Halaman

Selasa, 09 September 2014

PERINGATAN BAGI YANG SUKA TERTAWA-TERBAHAK




Rasulullah Saw. adalah orang yang paling banyak tertawa. Namun tertawa beliau Saw. adalah senyum lebar yang sangat cerah namun tidak bersuara, apalagi terbahak-bahak. Sebagaimana riwayat Anas Ra.: “Seseorang berbicara membalik penafsiran dan berucap dengan ucapan-ucapan konyol menyebabkan tertawa keras, maka ia akan tersungkur di neraka jahannam selama 70 tahun.”

Dan berkata Imam an-Nawawi: “Banyak tertawa adalah penyebab gelap dan kerasnya hati.” Rasulullah Saw. membenci tertawa terbahak-bahak, sebagaimana hadits: “Barangsiapa yang terbahak-bahak dalam shalatnya maka ia mengulang wudhunya dan shalatnya.” Maka menurut madzhab Hanafi tertawa terbahak-bahak membatalkan wudhu. (Faidh al-Qadir juz 4 halaman 259).

Berkata pula Ali bin Husein Ra.: “Barangsiapa yang tertawa terbahak-bahak, maka runtuhlah sebagian dari ilmunya.” (Sunan ad-Darimi no. 583). Dan masih banyak lagi riwayat mengenai hal ini.

Namun sebagian para da’i di negeri kita menganggap tertawa saat menyampaikan ceramah merupakan suatu cara agar masyarakat awam asyik dengan pembahasan, asyik dengan syariah, dan mereka bermaksud agar hadirin tidak mengantuk, dan dipakailah hal-hal yang lucu untuk menarik perhatian orang yang belum menyukai majelis taklim.

Secara pribadi saya (Habib Mundzir al-Musawa) tidak setuju. Karena menarik perhatian muslimin tidak perlu dengan tawa terbahak-bahak, cukuplah badut di tv-tv, tak pantas pula terbahak-bahak di majelis taklim. Sebab tak pantas bagi orang muslim yang berakal untuk menjadikan ayat-ayat al-Quran sebagai bahan lelucon, dan terlebih lagi di masjid-masjid. Namun barangkali boleh-boleh saja menjadikan sedikit lelucon untuk melebur ketegangan, tapi tak sepantasnya dengan tawa terbahak-bahak apalagi berkelanjutan.

Sebagian muslimin sudah keasyikan dengan mengundang da’i yang sekaligus badut, walaupun ia habib atau kyai, ia tetap dalam kesalahan yang fatal bila menjadikan al-Quran sebagai bahan badut. Dan lebih mnyedihkan lagi adalah majelis taklim yang setiap minggunya merupakan medan tawa terbahak-bahak. Na’udzubillah dari keadaan muslimin yang seperti ini. Maka bagi kita untuk saling mengingatkan agar tak menjadikan masjid-masjid kita sebagai majelis tawa dan lelucon.

2 komentar: