Ada seorang mahasiswa
UI curhat dipaksa seniornya untuk tidak bermadzhab. Akhirnya ia bertanya kepada
KH. Abdi Kurnia Djohan,
salah satu dosen di Universitas Indonesia (UI): “Apakah bermadzhab itu tidak
penting Ustadz?”
Dijawab dengan ilustrasi:
“Coba kamu perhatikan kitab Fathul Bari yang ditulis sebanyak 13 jilid itu.”
Mahasiswa itu bertanya
lagi: “Ya Ustadz, terus apa hubungannya Ustadz?”
“Apakah semua kata yang
ditulis Imam Ibnu Hajar di situ beliau anggap penting?” Kyai Abdi balik tanya.
“Iya Ustadz.”
KH. Abdi Kurnia Djohan
kemudian berkata: “Imam Ibnu Hajar tidak akan menulis keterangan di kitab
itu kalau beliau tidak menganggap penting. Lalu siapa yang menganggap semua
keterangan Imam Ibnu Hajar tidak penting?”
Mahasiswa: “Orang yang
tidak membaca kitab itu tentunya, Ustadz.”
“Nah begitulah
kebanyakan orang yang menganggap bermadzhab tidak penting, karena mereka tidak pernah
belajar fikih madzhab. Mereka sama keadaannya seperti orang bodoh yang tidak
mau membaca. Itulah juga yang jadi alasan al-Albani berpendapat tidak penting
bermadzhab. Karena ia tidak tuntas belajar fikih madzhab Hanafi dari ayahnya.” Pungkas KH. Abdi Kurnia Djohan.
Ma'ruf Khozin,
aktifis NU di Surabaya, yang sanadnya bersambung dan perawinya terpercaya.
Sya’roni
As-Samfuriy
Tidak ada komentar:
Posting Komentar