“Turi-turi
Putih”, sebuah tembah Jawa yang sangat tidak asing di telinga kita. Tapi
siapa sangka ternyata penggubahnya adalah seorang wali Allah? Tentu tidak
sekedar sebuah tembang, tapi ada sebuah pelajaran hikmah yang bisa kita petik.
Berikut adalah lirik tembang sekaligus arti tersirat secara singkat yang
terkandung di dalamnya:
_______________________
Turi-turi
putih, ditandur neng kebon agung.
Turi-turi
putih, ditandur neng kebon agung.
Cumleret tiba
nyemplung, gumlundhung kembange apa.
Mbok kira, mbok
kira, mbok kira kembange apa?
_______________________
Turi = tak aturi;
saya kasih tahu.
Putih = simbolisme
kain kafan; kain mori berwarna putih.
Ditandur =
ditanam.
Ning kebon agung
= di kebun agung; kuburan.
·
Turi-turi putih, ditandur
neng kebon agung berarti; “Saya kasih tahu, bahwa kelak manusia itu pasti akan
mati, dikuburkan di kuburan.”
Cumleret = secepat
kilat.
Tiba nyemplung =
jatuh tenggelam.
Gumlundung = menggelinding.
Kembange apa =
bunga apa.
·
Cumleret tiba nyemplung,
gumlundhung kembange apa berarti; “Sebuah gambaran dari orang mati yang
sedang dimasukkan dalam kuburan waktunya cepat seperti kilat yang jatuh. Dan seusai
mayit dikubur akan menghadapi pertanyaan Malaikat Munkar dan Nakir terkait
dengan amal perbuatannya.
Mbok kira =
dikira.
Kembange apa? =
bunga apa?
·
Mbok kira, mbok kira, mbok
kira kembange apa? berarti; “Simbol manusia yang sudah mati pasti akan menghadapi
pertanyaan-pertanyaan Malaikat Munkar dan Nakir.
Download atau
lihat videonya di sini: http://youtu.be/AFgb_VPZIGI
Sya’roni
As-Samfuriy
Tidak ada komentar:
Posting Komentar