“Bangga
terhadap Indonesia bukan sombong, tapi rasa syukur pada Allah Swt. Hormat pada
Merah Putih bukan syirik, tapi ungkapan rasa syukur pada Allah Swt. untuk
memiliki Bangsa Indonesia.”
“Bendera Merah Putih
adalah harga diri Bangsa, kehormatan Bangsa. Jika kita mau bercermin kepada Bendera
Merah Putih semestinya kita malu menjadi Bangsa. Koruptor tidak akan melakukan
korupsi jika mau bercermin pada pendiri Bangsa, pada sang saka Merah Putih.”
“Cinta NKRI
tidak hanya dilaksanakan pada 17 Agustus saja, melainkan setiap hari Senin dan
upacara kebangsaan yang lain. Cinta kepada bangsa selalu ditanamkan melalui
pengibaran sang saka Merah Putih. Kalau kita tidak cinta pada NKRI, untuk apa
kita harus melakukan upacara bendera, hormat kepada sang saka Merah Putih?”
“Betapa pentingnya
cinta tanah air, salah satu contohnya dengan menghormati Bendera Merah Putih.
Meskipun jahit atau bikin merah putih itu gampang, namun banyak darah yang
mengucur, banyak pengorbanan yang penuh rasa sakit demi menurunkan bendera Belanda
dan menggantinya dengan Bendera Merah Putih. Sehingga sebagai anak Indonesia
kita harus mempunyai penghormatan yang luar biasa kepada Merah Putih, harus
menyucinya dan merawatnya dengan penuh perasaan cinta.”
“Kecintaan pada partai jangan melebihi mata kaki. Kecintaan pada
bangsa dan negara sampai ke leher. Kecintaan pada
agama melebihi ujung kepala.”
“Yang memperjuangkan
Bangsa ini adalah para ulama, kiai dan pejuang muslim yang tak sempat
dianugrahi bintang gerilnya. Maka jika ada kelompok-kelompok yang hendak menggerogoti
kesatuan Bangsa ini, mereka adalah orang-orang yang tidak tahu sejarah. Wajib hukumnya
bagi kita untuk menjaga keutuhan Negara ini dari rongrongan sekelompok orang
yang tidak bertanggungjawab.”
“Semangat nasionalisme
sekarang ini semakin menurun. Itu terlihat dari sikap dan perilaku para elit,
termasuk juga masyarakatnya yang tidak pernah rukun. Selalu ribut dalam
perbedaan, khilafiyah. Segala sesuatu selalu dipolitisir dan
dihubung-hubungkan, yang akhirnya hanya saling menyalahkan. Hingga akhirnya,
Indonesia hanya dijadikan lintasan saja oleh bangsa lain. Saya tidak ingin
masalah khilafiyah ini dibesar-besarkan, yang ujung-ujungnya hanya menjadikan
Indonesia negara yang selalu jadi tontonan. Padahal Indonesia dengan segala
potensinya, mampu menjadi negara yang besar dan disegani bangsa-bangsa lain.
Ini menjadi salah satu tugas umat Islam agar Indonesia bisa maju dan sejajar
dengan negara-negara lain.”
“Umat Islam seharusnya
memasang gambar-gambar para pahlawan, khususnya pahlwan Islam, seperti Pangeran
Diponegoro, juga gambar-gambar para wali, termasuk pendiri NU KH. Hasyim Asy’ari.
Hal ini agar setiap warga yang melihat gambar itu selalu terkenang dengan
semangat para pahlawan yang ada di gambar itu. Semangat untuk membela negara,
semangat untuk memerdekakan negara, semangat kepahlawanannya. Bukan bermaksud
syirik maupun menyekutukan Tuhan dengan gambar-gambar itu, tetapi semangat yang
dimiliki para pahlawan itu untuk dikenang dan diamalkan di zaman sekarang ini.
Bahwa mereka yang sudah meninggal itu, ternyata masih memberikan semangat untuk
membangun negara. Mereka yang sudah syahid, tidak tinggal diam untuk bangsa dan
generasi penerusnya.”
“Pancasila
mampu melindungi pluralitas yang ada, dan menjadi ideologi negara, maka
Pancasila akan memperkokoh pertahanan nasional dan memperkokoh NKRI. Sebab
Pancasila akan dimiliki semua pihak. Bila Pancasila itu tumbuh pada diri setiap
anak bangsa dengan diperkokoh atau di beck-up oleh agamanya, maka kekuatan,
kesatuan dan persatuan semakin erat terjalin dan tidak akan mudah digoyahkan.
Karena Pancasila menjadi sebab tumbuhnya nasionalisme dan bebas dari
kepentingan politik atau tidak akan menjadi bemper kepentingan politik.
Sehingga tumbuh mekar secara murni kecintaan kepada agama, tanah air dan
bangsa. Dari itu akan menjadi cermin bagi bangsa lain.”
“Nasionalisme secara
filosofis sudah dicontohkan oleh para leluhur, para pendahulu bangsa semenjak
penajajahan seperti sedekah bumi, sedekah laut, ‘terlepas dari persoalan
syirik/musyrik’, karena saya tidak tahu hati orang. Sedekah bumi dan sedekah
laut itu adalah wujud syukur atas bumi dan laut yang dianugerahkan kepada
Bangsa Indonesia. Sedekah bumi itu sebagai bentuk handar beni, perasaan yang
bukan saja memiliki tapi juga mencintai.”
“Siapapun yang
menjadi pemimpin bangsa, harus dihormati dan ditaati. Jika rakyat menghormati
pemimpinnya maka Bangsa dan Negara ini akan kuat. Sebaliknya jika rakyat terus
menerus mengkritik, mendemo dll pemimpinnya, maka kapan pemerintah akan bisa
fokus bekerja. Saya tidak melarang ‘kritik’, akan tetapi salurkan kritik dan
aspirasi itu pada saluran yang sudah disediakan pemerintah.”
“Aliran-aliran
di luar Ahlussunnah yang meresahkan, mereka adalah kelompok Islam yang menolak Pancasila
dan menganggap pemerintah tidak sah. Untuk mengatasi kelompok Islam seperti ini
perlu ditekankan pentingnya sosialisasi ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah. Jangan
sampai anak seorang tokoh NU, menjadi anggota Islam radikal.”
Sya’roni As-Samfuriy, Cilangkap Jaktim 09 April 2014
0 komentar:
Posting Komentar