Halaman

Minggu, 06 Juli 2014

TURI-TURI PUTIH, PENGINGAT MATI ALA SUNAN KALIJAGA/SUNAN GIRI





“Turi-turi Putih”, sebuah tembah Jawa yang sangat tidak asing di telinga kita. Tapi siapa sangka ternyata penggubahnya adalah seorang wali Allah? Tentu tidak sekedar sebuah tembang, tapi ada sebuah pelajaran hikmah yang bisa kita petik. Berikut adalah lirik tembang sekaligus arti tersirat secara singkat yang terkandung di dalamnya:
_______________________

Turi-turi putih, ditandur neng kebon agung.
Turi-turi putih, ditandur neng kebon agung.
Cumleret tiba nyemplung, gumlundhung kembange apa.
Mbok kira, mbok kira, mbok kira kembange apa?
_______________________

Turi = tak aturi; saya kasih tahu.
Putih = simbolisme kain kafan; kain mori berwarna putih.
Ditandur = ditanam.
Ning kebon agung = di kebun agung; kuburan.
·         Turi-turi putih, ditandur neng kebon agung berarti; “Saya kasih tahu, bahwa kelak manusia itu pasti akan mati, dikuburkan di kuburan.”

Cumleret = secepat kilat.
Tiba nyemplung = jatuh tenggelam.
Gumlundung = menggelinding.
Kembange apa = bunga apa.
·         Cumleret tiba nyemplung, gumlundhung kembange apa berarti; “Sebuah gambaran dari orang mati yang sedang dimasukkan dalam kuburan waktunya cepat seperti kilat yang jatuh. Dan seusai mayit dikubur akan menghadapi pertanyaan Malaikat Munkar dan Nakir terkait dengan amal perbuatannya.

Mbok kira = dikira.
Kembange apa? = bunga apa?
·         Mbok kira, mbok kira, mbok kira kembange apa? berarti; “Simbol manusia yang sudah mati pasti akan menghadapi pertanyaan-pertanyaan Malaikat Munkar dan Nakir.

Download atau lihat videonya di sini: http://youtu.be/AFgb_VPZIGI

Sya’roni As-Samfuriy

Tidak ada komentar:

Posting Komentar