Rasulullah Saw. pernah memberi informasi kepada kita ummatnya dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan sudah sangat masyhur: “Apabila datang bulan Ramadhan, dibukalah pintu-pintu surga, ditutup pintu-pintu neraka dan diikat setan-setan.”
Tapi bagaimana kita lihat kenyataannya? Seakan-akan tidak ada pengaruhnya diikatnya setan di bulan Ramadhan dengan berjalannya terus jaring-jaring setan yang menimbulkan dosa dan kealpaan (yang dikhawatirkan akan menimbulkan malapetaka bagi ummat dan bangsa ini).
Ternyata ada yang lebih dahsyat dari setan, yaitu hawa nafsu. Sebagaimana diinformasikan oleh Rasulullah Saw.:
أَعْدٰى عَدُوِّكَ نَفْسُكَ الَّتِيْ بَيْنَ جَنْبَيْكَ
“Musuhmu yang paling berat adalah nafsumu yang ada di badanmu.” (HR. at-Tirmidzi).
النَّفْسُ أَخْبَثُ مِنْ سَبْعِيْنَ شَيْطَانًا
“Nafsu itu lebih jahat daripada 70 syetan.” (Al-Hadits)
Langkah-langkah Penyelamat
Orang yang beriman kepada Allah mengetahui hidup di dunia satu kali dan sementara penuh dengan ujian pasti mendambakan selamat dunia akhirat, dan untuk mencapai keselamatan dunia akherat harus melakukan langkah membentengi diri dari jaringan-jaringan setan dan hawa nafsu. Langkah yang paling utama untuk menyelamatkan diri dari jaringan hawa nafsu adalah:
1. Mengenal Hawa Nafsu
Para pakar tafsir dari berbagai ayat-ayat Allah menyebutkan sederet sifat-sifat hawa nafsu, namun sebagaimana dikatakan oleh al-Imam ash-Shawi Ra.: “Setiap manusia mempunyai satu nafsu dan nafsu mempunyai tiga sifat. Tiga sifat hawa nafsu tersebut yaitu;
a. Nafsul Ammarah Bissu’ (النفس الأمارة بالسوء). Hawa nafsu yang selalu mengajak kepada perbuatan yang jelek. Allah Swt. berfirman dalam QS. Yusuf ayat 3:
إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ
“Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan.”
Dalam menghadapi hawa nafsu yang seperti ini harus selalu berjuang memeranginya. Diriwayatkan suatu ketika Rasulullah Saw. bersama para sahabatnya pulang dari suatu peperangan, maka para sahabat di belakang Rasulullah Saw. berbisik-bisik: “Kita pulang dari peperangan yang cukup besar.”
Ketika Rasulullah Saw. mendengar, langsung Rasulullah Saw. mengatakan: “Kami pulang dari peperangan yang kecil menuju peperangan yang besar.”
Para sahabat terkejut, “perang yang seperti apa wahai Rasulullah?”
Rasulullah Saw. mengatakan: “Peperangan yang besar adalah peperangan melawan hawa nafsu”.
Jika sesorang selalu memerangi hawa nafsu yang jelek, maka Nafsul Ammarah Bissu’ akan berpindah sifat menjadi,
b. Nafsul Lawwamah (النفس اللوامة). Nafsu yang menyesali kejelekan yang telah lalu dan mengajak menuju kebaikan. Allah berfirman dalam QS. al-Qiyamah ayat 2:
وَلا أُقْسِمُ بِالنَّفْسِ اللَّوَّامَةِ
“Dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali dirinya sendiri.”
Menghadapi hawa nafsu yang seperti ini butuh perjuangan juga yaitu semangat mewujudkan ajakan yang menuju kebaikan. Jika ajakan-ajakan menuju kebaikan dari Nafsul Lawwamah terus berusaha diwujudkan, maka hawa nafsu akan berubah lagi menuju,
c. Nafsul Muthmainnah (النفس المطمئنة). Allah berfirman dalam QS. al-Fajr ayat 27-30:
يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ، ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً فَادْخُلِي فِي عِبَادِي، وَادْخُلِي جَنَّتِي
“Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhaiNya. Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam surgaKu.”
Jika seseorang yang telah berjuang memerangi Nafsul Ammarah Bissu’ dan berhasil merubah sifatnya menjadi Nafsul Lawwamah yang harus diperjuangkan untuk diikutinya, maka akan mendapatkan sukses besar keindahan dan kebahagiaan hidup dunia akhirat dengan Nafsul Muthmainnah, disaat harus berpindah dari alam dunia, saat-saat awal memasuki kehidupan akhirat mendapat panggilan langsung dari Allah Swt.
Doa Penunjang Usaha Merubah Sifat Hawa Nafsu untuk Mewujudkan Nafsul Muthmainnah
Setelah berusaha secara fisik dengan berjuang sekuat tenaga, maka harus ada usaha sentuhan ruhani dengan memohon kepada Yang Mahabisa merubah segala-galanya. As-Sayyid Hasan Fad’aq Ra., Mufti asy-Syafi’iyah di Makkah al-Mukarramah, dalam kitabnya “Fawaid al-Hisan” meriwayatkan doa dari sahabat Ali bin Abi Thalib Ra. yang diajarkan oleh Rasulullah Saw. yang sungguh istimewa untuk memohon kepada Allah Swt. dalam berusaha meraih Nafsul Muthmainnah.
اَللّٰهُمَّ اجْعَلْ نَفْسِى نَفْسًا طَيِّبَةً مُطْمَئِنَّةً طَائِعَةً حَافِظَةً تُؤْمِنُ بِلِقَائِكَ وَتَقْنَعُ بِعَطَائِكَ وَتَرْضٰى بِقَضَائِكَ وَتَخْشَاكَ حَقَّ خَشْيَتِكَ لآ حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ
“Ya Allah, jadikanlah nafsuku nafsu yang baik, yang tenang, yang taat, yang terjaga, yang percaya akan berjumpa denganMu, dan menerima dengan pemberianMu, rela dengan keputusanMu, takut kepadaMu dengan sebenar-benarnya, dan tidak ada kekuatan kecuali dari Allah, Dzat Yang Maha Luhur lagi Maha Agung.”
Doa ini dibaca setiap selesai shalat satu kali dan bagi yang mempunyai sifat was-was diusahakan sewaktu-waktu dibaca 41 kali. (Oleh: Syaikh KH. Sholeh Basalamah Jatibarang
Brebes)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar