Tatkala
pernyataan ketua umum MUI KH. Hasan Basri yang dimuat di surat kabar harian terbit
tahun 1993 bahwa: “Tidak ada anak keturunan Rasulullah di Indonesia bahkan
di dunia karna sudah dinyatakan terputus dikarenakan tidak adanya lagi
keturunan Hasan dan Husein.”
Terang saja
pernyataan ini membuat para ulama khususnya para habaib tidak menerimanya. Al-Habib
Muhamnad al-Habsyi Kwitang, yang pada waktu itu dalam keadaan sakit, meminta
kepada al-Habib Nauval bin Jindan untuk tampil membela kehormatan anak cucunya
Rasulullah Saw. Dan peristiwa tersebut boleh dikatakan petistiwa terdahsyat
atas fitnah yang ditujukan kepada para habaib, sampai memakan waktu lebih dari
dua tahun peristiwa tersebut masih hangat diperbincangkan. Sampai-sampai sebuah
majalah mengeluarkan berita di sampul utamanya dengan judul “APA JASAMU HAI
PARA HABIB”.
Al-Habib Nauval
dari satu mimbar ke mimbar lainnya menyeru kepada para ulama: “Hai kalian
para ulama, bangkit kalian jangan mau diperalat oleh siapapun. Kami para habaib
tidak butuh pengakuan. Tapi kalau kalian hanya diam atas fitnahan terhadap
kami, sesungguhnya kalianlah yang paling rugi serugi-ruginya.”
Sedangkan Gus
Dur, yang : “Hanya
orang bodoh yang mengatakan batu permata dibilang batu koral. Dan yang paling
bodoh batu permata kok dihargakan batu kerikil. Mereka para cucunya Rasulullah Saw.
datang ke negeri ini merupakan karunia Tuhan yang terbesar. Dan hanya orang-orang
yang kufur nikmat kalau tidak mau mensyukurinya.”
Kedatangan
beliau memberi dukungan kepada al-Habib Nauval bin Salim bin Jindan yang sedang
menentang pimpinan MUI waktu itu, yakni KH. Hasan Basri, yang tidak mengakui
adanya keturunan Nabi Saw. Peristiwa tersebut merupakan hal yang sulit
dilupakan.
Sya’roni As-Samfuriy, Cilangkap Jaktim 21 Maret 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar