Halaman

Sabtu, 24 September 2016

Kisah Dahsyatnya Doa Wali Mastur Habib Syaikh Bin Yahya, Habib yang Mencintai Petani



Dulu di negeri Yaman pernah terjadi fitnah (konflik) yang sangat dahsyat, antar qabail (suku) saling terlibat kontak senjata. Meskipun para ulama sudah turun tangan menasihati mereka untuk secepatnya melakukan gencatan senjata namun tampaknya mereka tidak menggubris nasehat para ulama tersebut. Para ulama khawatir jika konflik dibiarkan terus-menerus dan tidak secepatnya diredam maka bala’ (musibah) akan turun.

Akhirnya para ulama min ahlil kasyf (ulama-ulama yang waskito) baik dari kalangan habaib maupun non-habaib semuanya berkumpul di kota Tarim. Mereka mencaritahu siapa kiranya orang yang bisa meredam konflik yang terus berkepanjangan. Padahal waktu itu wali-wali besar seperti Syaikh Abu Bakar bin Salim masih hidup. Dan setelah mereka berhasil menemukan orangnya yaitu Habib Syaih bin Ahmad bin yahya, akhirnya para ulama Yaman sepakat menunjuk beliau sebagai taskitul fitan (peredam konflik). Konon Syaikh Abu Bakar bin Salim lah yang menunjuk beliau sebagai peredam konflik.

Habib Syaih bin Ahmad bin Yahya adalah “Wali Mastur”. Kewalian beliau tidak begitu terkenal seperti wali-wali yang lain. Wali Mastur artinya wali yang tersembunyi, namun bukan berarti tidak terlihat, beliau ada di tengah-tengah masyarakat tapi identitas kewaliannya tidak bisa diketahui oleh orang lain kecuali orang-orang tertentu.

Saat itu beliau tinggal di kampung Masileh, dan daerah yang sedang dilanda perang saudara ada di daerah Gharrat. Setelah mendapat tugas dari para ulama Yaman untuk meredam konflik beliau langsung bergegas menuju kampung Gharrat. Setibanya di sana beliau memohon kepada Allah agar perang saudara yang sedang menimpa negerinya segera berakhir.

Tak berapa lama kemudian langit yang sebelumnya diliputi oleh awan berwarna hitam pekat yang sangat gelap bercampur api berwarna merah yang siap meluluhlantakan negeri Yaman akhirnya lenyap seketika dan diiringi dengan turunnya hujan yang sangat deras. Dan berkat doa beliau semua suku yang terlibat kontak senjata pun akhirnya menyerah dan minta diatur sama Habib Syaikh bin Ahmad bin Yahya. Berkat doa beliau pula negeri yang dulunya dilanda perang saudara akhirnya mulai berangsur kondusif. Sehingga beliau terkenal sebagai juru damai dan Taskitul Fitan (peredam fitnah/konflik).


Sampai akhir hayatnya beliau menetap di kampung Gharrat dan dimakamkan di kampung tersebut. Catatan ini berdasarkan penuturan dari Maulana Habib M. Luthfi bin Yahya saat Pengajian Ramadhan tahun 2016. Dua tahun sebelumnya, yakni di Pengajian Ramadhan tahun 2014, Maulana Habib Luthfi bin Yahya menuturkan bahwa al-Quthb al-Habib Syaikh bin Ahmad bin Yahya adalah wali yang mencintai petani. “Barangsiapa bertani, bertawassullah pada Habib Syaikh, insya Allah taninya hasil.” Tutur Maulana Habib M. Luthfi bin Yahya. (Sumber: Ust. Syahudi, Ust. Syukron Ma’mun dan IBJ).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar