1.
Keringatmu Diperhitungkan
Pernah suatu ketika tatkala al-Habib Hasan bin
Abdullah bin Umar asy-Syathiri, ulama besar asal Yaman, diminta untuk mengajar
di Masjidil Haram oleh Raja Faisal. Habib Hasan punya banyak murid di Mekkah,
maka datanglah beliau namun tidak langsung mengajar. Beliau berkata: “Sebelum
mengajar, aku ingin berdagang. Tapi aku tidak punya uang.”
Maka berebutanlah para muridnya datang membawa uang
untuk diberikan kepada sang guru secara ikhlas (cuma-cuma). Namun Habib Hasan
malah menolaknya, dengan halus beliau berkata: “Aku tidak meminta, tetapi
aku ingin berhutang.” Maka para muridnya pun memberikan uang itu kepada
sang guru sebagai hutangan, demi mengharap keberkahan darinya.
Esoknya datang para pembesar Mekkah menjemput beliau.
Lalu mereka berkata: “Wahai Habib, jika engkau ingin berdagang maka Raja pun
bisa memberimu Pasar!”
Tak dinyana, Habib Hasan asy-Syathiri malah menjawab: “Ketahuilah
bahwa banyak dosa yang rontok karena keringat yang menetes ketika seseorang
bekerja.”
2. Jangan
Dimarahi, Tapi Dirahmati
Habib Hasan bin Abdullah bin Umar asy-Syathiri adalah
Pengasuh Rubath Tarim yang sangat terkenal dan dihormati di kota Tarim,
Hadhramaut. Suatu ketika, beliau berkunjung ke Singapura dan menginap di salah
satu hotel. Ketika murid beliau sedang mengurus check-in, beliau duduk di salah
satu sofa yang ada di lobby hotel.
Tiba-tiba duduk di hadapan beliau sepasang kekasih bule.
Mereka tak henti-hentinya berciuman dan berpelukan di hadapan sang habib. Habib
Hasan hanya menunduk. Rata-rata orang Hadhramaut tak biasa memandang perempuan
yang bukan mahramnya, apalagi dalam adegan mesra.
Setelah urusan check-in selesai, Habib Hasan
dipersilakan oleh murid-muridnya untuk memasuki lift yang akan membawa ke
lantai kamar. Tak disangka, kedua kekasih itu ikut masuk ke dalam lift dan
meneruskan percumbuannya. Murid-murid Habib Hasan pun marah dan bermaksud
menegur sepasang kekasih tadi karena berbuat yang tidak senonoh di hadapan
seorang ulama besar.
Namun Habib Hasan justru melarang murid-muridnya untuk
menegur mereka. Beliau tetap menunduk dan kemudian membaca doa. Doa beliau
sebagaimana yang masyhur dari Imam Abu Hanifah:
اللهم كما فرحتهما في الدنيا ففرحهما في الاخرة
“Allahumma kama farahtahuma fiddunya, fafarrihhuma fil
akhirah.” (Ya Allah,
seperti Engkau beri kebahagiaan pada mereka berdua (sepasang kekasih itu) di
dunia, bahagiakanlah mereka di akhirat).
Begitulah akhlaq ulama-ulama besar kita. Mereka tidak
reaktif dan membabi buta. Rasa kasih sayang didahulukan dari kemarahan. Keinginan
Habib Hasan adalah agar keduanya berbahagia di akhirat kelak, seperti
kebahagiaan mereka bercumbu dan bercinta di dunia. (Sumber cerita: Habib Ismail Fajrie Alattas).
Sya’roni As-Samfuriy,
Bandung 29 Oktober
2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar