Halaman

Senin, 07 September 2015

WAJIB MENGIMANI KERAMAT PARA WALI

"Termasuk murtad secara i'tiqad adalah mengingkari karamah (keramat)nya para wali,"
tutur sang guru pagi itu menjelaskan bab riddah dari kitab Sullam at-Taufiq. Lalu beliau menceritakan beberapa contoh keramatnya para wali, diantaranya Mbah Dalhar. "Meski tidak masuk akal, yang namanya karamah wali itu ya harus dipercaya."

Telah lama Mbah Dalhar, Watucongol Magelang, berkeinginan untuk pergi haji dan menimba ilmu di tanah Haram. Dirasa waktunya sudah tepat, Mbah Dalhar pun segera memenuhi hajatnya tersebut. Ia berangkat ke tanah suci dengan meninggalkan istrinya yang sedang hamil muda.

Tidak sebentar Mbah Dalhar menetap di tanah Haram, 25 tahun. Selama itu pula, dengan izin Allah, ada seorang wanita yang senantiasa melayani membawakan makan dan minum untuknya. Siapa wanita itu dan dari mana, Mbah Dalhar pun tidak tahu.

Sepulang dari Makkah Mbah Dalhar dikagetkan dengan sambutan seorang wanita yang meraih tangannya lalu diciuminya. "Aku putrimu," tutur wanita itu. Lalu dijelaskan bahwa ia adalah putri Mbah Dalhar yang ditinggalnya 25 tahun silam saat masih dalam kandungan ibunya yang telah difurqah (pisah). Ia seraya meminta izin kepada ayahnya, Mbah Dalhar, untuk berkenan menjadi wali di acara pernikahannya yang akan berlangsung tak lama lagi.

Di hari yang ditentukan Mbah Dalhar pun telah siap. Tak dinyana, di tempat acara pernikahan putrinya tersebut ia melihat sosok wanita yang sama persis seperti yang melayaninya selama berada di Mekkah. Seusai mengakadkan pernikahan putrinya, akhirnya Mbah Dalhar menanyakan perihal sosok wanita itu. "Namanya Kamaliyah," jawab salah seorang yang mengenalnya.

"Coba tanyakan, bersediakah dia menjadi istriku?" Tanya Mbah Dalhar.

Karuan saja pertanyaan itu langsung diiyakan, karena ternyata wanita itu memang sosok yang melayani Mbah Dalhar selama 25 tahun di Mekkah. Tak pakai lama, hari itu dilangsungkan pula akad nikah antara Mbah Dalhar dengan Nyai Kamaliyah.

"Itulah Mbah Dalhar, berangkat membawa mempelai putri yang hendak dinikahkannya dan pulang membawa mempelai putri yang telah dinikahinya," tutur sang guru mengkisahkan buyutnya tersebut.

Setelah itu sang guru pun menceritakan sosok Bu Nyai Kamaliyah, yang juga penuh keramat. Di Magelang hampir semua mengenalnya. Berperawakan besar dan lebar. Saking lebarnya, becak pun hanya muat untuk dirinya. Sosok wanita yang sangat perhatian dengan kondisi masyarakatnya. Ia tak pernah menolak setiap kali ada seorang pedagang yang menawarkan sisa dagangannya. Seberapapun banyaknya, pasti dibayarnya. Cukup dengan memiringkan badan seketika uang sudah digenggamnya. Padahal tak pernah dilihat ia pernah punya uang.

Kurang dan lebihnya mohon dikoreksi kembali. Wallahu a'lam. (Watucongol Magelang, Ahad pagi 6 September 2015)

1 komentar: