Halaman

Selasa, 28 Oktober 2014

Dua Kisah Menyentuh Habib Hasan Asy-Syathiri, Ulama Besar Yaman



1.      Keringatmu Diperhitungkan

Pernah suatu ketika tatkala al-Habib Hasan bin Abdullah bin Umar asy-Syathiri, ulama besar asal Yaman, diminta untuk mengajar di Masjidil Haram oleh Raja Faisal. Habib Hasan punya banyak murid di Mekkah, maka datanglah beliau namun tidak langsung mengajar. Beliau berkata: “Sebelum mengajar, aku ingin berdagang. Tapi aku tidak punya uang.”

Maka berebutanlah para muridnya datang membawa uang untuk diberikan kepada sang guru secara ikhlas (cuma-cuma). Namun Habib Hasan malah menolaknya, dengan halus beliau berkata: “Aku tidak meminta, tetapi aku ingin berhutang.” Maka para muridnya pun memberikan uang itu kepada sang guru sebagai hutangan, demi mengharap keberkahan darinya.

Esoknya datang para pembesar Mekkah menjemput beliau. Lalu mereka berkata: “Wahai Habib, jika engkau ingin berdagang maka Raja pun bisa memberimu Pasar!”

Tak dinyana, Habib Hasan asy-Syathiri malah menjawab: “Ketahuilah bahwa banyak dosa yang rontok karena keringat yang menetes ketika seseorang bekerja.”

2.      Jangan Dimarahi, Tapi Dirahmati

Habib Hasan bin Abdullah bin Umar asy-Syathiri adalah Pengasuh Rubath Tarim yang sangat terkenal dan dihormati di kota Tarim, Hadhramaut. Suatu ketika, beliau berkunjung ke Singapura dan menginap di salah satu hotel. Ketika murid beliau sedang mengurus check-in, beliau duduk di salah satu sofa yang ada di lobby hotel.

Tiba-tiba duduk di hadapan beliau sepasang kekasih bule. Mereka tak henti-hentinya berciuman dan berpelukan di hadapan sang habib. Habib Hasan hanya menunduk. Rata-rata orang Hadhramaut tak biasa memandang perempuan yang bukan mahramnya, apalagi dalam adegan mesra.

Setelah urusan check-in selesai, Habib Hasan dipersilakan oleh murid-muridnya untuk memasuki lift yang akan membawa ke lantai kamar. Tak disangka, kedua kekasih itu ikut masuk ke dalam lift dan meneruskan percumbuannya. Murid-murid Habib Hasan pun marah dan bermaksud menegur sepasang kekasih tadi karena berbuat yang tidak senonoh di hadapan seorang ulama besar.

Namun Habib Hasan justru melarang murid-muridnya untuk menegur mereka. Beliau tetap menunduk dan kemudian membaca doa. Doa beliau sebagaimana yang masyhur dari Imam Abu Hanifah:

اللهم كما فرحتهما في الدنيا ففرحهما في الاخرة

“Allahumma kama farahtahuma fiddunya, fafarrihhuma fil akhirah.” (Ya Allah, seperti Engkau beri kebahagiaan pada mereka berdua (sepasang kekasih itu) di dunia, bahagiakanlah mereka di akhirat).

Begitulah akhlaq ulama-ulama besar kita. Mereka tidak reaktif dan membabi buta. Rasa kasih sayang didahulukan dari kemarahan. Keinginan Habib Hasan adalah agar keduanya berbahagia di akhirat kelak, seperti kebahagiaan mereka bercumbu dan bercinta di dunia. (Sumber cerita: Habib Ismail Fajrie Alattas).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar