh Nabi Saw. sebagaimana
hadits di atas.
Maka dengan ini kita mengangkat
kedua tangan kita, di malam malam terakhir penghujung bulan agung ini, agar
Allah menyatukan sanubari muslimin, mengembalikan mereka yang memisahkan diri
dari jamaah muslimin, untuk kembali pada shaf Ahlussunnah wal Jama’ah wa Madzahib
al-Arba’ah.
Yaa Rabb.. kembalikan mereka pada
shaf jamaah muslimin, Yaa Rabb mereka keluarga kami, teman, kami, saudara kami
muslimin, genggam jiwa mereka dan kembalikan mereka pada shaf kami, Ya Rahman..
Yaa Rahiim..
Saudara dan saudariku, jadikanlah
Idul Fithri ini persatuan muslimin, mereka yang berlebaran berbeda, jangan
diikuti dan jangan pula dimusuhi, kita semua bertanggung jawab menyeru mereka
untuk kembali, kita berlapang dada untuk pelahan-lahan mengembalikan mereka
pada shaf mulia ini.
Rabbiy jangan kau haramkan kami dari
sekecil-kecilnya anugerahMu di bulan agung ini. Rabbiy kami tak rela berpisah
darinya kecuali Kau halalkan bagi kami seluruh anugerahMu yang tersimpan pada
setiap kejap di bulan Ramadhan ini, Wahai Yang Maha Memiliki Ramadhan, Wahai
Yang Maha Memiliki setiap anugerah sepanjang zaman, wahai Yang Maha Memiliki
Kebahagiaan setiap waktu dan masa, Wahai Yang Maha Kekal dan Tunggal sebelum
segalanya ada, hingga kesemuanya ada, hingga kesemuanya sirna, wahai Cahaya
Keabadian yang menerangi jiwa hamba-hambaNya dengan iman dan kesejukan,.
Terangi jiwa kami dengan Cahaya NamaMu,
jadikan NamaMu adalah Nama teragung dalam jiwa kami, Nama yang paling kami
rindukan, nama yang paling kami harapkan, Nama yang paling kami dambakan dan
cintai.
يَا الله...يَا الله... ياَ الله.. ياَرَحْمَن يَارَحِيْم ...لاَإلهَ إلَّاالله...لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ اْلعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ...لاَ إِلهَ إِلَّا الله رَبُّ اْلعَرْشِ اْلعَظِيْمِ...لاَ إِلهَ إلَّا اللهُ رَبُّ السَّموَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ وَرَبُّ اْلعَرْشِ اْلكَرِيْمِ...مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ،كَلِمَةٌ حَقٌّ عَلَيْهَا نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوتُ وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى مِنَ اْلأمِنِيْنَ
0 komentar:
Posting Komentar