Di dalam buku
kecil karya al-‘Allamah al-Habib Umar bin Hafidz BSA Yaman berjudul “Wala
Tanaza’u Fatafsyalu Watadzhaba Rihukum (Janganlah Kamu Berselisih Sehingga
Menyebabkan Kamu Gentar dan Lemah)”, beliau menulis sebagai berikut:
إن الجهاد في
سبيل الله على أوضح مجالاته وحالاته، لو قام فدخل في النية ذرة من قصد غير الله لضاع
صاحبه، قال صلى الله عليه وسلم:(( من غزا وهو ينوي عقلا فله مانوى)) رواه أحمد والنسائي
والطبراني والحاكم‘ فكيف إذا كان الأمر ليس بواضح القيام فيه على حقيقة من الدين ولا
حقيقة من النور ولا حقيقة من الجهاد في سبيل الله تبارك وتعالى إلا ما يدعيه أصحاب
كل فرقة أنهم مجاهدون ضد طائفة أخرى. إنها الفتن العمياء الصماء، إنها الفتن المظلمة،
لاتكن فيها طرفا من الأطراف يقضي فيها الكافر والفاجر غرضه، أو يتخذه جسرا لينال شيأ
من مراده، ولا بلغ الله أعداءه مرادا فينا ولا في أحد من أهل الملة ولا في أحد من أهل
القبلة. يجب أن يتألم قلبك أن أصبح الناس من أهل هذا الدين
العظيم عرضة لأن يسيروا ويدبروا من قبل قوى الكفر ليضعفوا بعضهم البعض ويؤذوا بعضهم
البعض ويقتلوا بعضهم البعض ويتطاولوا على بعضهم البعض. ويسبوا بعضهم البعض من أباح
لهم ذلك؟ من زين لهم ذلك؟ وعلى أي أساس يقيمون ذلك؟
“Jika jihad di
jalan Allah dinilai sia-sia karena niat yang tidak ikhlas, maka bagaimana
dengan tindakan yang belum tentu termasuk jihad di jalan Allah kecuali menurut
klaim klompok yang suka memerangi klompok lain? Sungguh ini adalah fitnah yang
buta dan tuli. Sungguh ini adalah fitnah yang bisa mencelakakan. Janganlah
sampai kamu diperalat orang-orang kafir dan orang-orang jahat demi kepentingan
mereka. Jangan sampai tujuan busuk musuh-musuh Allah terhadap kita dan satupun
dari ahlul millah dan ahlul qiblah itu tercapai.
Wajib bagimu
merasa prihatin karena umat Islam dijadikan boneka oleh orang-orang kafir untuk
saling melemahkan, saling menjelekkan, saling mencaci bahkan saling membunuh.
Siapa yang memperbolehkan tindakan tersebut? Siapa menganggap baik tindakan
tersebut? Atas dasar apa mereka melakukannya?”
Lalu bagaimana
petunjuk Nabi Muhammad Saw. dalam berinteraksi dengan fitnah tersebut? Dalam
hal ini, al-Habib Umar bin Hafidz menampilkan sebuah hadits yang menjelaskan
tentang akan terjadinya fitnah di akhir zaman. Tatkala fitnah itu terjadi,
orang yang duduk lebih baik daripada orang yang berdiri. Orang yang berdiri
lebih baik daripada orang yang berjalan. Dan orang yang berjalan lebih baik
daripada orang yang berusaha.
Artinya, semakin
dekat seseorang kepada fitnah tersebut maka ia dinilai semakin buruk. Dan semakin
jauh seseorang dari fitnah tersebut maka ia dinilai semakin baik. Tatkala itu,
sabda Nabi Saw., “Pecahkan busur panahmu. Putus-putuslah senarnya. Patahkan
pedangmu dengan batu. Dan jika ada seseorang yang dimasuki untuk dibunuh maka
hendaknya dia menjadi seperti anak yang baik dari dua putra Nabi Adam (Habil
dan Qabil).”
Yang dimaksud
anak yang baik disini adalah Habil yang perkataannya diceritakan di dalam
al-Quran: “Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk
membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk
membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam.”
Setelah
menyebutkan hadits ini, Habib Umar bin Hafidz menulis sebagai berikut:
أنجد أنصح منه؟
أم نجد بيانا أفصح من بيانه؟ إنه أشجع الخلق ، وأكرم الخلق والذي علم الناس تقديم الأنفس
والأموال لله خالصة مخلصة نياتهم طيبة بها قلوبهم ونفوسهم، يبين هذا لبيان ويقول: أبعدوا
عن استعمال الأسلحة، فليس الوقت وقتها ولا المجال مجالها وليست مؤدية إلى خير، فكسروا
قسيكم وقطعوا أوتاركم واضربوا بسيوفكم الحجارة، صلوات ربي وسلامه عليه وهو سيد المجاهدين
وهو خير المجاهدين.
“Adakah yang lebih bisa
memberi nasihat daripada Nabi Muhammad? Adakah penjelasan yang lebih fasih
daripada penjelasannya? Beliau adalah hamba Allah yang paling berani. Beliau
adalah hamba Allah yang paling mulia. Dan beliau adalah seorang nabi yang telah
mengajarkan untuk berkorban jiwa dan harta dengan ikhlas karena Allah. Namun
beliau Saw. menjelaskan penjelasan ini dan berkata: “Jauhkan dirimu dari
menggunakan senjata. Sekarang bukan waktunya. Di sini bukan ruangnya.
Penggunaan senjata tidak akan mengantarkan kepada kebaikan. Maka pecahkan busur
panahmu. Putus-putuslah senar-senar busurmu. Patahkan pedangmu dengan batu.”
Semoga rahmat
dan salam Tuhanku selalu terlimpahkan kepada Kanjeng Nabi Muhammad Saw., pemimpin
dan sebaik baik pejuang.” (Mohammad Mahrus Ali,
tokoh muda NU Madura mantan Rais Syuriah PCI NU-Yaman dan alumnus al-Ahgaff
University).
Boleh tau takhrij hadust tersebut om?
BalasHapus